BAB 1-
Mari Kenalan
Dia Jeyana Vina Zora, anak bungsu dari pasangan Abyan dan Sarah. Kerap dipanggil Jya, dia memiliki satu orang saudari perempuan bernama Aleta Rukma Qatrunanda berusia berusia 29 tahun dan sudah pernah menikah. Umur Jya sendiri sudah menginjak 26 tahun dan belum pernah menikah, bahkan tidak memiliki pacar dalam kurun waktu yang sangat lama.
Jya memiliki kepribadian penurut, baik, ramah dan pintar. Secara keseluruhan sifat dominan yang terlihat dari Jy adalah sifat introvertnya. Dia seorang introvert yang ramah dan pandai menempatkan diri sesuai kebutuhan lingkungannya dimana dia berada kecuali keramaian dalam kurun waktu yang cukup lama. Jy punya pengalaman menggelikan bagi orang-orang yang tidak memahami dirinya. Dia bisa mengalami tremor disaat tempat yang dia datangi terlalu ramai, atau dia tidak nyaman dengan situasi keramaian itu.
Perlu ditekankan bahwa introvert itu bukan ansos atau anti social. Introvert bukan pendiam bodoh yang tidak memahami situasi. Tapi introvert adalah seorang pemikir dan pengamat di dalam diamnya. Dia bukan anti social karena dilihat jarang berkumpul dengan banyak orang. Dia hanya tidak nyaman berada di keramaian dan dia mudah merasa pusing serta mual jika memaksakan diri untuk berada di keramaian orang.
Tapi untuk Jya, belajar untuk bersosialisasi adalah hal penting. Oleh karena itu Jya bertahun-tahun dimasa kuliahnya dia belajar membiasakan diri untuk lebih terbiasa berada di keramaian. Walau dia tidak bisa benar-benar terbiasa, dia tetap selalu berusaha, tujuannya adalah setidaknya mengurangi rasa tidak nyamannya pada hal yang dia tidak sukai.
Jya adalah gadis cantik, lembut dengan garis wajah yang anggun. Memiliki postur tubuh tinggi dan memiliki cita-cita menjadi seorang penari balett. Tapi sayang cita-cita hanyalah sebuah ucapan dan pikiran untuk Jya karena yang dia tempuh untuk masa depannya sangat jauh dari perkiraannya.
Semua itu karena saudari kandungnya sendiri yaitu Aleta.
Aleta mengontrol hidup adiknya dari kecil hingga dia beranjak dewasa. Aleta membentuk Jya seperti yang dia inginkan. Jya berpakaian, Jya bersekolah hingga menempuh pendidikan perguruan tinggipun Jya tetap mengikuti kemauan kakaknya itu.
Jya penurut pada Aleta karena dukungan penuh Abyan dan Sarah dipegang oleh Aleta. Menurut Abyan dan Sarah semua yang dilakukan oleh Aleta adalah demi kebaikan sang Adik. Mereka yang protektif pada Jya pun merasa aman saat Jya mengambil alih untuk mengatur hidup Jya.
Jya yang polos dan lugu hanya mengikuti semua yang diperintah oleh Aleta. Sampai pada hubungan percintaan Jya, Aleta tetap berusaha mengatur semua yang berhubungan dengan Jya. Bila dikatakan Jya adalah boneka milik Aleta, maka itu adalah sebuah kebenaran.
Pada awal-awal Jya memang masih menurut dan senang dengan perhatian sang Kakak padanya. Tapi setelah dia pandai membaca dan berpikir lebih komplek dia menyadari bahwa sang Kakak bukan hanya memperhatikan tapi mengatur seluruh jadwal yang ada di dalam hidupnya.
Jya menjadi patung hiasan rumah Barbie Aleta. Jya merasa dia tidak pernah punya pilihan untuk hidupnya sendiri, karena sampai dia beranjak dewasa pun sang Kakak tetap menjadi tuan tali yang mengatur hidupnya.
Ketika Jya menempuh masa awal-awal pendidikan di salah satu universitas di luar negeri yaitu Negara Malaysia. Jya jatuh cinta pada seorang mahasiswa yang ternyata juga mencintainya. Merasa sama-sama jatuh cinta, bukan karena intensitas bertemu mereka walau mereka berada di fakultas yang berbeda, tapi karena suatu kesan yang membawa mereka saling menyukai.
Akhirnya Jya menjalin hubungan dengan mahasiswa bernama Barra itu secara diam-diam tanpa diketahui oleh keluarga Jya selama 3 tahun. Selama 3 tahun itu Jya harus pintar-pintar mengatur waktu dan membuat alasan untuk menghindari pertanyaan dan kecurigaan keluarganya, terutama Aleta yang tentu saja dia khawatirkan akan ikut campur juga dengan hubungan dia dan Barra.
Saat Jya sudah berada di tingkat akhir perkuliahannya. Pihak keluarga mengetahui Jya memiliki seorang kekasih yang berasal dari Negeri Jiran itu.
Jya dipaksa untuk memutuskan hubungannya dengan Barra oleh Aleta, padahal saat itu Barra akan menyiapkan diri untuk melamar Jya. Dia mengambil keputusan itu setelah perdebataan panjang dengan Aleta dan berakhir Aleta mengancam Jya jika tidak memutuskan hubungannya dengan Barra, maka Aleta akan bertindak membujuk kedua orang tua mereka untuk menjodohkan Jya dengan seorang rekan bisnis Abyan yang merupakan seorang duda berumur 50 tahun yang memang pernah mengatakan bahwa dia menyukai Jya yang cantik dan manis.
Jya ketakutan atas acaman itu. Dari dulu dia menghindari pertemuan bisnis keluarga yang akan menghandirkan rekan bisnis Ayahnya itu, karena dia trauma dengan pertemuan yang pernah dia hadiri, dan berakhir keluarga dan para tamu mengejeknya, mngolok-olok dirinya yang merupakan selesa pria tua dan mengatakan bahwa dia sangat cocok bersanding dengan pria tua.
Jya sangat membenci hal itu yang membuat dia menjadi pusat perhatian dan diejek padahal dia tidak melakukan apapun. Mulai sejak itu dia tidak akan mau diajak pergi berkumpul bersama lagi.
Pada akhirnya Jya memberikan alasan bahwa dia diharuskan untuk fokus pada perkuliahannya yang sedikit lagi akan mencapai ujian akhir, pada Barra agar Barra mau menerima alasannya. Di dalam hatinya, dia berharap Barra akan mau menunggunya tanpa dia minta, karena pada kenyataannya dia masih sangat mencintai Barra.
Jya saat itu merasa berat karena dia tidak pernah berpikiran untuk memutuskan hubungannya dengan Barra yang dia cintai. Barra yang mengetahui kondisi Jya pun memberikan Jya kelonggaran untuk tetap memutuskan hubungan mereka. Barra berjanji akan datang kembali pada Jya dan melamar Jya suatu hari nanti saat Jya dan dirinya benar-benar siap untuk bersama.
Jya merasa tenang saat dia diminta untuk bersabar menunggu waktu yang tepat untuk mereka kembali bersama.
Tepat saat Jya mendapatkan masa libur dan pulang ke Tanah Air. Jya memutuskan hubungannya dengan Barra atas desakan Aleta. Saat mengetahui dia berhasil membuat Jya dan Barra berpisah Aleta tampak bahagia tapi berbeda kondisi dengan Jya.
Jya yang semula tampak selalu bahagia dan lebih sering terseyum, berubah setelah kejadian itu. Bukan karena perpisahannya dan Barra yang mempengaruhi perubahan pada diri Jya. Tapi karena menyadari sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.
Kini tidak ada lagi wajah senyum berseri, minat untuk berkumpul hanyalah raganya sedangkan jiwanya tetap tidak ada minat untuk bersuara. Diam membisu adalah senjata Jya untuk melarikan diri dari semua yang tidak dia inginkan. Dia kembali pada dirinya yang tidak bisa bergaul dengan baik, tidak lagi memaksakan diri untuk merasa nyaman dengan keramaian, tidak lagi memaksakan kehendak logikanya untuk beramah tamah dengan orang-orang yang baru ditemuinya.
“Kamu kenapa sih Dek?”
Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang selalu orang sekitarnya tanyakan atau itu dari Aleta. Tapi hanya ditanggapi senyuman, bagus dibalas senyuman oleh Jya, terkadang dia hanya diam menoleh sebentar.
Bukan jiwanya hilang, tapi dia sudah malas untuk mengikuti kehendak orang lain atas tubuh dan diri yang dia miliki. Dia menyadari dia boneka selama hidupnya ini.
“Je, kami ada buat kamu jadi jangan menyimpan sendiri kaya dulu lagi.”
“Gak enak Je, nyesek rasanya.”
“Iya Je, kami tau yang dia lakuin itu emang salah. Tapi pernah mikir gak? Karena dia juga kita ketemu dan kita sahabatan sampai sekarang,” tutur Zika sambil tersenyum mengambil hikmah dari keterpaksaan Jya dengan persahabatan mereka.
“Nah Zika benar, kalau gak begitu kita bisa ketemu dan cocok ginikan?”
Jya memandangi keempat sahabatnya dengan tatapan sayu seperti tanpa minat. Tapi hatinya berkata semuanya benar. Dia memang terpaksa tapi dengan begitu pula dia mendapatkan sahabat yang selama ini menjadi pilar penyemangatnya.
Jeyana seorang designer sekaligus creator mural. Lulusan sarjana hukum tapi tidak dia gunakan.