"자기야 파란 풍선은 무슨 뜻이야?
jagiya palan pungseon-eun museun tteus-iya?" tanya aku kepada istriku Tiara.
(Sayang apa artinya balon biru?)
"나의 아름답고 아름다운 사랑하는, 나의 가장 사랑하고 가장 사랑하는 아내, 그냥 닥쳐. 친애하는 내가 물었지만,
naui aleumdabgo aleumdaun salanghaneun, naui gajang salanghago gajang salanghaneun anae, geunyang dagchyeo. chin-aehaneun naega mul-eossjiman," ucapku dengan tersenyum.
(Sayangku yang cantik jelita, istriku tersayang dan ter cinta kok diem saja. Padahal kan saya bertanya sayang,)
"그래, 파란 풍선은 파란 풍선이 소년이라는 뜻이야. 파란색 풍선의 의미는 남성을 의미하고,
geulae, palan pungseon-eun palan pungseon-i sonyeon-ilaneun tteus-iya. palansaeg pungseon-ui uimineun namseong-eul uimihago," ucap Tiara dengan tersenyum.
(Iya sayang, balon biru itu artinya balon biru itu anak lelaki. Arti dari balon biru itu artinya jenis kelamin laki-laki,)
Aku kira Tiara nggak bisa berbahasa Korea, tetapi ternyata aku salah malahan ternyata istriku Tiara bisa Berbahasa Korea. Bahkan Bahasa Korea yang istriku bisa ternyata lumayan jago, mungkin efek dari istriku sering menonton Drakor dan Bernyanyi lagu Korea.
"Sayang aku kira kamu nggak bisa bahasa Korea, ternyata aku salah. Bahasa Koreamu jago sekali sayang, bahkan lebih jago dari aku. Aku sangat bangga," pujiku
dengan tersenyum.
"Siapa dulu, aku Mas istrimu yang cantik dan manis ini. Tentu saja aku harus jago dan fasih belajar Bahasa Korea," ucap Tiara dengan sikap narsisnya yang sudah meninggi.
Aku sangat heran, kenapa istriku sekarang jadi narsis begini. Padahal awal-awal nikah istriku sangat narsis sekali.
"Sayang kamu kok narsis banget," ucapku dengan tersenyum.
"Memangnya kenapa sayang jika aku narsis?" tanya balik Tiara dengan tersenyum.
"Nggak apa-apa sayang, aku tak apa-apa sayang mau kamu narsis atau nggak. Intinya aku sangat mencintai dan menyayangi istriku Tiara," ucapku dengan tersenyum.
Mas kapan pulangnya ke Indonesia?" tanya Tiara dengan tersenyum.
"Sayang aku dari Prancis besok berangkat, aku langsung ke Papua. Aku hanya cuti seminggu, nggak lebih dari itu sayang. Oia sayang aku selama di Papua kita pergi jalan-jalan," ucapku dengan tersenyum.
"Iya mas, oia pulang di Papua. Kamu mau makan apa mas nanti? Jika pulang nanti akan aku masakan sayang," tanya Tiara kepadaku.
"Sayang apa pun yang kamu masak, aku pasti memasaknya. Karena aku suka masakan buatanmu sayang," ucapku dengan tersenyum.
Setelah mengakhiri telepone aku dan istriku, aku melangkahkan kakiku menuju kamarku. Aku sedang mengepak pakaianku.
Ke dalam tas dan koper, aku sangat bersyukur karena besok aku akan dinas ke Jakarta, tetapi aku sangat bersyukur di izinkan cuti seminggu ke Papua bertemu istri dan anak-anakku.
Setelah selesai mengepak seluruh pakaianku, aku yang kelelahan segera tertidur di kamar kesayanganku yang sangat empuk ini.
Aku terbangun pagi sekali, sekitar jam empat pagi. Setelah selesai mandi, aku sudah mengenakan seragam rapih. Aku segera membawa koper dan ransel, aku segera menuju ke Bandara.
Aku akan segera terbang ke Manado, setibanya di Manado aku segera bertemu istri dan anak-anakku.
"Sayang aku datang kembali," ucapku dengan memeluk istriku yang sedang hamil besar tujuh bulan.
"Iya sayang, sudah sayang turunkan. Badanku sangat besar sayang," ucap Tiara dengan tersenyum.
"Tidak mau, aku mau bawa istriku yang cantik ini. Untuk segera memasuki kamar kita," ucapku dengan menggendong Tiara ke dalam kamar kami.
Aku dan Tiara segera masuk ke dalam kamar kami, setibanya di dalam kamar aku dan Tiara segera berbincang-bincang bersama.
Aku dan Tiara saling berpelukan, kami ber dua seakan tak mau melepaskan pelukan kami ber dua.
Kami ber dua berpelukan saling mengecup satu sama lain, aku sangat bahagia dapat istri sebaik dan secantik Tiara.
"Sayang kamu kenapa?" tanya Tiara kepadaku.
"Aku nggak apa-apa kok sayang," jawabku dengan sangat singkat.
"Kamu yakin nggak apa-apa sayang?" tanya Tiara kepadaku.
"Iya sayang, aku sangat jujur. Aku nggak bohong denganmu sayang. Aku sangat menyayangimu melebihi apa pun itu," ucapku dengan tersenyum.
"Berati dari tadi mas menatapku dengan lekat, karena mas sedang kagum. Iya ma kagum denganku kan?" tanya Tiara dengan tersenyum.
"Iya sayang aku sangaat merindukanmu, sangat merindukanmu melebihi apa pun. Iya melebihi apa pun itu," ucap aku dengan tersenyum.
"Yaudah mas, mas sekarang mendingan mandi. Mas terus makan sehabis mandi," ucap Tiara dengan tersenyum.
Aku langsung menuju ke kamar mandi, aku memasak dengan air panas yang sehangat kuku. Aku berendam dengan air hangat dan aroma terapi bunga mawar, aroma terapi bunga mawar tersebut sangat harum dan wangi.
Setelah selesai kami berendam, aku kini sedang mengambil piyamaku di dalam lemariku. Setelah aku rapih dan tampan, aku segera keluar menuju dapur. Tiara sedang sibuk memasak dan membuat bekicot.
Bekicot dengan cita rasa enak dan pedas, ada cita rasa pedas, asam, manis menyatu jadi satu.
Aku dan anak-anakku kini sedang bersama menikmati masakan dan hidangan, yang telah di masak oleh Tiara istriku.
"Bagaimana sayang rasanya?" tanya Tiara dengan tersenyum.
"Rasanya enak dan lezat, rasanya nikmat dan gurih banget. Dengan cita rasa enak sekali," ucapku dengan tersenyum.
Aku yang sudah selesai makan, kini menghubungi ke dua orang tuaku dan ke dua orang tuaku dan meminta mereka datang aku.
Papi dan Mami akan serta ke dua orang tua kandungku untuk segera datang tiga hari lagi. Mobil lamborgini yang Papiku belikan untukku sedang OTW menuju ke sini. Iya sedang OTW menuju ke Papua.
Dari pada di Manado jadi barang rongsokan, setidaknya ketika aku tugas di Jakarta. Mobil lamborginiku dapat di pakai olehku. Tetapi aku hanya ajudan masa mobilku keren sekelas lamborgini, apa mungkin mobilnya aku taruh di Papua. Supaya bisa di pakai oleh Tiara istriku dan anak-anak kami. Semoga saja, bisa di pakai dan di rawat dengan baik mobil lamborginiku. Jujur saja, aku belum puas memakainya.
Aku kini mengajak anak-anak dan istriku menonton tv, kami menonton tv bersama-sama. Aku dan istriku dan anak-anak kami sangat menikmati acara keluarga yang sedang kami nonton.
Aku dan Tiara yang sudah mengantuk, akhirnya memutuskan untuk pergi tidur. Aku dan Tiara mengajak anak-anak tertidur, setelah anak-anakku tertidur. Aku dan Tiara segera masuk ke dalam kami ber dua.
Aku dan Tiara segera berbaring, kami ber dua tertidur dalam keadaan berpelukan. Jam satu malam Tiara membangunkan, Tiara meminta di bikinkan rujak malam-malam coba. Tetapi harus buah yang kita petik sendiri. Demi istri dan anak-anakku, aku akan berusaha untuk mendapatkannya. Sekali pun aku harus berjuang lebih ekatra lagi dan mencari yang jualan buah mangga, beserta perlengkapan untuk rujak.
Bersambung.