"Siapa?" "Heum?" "Yang nelpon siapa?" Ia mulai posesif. Davira menghela nafas. "Orang akademik kampus," jawabnya. Ia tak berbohong. Memang orang akademik yanh meneleponnya. Gavin mengangguk-angguk, percaya. Ia juga enggan memperkisruh suasana. "Malau Eshal menghubungi kamu, jangan diangkat," ingatnya. Ia benar-benar menunjukan kecemburuannya secara terang-terangan. Davira tersenyum kecil. "Iya, Mas." "Ya udah, mandi gih," tutur lelaki itu. Mereka berencana untuk mencari sarapan pagi ini lalu berjalan-jalan. Mereka tiba di Zurich kemarin siang. Lalu Gavin membiarkan Davira istirahat sendirian di kamar hotel sementara ia bertemu dengan seorang profesor sampai sore. Malamnya, tentu saja makan romantis berdua dengan Davira. Ibunya mengomel saat ia memberitahu kalau ia sedang di Swi