Untungnya kucing hitam tersebut, nggak kenapa-kenapa. Jika saya menabrak kucing hitam, yang ada akan berbahaya.
"*,***,******。*********,
Ó, qīn'ài de, nǐ shì zhèyàng lái de. Nǐ chàdiǎn zhuàng dào hēi māo bǎobǎo," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Ya ampun sayang, kamu sampai seperti ini. Hampir saja kamu menabrak kucing hitam sayang,)
"**,***,********。**********,**********。********** de, qīn'ài de, xìngyùn de shì hēi māo méishì. Bù zhīdào dǎ dào yāomāo huì zěnyàng, yīnwèi hēi māo wàngjìle yāo huàshēn. Yīdìng hěn wéixiǎn," ungkapku dengan ekpresi tegang.
(Iya sayang, untungnya kucing hitamnya nggak apa-apa. Aku nggak tau jadinya jika aku menabrak seekor kucing siluman, karena kucing hitam melupakan jelmaan siluman. Pasti akan berbahaya,)
"**,***,***,**********,****。********,
Shì de, qīn'ài de, qīn'ài de, nǐ de biǎoqíng yǐjīng hěn jǐnzhāngle, bùyào zhèyàng. Pà wǒmen de háizi hàipà," ucap Tiara dengan tersenyum meledekku.
(Iya sayang, sayang sudah ekpresi kamu jangan tegang seperti itu. Takutnya anak-anak kita ketakutan,)
"******,***,**,**!******。*******,
Nǐ shénme dōu bùshì, qīn'ài de, lái ba, bǎobèi! Wǒ xiān bǎ chē tíng hǎo. Nǐ zài nàlǐ děng bǎobèi," titahku dengan mengecup kening Tiara.
(Kau ini ada-ada saja sayang, ayo turun sayang! Aku parkirkan mobilku dulu. Kamu tunggu di sana sayang,)
Aku memarkirkan mobilku, setelah selesai aku dan istriku. Kami berdua memasuki ruanganku.
Hari ini adalah hari senin, jadi sekalian aku dan istriku perkenalan dengan para prajurit dan para istri.
Setelah selesai upacara, dengan sangat gagahnya aku memperkenalkan diriku. Memperkenalkan diriku kepada para anak-anakku prajurit TNI AL.
"Selamat pagi anak-anakku semua, perkenalkan saya adalah Adrian. Saya adalah Bapak kalian di Angkatan laut, saya berjanji saya akan menjadi Bapak yang baik dan tegas. Saya akan mengemban amanah, saya ingin anak-anak saya sukses semua," ucap aku dengan tersenyum.
"Baik Pak," jawab anak-anakku dengan serempak.
Tak lupa aku juga memperkenalkan istriku Tiara kepada anak-anakku dan para istri.
"Oia anak-anakku sekalian, para istri skalian perkenalkan ini adalah Ibu Tiara. Ibu Tiara adalah istri saya, nanti akan menjadi Ibu kalian semua," ucapku dengan tersenyum.
"Baik Pak Adrian, Ibu Tiara. Terima kasih sudah mau menjadi Bapak dan Ibu kami,' ucap anak-anak dan para istrinya dengan sangat kompak sekali.
"Semoga kalian semua dapat menjadi para prajurit yang terpilih, saya akan mengirim seribu prajurit terbaik untuk ke luar negeri. Anak-anak saya harus selalu bersemangat,"
"Baik Pak," jawab anak-anakku dengan tersenyum.
Setelah selesai upacara, kini kami semua segera masuk ke tempat kerja. Kami semua kini sedang bekerja, aku segera mengerjakan tugas yang belum selesai dari Bapak Kasal sebeumnya.
Aku juga kini sedang mempersiapkan tugasku selama menjadi BAPAK KASAL. Aku juga membuat oprogram visi dan misiku.
Prajurit TNI AL, dari sabang sampai maraoke sangat banyak. Jadi kami semua, harus sangat kompak sekali. Aku tidak boleh menelantarkan anak-anakku di desa terpencil maupun di kota yang lain.
Setelah tugasku selesai, aku di ajak Tiara istriku untuk pergi makan siang di sebuah restoran Padang.
"Sayang kamu sedang apa?" tanya Tiara mengagetkanku.
"Sayang kamu jangan seperti itu, kamu jangan mengagetkan aku. Aku kaget sayang berasa jantungku mau copot," protesku dengan tersenyum.
"Iya maaf sayang, aku nggak sengaja. Habisnya kamu melamun sayang," ucap Tiara dengn tersenyum.
"Aku nggak melamun sayang, aku sedang membuat jadwal. Kemana saja aku mau kunjungan, prajuritku sangat banyak. Kalau bisa aku ingin merangkul mereka semua sayang, prajurit aku harus menjadi prajurit yang kuat dan tangguh. Serta menjadi prajurit yang berkompeten, aku akan berusaha mewujudkan mimpi dan anganku menjadi seorang Bapak Kasal yang sangat baik," ungkapku dengan tersenyum.
"Sayang aku sangat lapar sekali, kita makan dulu yugh!" ajak Tiara dengan tersenyum.
"Baik sayang, kamu mau makan apa sayang?" tanya aku kepada Tiara istriku.
"Aku terserah kamu saja suamiku, aku mengikuti kamu saja. Makanan apa yang kamu mau," jawab Tiara dengan tersenyum.
"Bagaiman ajika kita makan Nasi padang? Aku udah lama, nggak makan nasi padang. Kamu mau nggak kita makan nasi padang?" tanya aku dengan mengusulkan istriku.
"Baiklah sayang," jawab Tiara dengan tersenyum.
Aku dan Tiara kini kami segera menuju restoran Padang. Kami memesan banyak makanan di restoran padang tersebut.
Kami makan tunjangan dengan sangat nikmat sekali, setelah selesai makan dan perut kami sudah di rasa kenyang. Aku dan Tiara segera pergi ke MABESAL. Kami berdua, bekerja masing-masing. Aku sangat sibuk sekali, Tiara juga sangat sibuk sekali. Dia sibuk dengan tugasnya sebagai Ibu Jalasenatri dalam membimbing para ibu-ibu Jalasenatri.
Aku pulang sekitar jam empat sore, aku dan Tiara tak lants langsung pulang. Kami berdua menyempatkan diri untuk ke panti asuhan. Aku sangat senang dan bahagia sekali. Karena kita dapat berbagi.
Sangat bahagia sekali, karena melihat kebahagian dari mata mereka.
Tak lupa aku memberikan uang sepuluh juta, untuk anak-anak panti tersebut melalui Ibu panti. Ibu panti tak lupa mengucapkan terima kasih kepadaku dan istriku.
'Terima kasih iya Pak, terima kasih iya Ibu. Saya sungguh sangat berterima kasih atas kebaikan kalian berdua," ucap Ibu panti tersebut.
'Sama-sama Ibu, saya sungguh sangat senang sekali. Karena saya dan istri saya dapat berterima kasih kepada Ibu yang telah mau menerima ulurkan kasih dan sayang saya dan istri saya,' ucapku dengan tersenyum.
Setelah selesai kami ke panti asuhan, Tiara ingin memakan asinan Bogor. Dia ingin membelinya langsung di Bogor. Mau nggak mau, aku menuruti permintaan istriku. Daripada aku di amuk oleh Tiara.
"Sayang aku mau asinan Bogor, kamu belikan iya sayang?" pinta Tiara dengan memohon.
"Iya sayang, aku belikan. Pesan online saja," ucapku dengan tersenyum.
"Nggak mau sayang, maunya langsung di Bogor. Kita belinya langsung di Bogor saja," pinta Tiara dengan tersenyum.
"Ok baiklah sayang, aku akan turuti permintaan kamu. kita berangkat sekarang saja," ucapku dengan tersenyum.
Selama di perjalanan kami memutar music, memutar music yang sangat keren dan enak.
Setibanya di Bogor, kami memesan Rujak dan Asinan khas Bogor.
Setelah selesai makan, kami membawa juga untuk di makan bersama anak-anak kami.
"Gimana sayang?" tanyaku dengan tersenyum.
"Rasanya enak mas, pelan-pelan saja Mas. Mengendarai mobillnya," pintaTiara dengan tersenyum.
"Ok baik sayang, tetapi kalau nggak ngebut. Takutnya lama sampainya," ucap aku dengan tersenyum.
"Boleh ngebut, tetapi jngn ngebut banget. Nanti bahaya," pinta Tiara dengan memohon.
"Ok sayang," jawabku dengan tersenyum.
Untungnya kami sudah mau sampai, mobil kami ke habisan bensin. Kami berdua otomatis mendorong mobil kami sampai rumah kami.
Bersambung