Pulang Ke Rumah Bapak Panglima

1054 Kata
Akhirnya aku sangat senang, sangat bahagia dan dapat bernafas dengan lega. Aku sekarang sudah pulang, iya aku sekarang sudah pulang ke rumah Bapak Panglima. Aku sekarang sedang menyetrika seragam militerku. Aku menyetrika seragam lorengku, aku menyetrikanya dengan sangat rapih.  Setelah seragam lorengku sudah rapih, aku segera menaruh ke dalam lemariku. Aku kini sedang bersiap-siap mengenakan seragam PDH, aku segera mengenakan baret lengkap sebagai perlengkap yang menyatakan aku sebagai prajurit TNI AL. Aku segera mengawal Bapak Panglima, sementara aku tak dapat berpamitan kepada putriku Debora. Jadinya aku menitipkan pesan kepada putriku melalui Lucas. "Lucas tolong saya!" ucapku dengan tersenyum. "Tolong apa Pak? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Lucas dengan tersenyum. "Saya hari ini akan mengawal Jenderal, saya akan mengawal Bapak Panglima kita ke Lebanon. Jadi kamu tolong sampaikan kepada putriku Debora iya," ucapku dengan tersenyum. "Siap Pak Adrian, saya akan sampaikan. Hati-hati di jalan pak," ucap Lucas dengan tersenyum. Aku kini melangkahkan kakiku, tak jauh di belakang Bapak Panglima TNI. "Mohon izin komandan saya ingin bertanya, kita berapa lama di Natuna?" tanyaku dengan sangat penasaran. "Seminggu Adrian, soalnya aku harus mengunjungi anak-anakku yang lain. Baik dari matra Darat, laut dan udara," jawab Bapak Panglima dengan tersenyum. Aku mengawal Bapak Panglima, aku dab Bapak Panglima, ke barak, batalion dan keseluruh rumah para prajurit dari tiga matra. Aku sangat senang dan bahagia, aku bahkan rela ke hutan makan daging ular dan meminum darah ular karena tersesat di hutan. Aku dan Bapak Panglima TNI, menyempatkan diri untuk kami memesan oleh-oleh untuk keluarga kami. Panglima TNI juga rupanya sangat merindukan anak dan istrinya. Sama sepertiku, aku juga sangat merindukan suami dan anak-anakku. Aku juga ikut telepon juga, aku mulai telepone istriku Tiara di desa. "안녕 자기야, 잘 지내니? 당신이 너무 보고 싶어요. 보고 싶어요, annyeong jagiya, jal jinaeni? dangsin-i neomu bogo sip-eoyo. bogo sip-eoyo," tanyaku dengan tersenyum. (Halo sayang, kamu apa kabar sayang? Aku sangat merindukan kamu sayang. Aku merindukanmu,) "사랑하는 남편 안녕, 너무 보고싶어. 어때요, 남편? salanghaneun nampyeon annyeong, neomu bogosip-eo. eottaeyo, nampyeon?" jawab dan tanya Tiara dengan tersenyum. (Halo suamiku sayang, aku juga sangat merindukanmu sayang. Kau sendiri apa kabar suamiku?) "내 소식은 정말 좋은 소식입니다. 저는 현재 Natuna에 있습니다. 여기 온지 일주일, nae sosig-eun jeongmal joh-eun sosig-ibnida. jeoneun hyeonjae Natuna-e issseubnida. yeogi onji ilju-il," jawabku dengan tersenyum. (Kabarku sungguh sangat baik sayang, aku sekarang sedang di Natuna. Sudah semimggu di sini,) "파푸아에 언제 돌아오시나요? 정말 보고 싶어요, 정말 보고 싶어요. 친애하는 Bayu, 우리 반 챔피언은 이제 초등학교 1 학년입니다. papua-e eonje dol-aosinayo? jeongmal bogo sip-eoyo, jeongmal bogo sip-eoyo. chin-aehaneun Bayu, uli ban chaempieon-eun ije chodeunghaggyo 1 hagnyeon-ibnida." terang Tiara menjelaskan kepadaku. (Kamu kapan pulang ke Papua sayang? Aku sangat merindukan kamu, aku sungguh sangat merindukanmu. Sayang Bayu kita juara kelas sekarang sudah kelas satu SD,) "좋아, 자기야, 나는 바유에게 선물을 샀다. 우리 아들은 정말 똑똑하다. joh-a, jagiya, naneun bayuege seonmul-eul sassda. uli adeul-eun jeongmal ttogttoghada." ucapku dengan tersenyum. (Baik sayang, sayang aku belikan Bayu hadiah. Anak kita sungguh pandai,) Aku berharap keluargaku selalu bahagia, aku dapat meraih mimpiku untuk jenjang karier militerku. Aku sekarang sudah memiliki empat orang anak bersama Tiara, anak pertama aku Debora, anak ke dua aku Bayu dan anak ke tiga Bela dan yang ke empat bernama Angkasa. Debora masih kelas satu SMP, sedangkan Bayu kelas satu sd dan Bela sudah tiga tahun sedangkan Angkasa sudah berusia satu tahun. Tatkala aku sedang menelepon istriku, Tiara menangis tersedu-sedu. Aku sangat bingung sekali kenapa kamu menangis. "자기야 왜 울어? 야단치지 않았는데 왜 울어? jagiya wae ul-eo? yadanchiji anh-assneunde wae ul-eo?" tanyaku dengan penuh kekhawatiran. (Sayang kenapa kau menangis? Aku tidak memarahimu, jadi untuk apa kau menangis?) "나는 당신이 너무 그리워서 웁니다. 우는 건 당연하다. naneun dangsin-i neomu geuliwoseo ubnida. uneun geon dang-yeonhada." ungkap Tiara dengan menangis. (Aku menangis, karena aku sangat merindukanmu. Wajar jika aku menangis,) "네, 저는 반드시 파푸아로 돌아갈 것입니다. 곧 파푸아에서 뵙겠습니다. 자카르타에서 잘 섬기겠습니다. ne, jeoneun bandeusi papualo dol-agal geos-ibnida. god papua-eseo boebgessseubnida. jakaleuta-eseo jal seomgigessseubnida." ungkapku dengan tersenyum. (Iya sayang aku pasti akan pulang ke Papua, segera saya bertemu dengan kamu di Papua. Saya akan bertugas dan berdinas dengan baik di Jakarta,) "Baby I dream, 너에 대한 꿈. 내가 꿈꾸는 것이 무엇인지 알고 싶습니까? Baby I dream, neoe daehan kkum. naega kkumkkuneun geos-i mueos-inji algo sipseubnikka?" tanya Tiara yang sontak membuat aku bingung. (Sayang aku bermimpi, mimpi tentangmu. Kamu mau tau aku bermimpi apa?) "사랑하는 당신은 무엇을 꿈꾸고 있습니까? 나쁜 꿈이나 행복한 꿈? salanghaneun dangsin-eun mueos-eul kkumkkugo issseubnikka? nappeun kkum-ina haengboghan kkum?" tanyaku dengan sangat penasaran. (Kamu bermimpi apa sayang? Mimpi buruk apa mimpi bahagia? ) "꿈이 악몽인지 남편의 행복한 꿈인지 모르겠다. 요점은 당신이 당신의 머리에 금관을 쓰고 있다는 것입니다. kkum-i agmong-inji nampyeon-ui haengboghan kkum-inji moleugessda. yojeom-eun dangsin-i dangsin-ui meolie geumgwan-eul sseugo issdaneun geos-ibnida." ucap Tiara dengan menangis. (Saya nggak tau, saya nggak tau jika mimpi itu mimpi buruk atau mimpi bahagia suamiku. Intinya aku melihat ada mas makhota di kepalamu,) Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN