Modiste

1231 Kata
^.^ Wajah Sera tadinya murung karena ditolak oleh Jya, seketika berubah saat mendengar ajakan sang Kakek yang mengajaknya untuk pergi jalan-jalan. Dia berlari menghampiri sang Kakek dengan semangat dan senyum dengan mata binar menatap sang Kakek penuh harap. “Beneran Kek?!” tanyanya memastikan dengan seru semangat yang menggebu. Abyan menganggukkan kepalanya sambil menyerukan, “eum.” Lalu Abyan menoleh ke bawah untuk melihat sang Cucu yang mendongak untuk melihat wajahnya. Kemudian dia tersenyum. “Kalau begitu jangan merengek pada Aunty Je lagi. Aunty Je punya banyak pekerjaan jadi Sera sama Kakek dulu,” seru Abyan. Sera menganggukkankan kepalanya dengan semangat. “Iya iya iya, tapi Kakek janji kita jalan-jalan nanti beli es boba Kakek harus belikan! Ya ya ya?” pintanya pada Abyan. Abyan tersenyum lagi. “Iya..,” jawabnya. “Hore…! Aunty…! Sera tidak jadi ikut Aunty! Sera pergi sama Kakek aja,” ujar Sera sambil berlari menuju Jya yang masih berdiri di teras rumah melihat interaksi sang Ayah dengan Keponakannya. “Aunty juga tidak mau bawa kamu,” cebik Jya tapi dengan wajah yang menahan senyum melihat raut wajah aneh yang ditunjukkan Keponakannya. “Hahaha… ok ok, nanti kamu jangan nakal sama Kakek, ok bocahnya Aunty Je?” seru Jya pada Sera sambil membuat persetujuan. “Iya… Aunty sudah lama tidak mau ajak lagi pergi ke toko!” cebik Sera terlihat merajuk pada Jya. “Maaf, Aunty sibuk kerja. Dah ya… sekarang Aunty mau berangkat dulu, kamu perginya nanti sama Kakek aja. Bya Sera… salim Aunty dulu.” Jya menyodorkan tangan tangannya untuk dicium punggung tangannya oleh Sera. Sera melakukannya karena dia sudah terbiasa melepas Jya atau siapapun yang dia kenal dengan mencium tangan terlebih dahulu. “Assalamualaikum cantiknya Aunty,” seru Jya berpamitan pada Sera yang berdiri melihat kepergian Jya yang menghampiri Kakek dan Neneknya. “Ayah, aku berangkat dulu.”  Jya mencium tangan Abyan sekejap kemudian dia berlalu menuju sang Ibu dan melakukan hal yang sama untuk berpamitan. “Ibu, aku berangkat. Assalamualaikum….” Setelah mengatakan itu Jya benar-benar pergi dari halaman rumah dnegan mengendarai mobil miliknya. Mobil yang baru beberapa bulan yang lalu dia beli secara cash. Butuh beberapa waktu untuk dia menabung mengumpulkan dana untuk membeli sebuah kereta pribadi yang dapat membawanya ke tempatnya tanpa harus kepanasan dan kehujanan lagi. Sebelumnya, dia hanya menggunakan ojek online yang dia pesan untuk membawanya sampai ke butik dan jika dia membutuhkan ruang yang banyak untuk membawa barang-barang baik yang dia bawa dari butiknya atau yang dia bawa dari rumah menuju butiknya. Karena kadang kala tiba masanya, Jya akan membawa pekerjaannya ke rumah untuk dia kerjakan, itu dia lakukan jika dia tidak siap mengerjakan pekerjaannya itu di kantor dan terpaksa dia harus membawanya pulang karena bertepatan dia harus membawa Sera pulang bersamanya. Dia bersyukur, kini dia sudah berangsur memiliki barang-barang kebutuhannya sendiri walau sepertinya dia terlambat bangkit untuk kemandiriannya. Walau itu tidak sepenuhnya salahnya, tapi dia juga tidak mau menyalahkan orang lain karena kembali lagi, pada dasarnya dia yang tidak pandai melawan dan menolak permintaan orang lain padanya. Setelah perjalanan yang cukup panjang karena dia sempat terjebak macet dan jalanan kota yang padat merayap membuat laju mobil yang Jya kendarai tidak dapat menempuh kecepatan tinggi, dia hanya dapat berkendara dengan kecepetan sedang atau bahkan lambat. Tidak masalah baginya asal dia taat pada aturan dan tidak melakukan suatu kesalahan apapun dijalanan baginya tidak apa-apa, dari pada cepat dan dia melanggar peraturan berlalu lintar, itu bisa juga membuatnya berpikir keras dan merasa bersalah bahkan sampai ingin mengulangi waktu beberapa menit sebelum dia melakukan pelanggaran lalu lintas. Jya memarkirkan mobilnya tepat di depan bangunan butiknya. Dia keluar dan masuk ke dalam di sambut oleh pegawainya yang menyapa mengucapkan selamat pagi untuknya. “Pagi…,” balas Jya ramah. Dia melangkah dengan pasti tanpa mengalihkan perhatiannya menuju kantor pribadinya. Dia ingin segera memfokuskan dirinya kembali pada pekerjaan, tenggelam dan diam tanpa ada ruang untuk memikirkan hal-hal lain yang tidak terlalu penting untuk dia pikirkan atau yang malah membuat pikirannya kacau. Jya duduk di kursi kerjanya di balik meja. Sebelum memulai menyentuh kertas-kertas miliknya, Jya lebih dulu menghembuskan napas melepas penat dengan harapan datangnya ketenangan dan kelapangan untuknya bekerja hari itu. Kemudian Jya tersenyum kecil menatap mejanya yang masih sama keadaannya dengan terakhir kali dia tinggalkan. Satu kata untuk menggambarkannya yaitu berserakan. Baru saja Jya menyentuh kertas dan menyediakan pensil di sisinya. Dia baru mengingat sesuatu yang cukup penting untuk dia selesaikan segera. Apa itu? “Astaga…, hmh kenapa aku sampai melupakan itu? huu…uh.” Jya meraih walkie talkie atau portofon sebagai alat penghubung dengan staff di luar. “Anhe? dress seragam keluarga saya, saya belum selesaikankah? Ah ya, tolong periksa apa yang mungkin saya lewatkan untuk pakaian itu. Saya baru mengingatnya sekarang, ck.” Jya berbicara pada sambungan portofon pada seorang staff yang bernama Anhe untuk memenuhi perintahnya tadi. “Baik Bu,” jawab dari staff bernama Anhe membalas pesan dari Jya. “Langsung saja keruangan saya nanti kalau sudah kamu dapatkan apa yang saya minta tadi, ya?” pinta Jya lagi. “Baik Bu.” Tidak menunggu lama, seorang pegawai wanita dengan seragam milik Sera N Jana Boutique masuk ke dalam kantor Jya setelah mengetuk dan dipersilahkan oleh Jya untuk masuk ke dalam. Jya menunggu Anhe berbicara menjelaskan sesuatu yang sudah dia lupakan. “Hanya untuk detail payet yang harus dipasang di beberapa bagian untuk kebaya panjang Ibu Sarah, dan kebaya untuk Ibu Aleta sudah hampir jadi sesuai dengan arahan Ibu Jya. Dan untuk kebaya Ibu Jya sendiri, tidak memakai payet hanya burkat sederhana, sudah hampir selesai,” papar Anhe pada Jya. Jya mendengarkan dengan seksama, sebab dia yang pelupa memang butuh seseorang yang dapat mengingatkannya jika dia lupa dengan catatannya sendiri. Dan yang selalu mengingatkan Jya adalah Anhe. Anhe memiliki tugas yang hampir mirip sebagai asisten untuk Jya karena Anhe ‘lah yang lebih banyak waktu bersama Jya, membantu Jya mengerjakan jahitannya untuk pemasangan detail gaun ataupun mengarahkan pemotongan pola yang dia perlukan. Jya sendiri memiliki modiste dan tailornya sendiri khusus bekerja untuk Sera N Jana Boutique. Bahkan untuk modiste Sera N Jana Boutique, Jya adalah salah satunya. Tapi karena kesibukannya, jadi dia tidak berfokus untuk mengerjakan semua proses pengerjaan designnya sendirian. Dia mendesign membentuk pola dan menggunting, biasa hanya sampai di situ. Setelahnya untuk menjahit akan dikerjakan oleh orang khusus untuk mengerjakannya atau jika pemesan pakaian yang dia design itu sangat butuh detail yang tepat, mau tak mau yang harus mengerjakannya dari awal sampai akhir adalah Jya sendiri. Dia tidak bisa membantah apalagi menolak untuk melakukannya karena dia membutuhkan pelanggannya puas dan nyaman dengan produk yang mereka hasilkan. Awalnya Jya canggung untuk menyentuh alat pola, gunting kain, dan mesin jahit setelah sekian lama dia tidak pernah lagi menyentuh benda-benda itu. Awalnya dia takut akan mudah melakukan kesalahan karena terakhir kali saat dia belajar tentang menjadi modiste yaitu saat kelas 2 SMA, dengan tahap akhir yaitu membordir. Sedangkan masa penuh dia kursus menjahit untuk menjadi modiste sudah dilakukan semenjak dia kelas 6 SD. Memiliki ilmu modiste itu adalah kehendak sang Ayah dan beruntung dia mendapat dukungan dari sang Ibu. Maka dari itu Jya benar-benar menikmati proses belajarnya. Dia dapat memperhatikan, bertanya, mencoba, menikamati kegagalannya, mencoba lagi, dan menikmati sedikit keberhasilannya yang tidak dapat menahan kedua sudut bibir yang melengkung ke atas akibat tarikan senyum bahagia karena dia berhasil membuat sebuah pakaian hasil dari tangannya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN