Harus Bahagia

1131 Kata
"Ya ampun sayang, jangan menangis sayang. Mama nggak bermaksud nak," ucap Tiara dengan mengecup Debora. "Iya Nggak apa-apa Ma, aku juga yang salah karena berbicara bahasa Neterland. Tanpa memikirkan peraasaan Mama yang nggak paham dan mengerti bahasa Neterland,"ungkap Debora dengan senyuman. "Maaf kan Mama nak, kamu bisa kok mengajari Mama bahasa Neterland. Mama mau belajar kok," ucap Tiara dengan senyuman yang menghiasi wajah cantiknya. "Terima kasih Mama," ucap Debora yang memeluk Tiara. Sungguh pemendangan indah dan menakjubkan, istri dan anak-anakku berpelukan. Tiara di rawat kurang lebih seminggu, aku menggendong Baby Bayu sedangkan Debora memapah Tiara. Kami pulang dengan mengendarai taksi. Setibanya di rumah, Tiara langsung aku baringkan di tempat tidur bersama Bayu. Debora beres-beres rumah sedangkan aku memasak untuk kami. Setelah selesai aku memasak, aku segera menghindang kepada anak dan istriku. Sementara Baby kecil kami yang masih bayi hanya meminum asi dan s**u formula saja. Baby Bayu juga tidak rewel sama sekali, bahkan sangat lincah dan lucu. Karena putriku meminum s**u formula dan asi dengan sangat lahapnya. Aku mendapatkan telepone dari Komandan kesatuanku, jika aku akan di tugaskan ke Ukraina. Aku di tugaskan di Ukraina selama dua tahun di sana. Aku tetap harus pergi. Jadi aku harus rela berpisah dengan istriku dan anak-anakku "Selamat sore Adrian," salam Komandan kepadaku. "Sore Komandan," salam sapaku kepada Komandanku. "Adrian kamu akan di tugaskan selama seminggu di Ukraina selama dua tahun, semoga kamu betah selama dua tahun di tugaskan di Ukraina. Minggu depan kamu berangkat ke Ukraina," terang Komandan kepadaku. "Baik Komandan," terangku kepada Komandan. Setelah telephone berakhir, aku sangat bingung dan khawatir. Istriku baru saja melahirkan dengan terpaksa harus aku tinggalkan bersama anak-anak kami. Jadi mau nggak mau, aku harus berpisah meski pun aku harus berpisah dengan cintaku Tiara dan kedua buah hati Debora dan Bayu. "Sayang kamu kenapa?" tanya Tiara istriku kepadaku. "Aku nggak apa-apa sayang, kamu jangan khawatir dan risau. Aku tidak apa-apa," ucapku dengan tersenyum getir. "Kamu bohong mas, aku tau kamu sedang berbohong kepadaku. Aku tau kamu mas wajahmu sangat risau dan getir," ucap Tiara dengan senyuman getir. "Aku akan di tugaskan selama dua tahun, padahal baru bertemu aku harus meninggalkan kamu wanita yang aku sayangi dan cintai, aku sangat merindukanmu sayang," ucapku dengan mengecup kening Tiara dengan penuh kasih dan sayang. "Aku nggak apa-apa mas, berangkat lah dengan tenang tanpa khawatir dan keraguan. Jadilah seorang prajurit yang baik," ucap Tiara istriku dengan senyuman. "Maafkan aku sayang, tetapi aku akan menjadi pasukan Garuda kembali ke Ukraina. Aku janji akan segera pulang kembali dengan selamat," ucapku dengan memeluk istriku. Setelah Tiara tertidur, aku berbincang santai dengan Debora putriku. Debora menatapku intens. Seperti ingin mengatakan sesuatu. "Hoe gaat het? Waarom kijk je zo naar papa?" tanyaku dengan mempergunakan Bahasa Neterland. (Ada apa nak? Kenapa kamu menatap Papa seperti itu?) "Papa is ziek, waarom is papa's gezicht zo bleek alsof hij zich zorgen maakt. Is er iets waar ik hulp bij nodig heb?" tanya Debora kepadaku. (Papa sakit, kenapa wajah Papa pucat sekali seperti sedang risau. Apakah ada yang perlu saya bantu?) "Papa is niet ziek, zoon, jij helpt papa om voor je mama en zus Bayu te zorgen. Terwijl papa weg is," jawabku dengan tersenyum. (Papa tidak sakit nak, kamu bantu Papa jaga Mama dan Adik kamu Bayu. Selama Papa pergi,) "Oké papa, ik zal goed voor mama en zus zorgen. Waar ga je heen papa?" tanya Debora dengan sangat heran. (Baik Papa, saya akan menjaga Mama dan Adik dengan baik. Papa mau pergi ke mana?) "Papa zal voor twee jaar in Oekraïne worden toegewezen, zoon, je groeit op tot een gezond en slim kind. Zorg goed voor je moeder en zus," ucapku dengan mengelus rambut panjangnya. (Papa akan penugasan selama dua tahun di Ukraina nak, kamu tumbuhlah jadi anak yang sehat dan pandai. Jaga Mama dan Adik kamu,) "Oké papa, je hoeft je geen zorgen te maken, ik zal goed voor mama en mijn zus zorgen. Goed gedaan papa, ik hoop dat papa veilig thuiskomt," ucap Debora dengan tersenyum. (Baik Papa nggak perlu khawatir, saya akan menjaga Mama dan Adik saya dengan baik. Selamat bertugas Papa, semoga Papa pulang dengan selamat,) "Dank je zoon, papa komt veilig thuis. Papa over een week," ucapku dengan tersenyum. (Terima kasih nak, Papa akan pulang dengan selamat. Papa seminggu lagi akan berangkat ke Ukraina sayang,) "Ja Papa," ucap Debora dengan tersenyum. ( Iya papa,) Aku menyuruh Debora untuk belajar, barulah setelah itu aku menyuruh Debora untuk tidur. "Nu leer je schat, zodat je later een slim kind wordt. Als je klaar bent met studeren, ga dan vroeg naar bed, zodat je niet te laat op school bent." titahku kepada Debora. (Sekarang kamu belajar sayang, supaya kelak jadi anak yang pandai. Setelah selesai belajar lekaslah tidur supaya tidak telat ke sekolah,) "Ja Papa," jawab Debora (Iya Papa,) Debora masuk ke dalam kamarnya, sementara aku masih betah di luar dengan meminum secangkir kopi. Aku juga makan gorengan seperti pisang goreng, bakwan dan tahu goreng. Aku yang mulai merasakan kantuk, akhirnya memutuskan untuk tertidur. Aku terbangun sekitar jam empat pagi, aku segera mandi, aku juga memandikan Tiara. "Sayang sudah jangan mandikan aku, aku bukan anak kecil. Jangan seperti itu sayang," keluh Tiara dengan senyuman kecutnya. "Nggak apa-apa sayang, aku nggak peduli. Kamu bukan anak kecil tetapi istriku wajar jika kamu aku mandikan, kecuali aku memandikan istri orang baru kau protes!" ungkap aku dengan senyuman. "Hari ini kamu dinas mas?" tanya Tiara dengan tersenyum. "Iya sayang, aku pulang jam empat sore. Kamu rindu aku sayang," ucapku dengan sedikit menggodanya. "Iya mas, aku rindu. Nanti aku masak Nasi Uduk Ayam Betutu, ada dimsum dan puyunghai juga. Kamu mau nggak?" tanya Tiara dengan tersenyum. "Wah enak dong sayang, aku nggak sabar ingin buru-buru pulang ke rumah. Sayang kamu di rumah saja, jangan antar dan jemput Debora. Kasian Bayu kena panas-panasan," ungkapku dengan tersenyum. "Terus kalau nggak aku, terus siapa sayang yang akan antar jemput Debora?" tanya Tiara kepadaku. "Yang antar Debora aku sayang, nanti Debora sepulang sekolah langsung ke tempat kerjaku. Aku mau pergi ke mall dulu mau ajak Debora belanja untuk keperluan kita makan dan untuk membeli pakaian untuk keluarga kita," ucapku dengan tersenyum. Aku dan Tiara, segera membawa Bayi kami Bayu untuk turun ke bawah. Aku dan Tiara memasak untuk menu sarapan pagi. Kami makan bersama, aku dan Tiara menunggu Debora selesai makan. Sebelum berangkat, Debora mengecup kedua pipi anakku Bayu. Setelah selesai makan, aku mengecup istriku dan Bayu. Aku mengecup kedua pipi mereka ber dua. Setelah itu, aku mengantarkan Debora ke sekolah. Setibanya di sekolah Debora, aku mengantarkan Debora ke kelasnya. Barulah aku ke kantorku. Setibanya di kantor, aku sangat sibuk sekali bekerja. Tidak terasa, waktu sudah jam tiga sore. Aku menunggu Debora putriku. Kawanku Ragil. Berbisik di telingaku, dia bahkan berkata jika putriku Debora adalah anak haramku dengan wanita bule. Padahal kan kenyataan tak seperti itu. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN