"Sayang ayo kita ke rumah sakit!" ajakku kepada Tiara.
Aku dan Tiara ke luar kamar kami, ada Ayah dan Ibuku yang bertanya kepadaku.
"Kalian mau ke mana nak?" tanya Ibuku kepada kami.
"Saya ingin membawa Tiara ke rumah sakit Ibu, saya harus membawa Tiara sepertinya dia sedang sakit. Minta doanya Iya Ibu," ucapku sambil tersenyum menatap Ibu.
"Ok nak, hati-hati di jalan nak. Ibu sangat khawatir nanti kabari Ibu iya nak," ucap Ibu dengan senyuman.
"Hati-hati di jalan nak, jangan lupa kabari Ayah. Semoga kalian sampai dengan selamat," ucap Ayah dengan senyuman.
"Iya Ayah, aku pamit berangkat dulu iya. Aku pamit Yah," ucap Aku dengan senyuman.
Setibanya di rumah sakit, ternyata istriku mual-mual dan pusing hanya kecapean.
Ibu dan Ayah, sudah sangat khawatir, mereka selalu telepone aku dan istriku Tiara. Ya ampun Yah dan Ibu sabar iya, jika ingin cucu aku dan istriku baru saja menikah dan berbulan madu. Masa Tiara sudah hamil duluan. Aku dan Tiara kan menikah dulu baru nanti kelak hamil, bukannya hamil dulu baru nikah.
"Halo nak," ucap Ibu ketika meneleponku.
"Halo Ibu," ucapku kepada Ibu ketika kami bertelepone.
"Ibu khawatir dan cemas, apakah menantu ibu sedang hamil?" tanya Ibu terdengar sangat bahagia dan sumringah.
"Ibu jangan khawatir dan cemas, tetapi aku dan Tiara kan baru nikah. Masa Tiara sudah hamil saja Ibu ada-ada saja," ucapku dengan senyuman.
Aku dan Tiara, setibanya di rumah. Ibuku lsngsung membuatkan juice toge untuk kami. Aku dan Tiara sungguh sangat kebingungan, juice toge untuk apa. Aku dan Tiara sangat heran, sehingga kami berdua pun bertanya-tanya.
"Anak dan menantuku tercinta dan tersayang, ayo di minum nak juice togenya. Sudah Ibu siapkan untuk kalian berdua," ucap Ibu dengan tersenyum.
"Baik Ibu terima kasih iya," ucapku dengan senyuman.
"Baik Ibu terima kasih banyak," ucap Tiara dengan senyuman.
Aku dan Tiara meminum juice toge, walaupun rasanya aneh. Kami pun akhirnya memaksakan untuk meminum juice toge ini.
"Ibu untuk apa kami memesan toge ini?" tanyaku kepada Ibu.
"Untuk kesuburan anak-anakku sayang dan tercinta, semoga kalian cepat memiliki anak. Ibu sudah kepingin memiliki cucu," ucap Ibu dengan tersenyum.
"Tetapi kami masih muda Ibu, tentunya kami masih subur kok. Kami ber dua masih muda tentu kami berdua subur," ungkapku dengan senyuman termanisku.
"Iya nak, tetapi Ibu akan tetap buatkan juice toge setiap kalian di sini. Selama kalian di Manado," ungkap Ibu kepadaku.
"Siap Ibu, thanks Ibu. Besok kami ke Papua," ucapku dengan tersenyum.
Karena sudah malam, aku dan istri cantikku segera ke kamar kami. Aku dan Tiara tertidur dengan sangat pulasnya.
Aku dan Tiara terbangun jam empat pagi,
Aku dan Tiara segera mandi. Kami berdua mandi bersama, tetapi Tiara mengeluh jika ia tidak suka minum juice toge. Istriku lebih menyukai toge di lalap.
"Mas aku nggak suka juice toge, aku lebih suka togenya di buat lalapan. Aku nggak terlalu suka Toge di Juice sayang,"keluh Tiara kepadaku.
"Yasudah sayang sabar iya, nanti aku bicarakan ke Ibu. Jadi nanti kita makannya di lalap saja. Aku yakin aku top car sayang kan aku masih muda," ucapku dengan senyuman.
"Mas nggak apa-apa selama di sini minum juice toge, aku nggak mau membuat Ibu kecewa walau bagaimana pun Ibu sangat baik kepadaku. Apalagi orang tuamu orang tuaku juga," ucap Tiara dengan senyuman.
"Yasudah sayang, ayo kita sudahi kegiatan mandi kita sayang. Kita jangan sampai telat kita kan mau ke bandara jangan sampai telat," ucapku dengan tersenyum.
Aku dan Tiara, kini sudah rapih dan sudah akan bersiap-siap menuju bandara. Setibanya di bandara, aku dan Tiara berpamitan kepada Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu juga sudah menyiapkan oleh-oleh untuk kami bawa di Papua.
"Nak kamu jangan lupa ini ada oleh-oleh dari Ibu dan Ayah, ini untuk kalian di bawa ke Papua,"ucap Ibu dan Ayah secara bersamaan.
"Terima kasih banyak iya," ucapku dan Tiara secara bersamaan.
Mami dan Papiku, juga datang mereka datang menghampiri kami.
"Kalian sudah mau pulang saja, padahal kan Mami masih kangen. Tetapi yasudahlah ini, Mami sudah siapkan untuk kalian berdua," ucap Mami dengan senyuman.
"Iya nanti, kamu cuti lagi menginap di rumah kami Adrian dan Tiara, Papi belikan mobil lamborgini untukmu. Nggak di pakai-pakai nanti jadi barang rongsokan lagi," keluh Papi.
"Iya Pi, nanti Adrian pakai mobil lamborgininya. Papi jangan marah lagi,"ucap aku dengan tersenyum.
"Yasudah mobil lamborgininya, kalian bawa saja ke Papua. Bagaimana ide yang bagus kan," usul Papi kepada kami ber dua.
"Kami ber dua tinggal di desa terpencil Pi, mobil lamborgininya di sini saja Pi. Nggak mungkin aku bawa-bawa ke mana-mana," ungkapku sambil tersenyum.
Setibanya aku dan Tiara di bandara, kami membawa tas-tas kami. Aku dan Tiara, kini sudah berada di atas pesawat.
Aku dan Tiara saling bergengam tangan kami bersama.
Aku dan Tiara, kini saling menatap dan tersenyum satu sama lain.
Aku dan Tiara, sudah bersiap-siap untuk melakukan pendaratan di pesawat yang kami tumpangi. Kami berdua turun bersama-sama dengan membawa tas dan koper.
Aku dan Tiara, mampir di sebuah restauran sederhana. Dengan menu Nasi Padang. Tiara memang benar-benar sangat menyukai pedas. Bahkan istriku Tiara memakan habis cabai hijau.
Ya ampun Tiara, makannya sangat banyak sekali. Sedangkan aku makan tidak terlalu pedas.
"Sayang kamu makan kira-kira dong!" protesku kepada istriku Tiara.
"Iya sayang, sambal hijaunya enak banget. Rasanya enak sekali aku sangat menyukainya," ucap Tiara dengan senyuman.
"Iya sayang, kamu makan puding. Supaya dapat menetralisir," ucap aku dengan tersenyum.
Setelah selesai makan, aku dan Tiara segera menaiki taksi menuju ke rumah Tiara.
Aku dan Tiara, di sambut dengan sangat hangat dan sangat penuh suka cita oleh keluarga besar Tiara.
Aku mengajak Tiara, untuk tinggal di rumah dinas. Karena ternyata komandan saya, sudah menyiapkan rumah dinas untuk kami. Untuk aku dan istriku. Bapak dan Ibu mertuaku, mereka membantu aku mengecat dan beres-beres rumah baru dinas kami yang akan kami tepati.
Ketika sedang membuat kopi, aku mendapat telepone dari Komandanku.
Ya Tuhan, ini terasa berat. Tetapi gimana cara membicarakan hal ini kepada istriku Tiara. Aku ingin membicarakan hal penting kami. Aku dan Tiara harus membicarakan masalah ini, semoga saja istriku mau menerimanya.
"Sayang ada yang mau ingin aku bicarakan," ucapku kepada Tiara.
"Kamu mau bicara apa sayang?" tanya Tiara kepadaku.
"Aku mau di tugaskan satu tahun sayang, satu tahun di Aceh. Aku harap kamu paham dan mengerti," jawabku dengan memberikan penjelasan kepada istriku.
Bersambung.