Kedua mata Isla terbuka dan ia mendapati dirinya sudah berada di halaman belakang rumahnya kembali, namun tanpa Rhys. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar dan benar-benar tak menemukan pria itu di sana.
"Rhys!" panggilnya, namun nihil. Ia tak mendengar adanya suara Rhys di sana.
"Rhys!!" Isla berlari memasuki rumahnya untuk memastikan keberadaan Rhys namun pria itu benar-benar tak ada di sana.
Rhys sengaja membawa dirinya ke tempat tadi hanya untuk memancing Kai dan juga Hugo, baru setelah itu ia kembali membawa Isla pulang, namun ia sendiri memilih bertahan di sana.
"Kenapa dia harus berada di sana sendirian? Itu terlalu ceroboh! Aku tahu mereka adalah teman-temannya tapi— tapi mereka terlalu berbahaya!" Isla mencoba memikirkan sesuatu. Ia bahkan tidak tahu di mana tempat tadi. Apa itu salah satu tempat di Betelgeuse? Lalu bagaimana caranya dia ke sana? Apa dia memakai mesin waktu?
Isla tak bisa berpikir dengan benar. Ia harus segera menolong Rhys, karena sekuat apapun pria itu, ia tetap sendirian di sana dan hanya memiliki kemungkinan yang kecil untuk menang melawan lima orang temannya.
"Tapi tidak mungkin jika tempat itu ada di Betelgeuse, kan? Perlu waktu lama untuk sampai ke sana kecuali jika mesin waktu itu benar-benar ada— astaga, aku tak bisa berpikir! Apa aku harus ke Trollehallar? Apa di sana aku bisa menemukan sesuatu?" Isla berjalan mondar-mandir di depan tangga.
"Apa ... dia bisa kembali?" Isla mendadak cemas. Ia percaya Rhys itu kuat, tapi ia tetap merasa khawatir.
Tidak lama setelahnya dia mendengat suara mobil milik ibunya yang memasuki garasi di rumahnya. Isla lalu berlari ke luar dan berharap kalau ibunya tengah bersama dengan Rhys.
"Kenapa kau menatap Ibu seperti itu? Apa ada yang aneh?" ujar Maria yang menyadari tatapan putrinya.
"Ibu ... tidak bersama dengan Rhys?" tanya Isla. Gadis itu berjalan mendekati mobil milik Maria dan mengecek ke dalam.
"Tidak. Ibu tidak pernah membawanya ke luar. Ada apa? Apa Rhys hilang?" tanya Maria.
Isla membuang napasnya kasar, sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya.
"Itu buruk. Dia mungkin pergi ke suatu tempat dan tak bisa kembali ke sini. Atau mungkin dia sedang menuju Trollehallar. Kau mau mencarinya bersama Ibu?" ajak Maria, namun Isla hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Tidak usah, Bu. Mungkin nanti Rhys akan kembali," ujar Isla. Gadis itu perlahan melangkahkan kakinya kembali ke dalam rumah dan berdiam diri di kamarnya, membiarkan jendelanya terbuka dengan lebar berharap Rhye akan segera kembali.
Namun setelah makan malam, Rhys belum juga kembali.
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dan terdengar suara ibunya di luar, "Isla, ada temanmu yang bernama Alex!" ujarnya.
"Alex?" Isla seketika meremas rambutnya hingga kusut. Ia baru saja ingat kalau Alex akan datang ke rumahnya malam ini.
"Y-ya, suruh dia untuk menungguku. Katakaj saja aku sedang berganti pakaian!" jawab Isla asal, padahal ia hanya sedang duduk di atas ranjangnya.
"Apa aku harus pergi? Ah, sial. Bagaimana jika Rhys kembali saat aku sudah pergi nanti?" gumam Isla. Ia perlahan berjalan menuju lemari pakaiannya dan bersamaan dengan itu, ia melihat siluet bayangan seseorang di belakangnya.
Isla dengan segera berbalik dan ia menemukan Rhys di sana dengan keadaan lengan yang terluka.
"Rhys!" Isla langsung bergerak menghampiri Rhys saat tubuh pria itu langsung ambruk. Dengan segera Isla mengambil kotak obat dan mulai membersihkan luka Rhys terlebih dulu.
"Kenapa kau mengirimku kembali ke sini? Harusnya kau membiarkanku berada di sana. Aku tahu kalau aku tak memiliki kekuatan seperti yang lain, tapi mungkin saja aku bisa membantumu sedikit," omel Isla. Ia menatap wajah Rhys yang tengah menahan sakit dan gadis itu hanya bisa membuang napasnya kasar.
Tiba-tiba suara ibunya kembali terdengar. "Isla, kau sudah selesai? Cepatlah keluar, kasihan temanmu sudah menunggu!" ujar Maria dari luar.
"Ibu, maaf, tapi apa Ibu bisa katakan padanya kalau aku tidak bisa pergi? Katakan saja padanya aku sedang tidak enak badan!" teriak Isla dari dalam.
Di luar, Maria mengerutkan dahinya. "Kau sakit?"
"Y-ya sedikit. Tolong, aku benar-benar tak bisa pergi sekarang."
"Baiklah." Maria pun kembali ke bawah dan menghampiri seorang pemuda yang duduk di sofa. "Maaf, tapi Isla mendadak merasa tak enak badan. Dia agak demam jadi tak bisa pergi. Aku benar-benar minta maaf."
"Isla sakit?" Alex terlihat khawatir. "Ah, baiklah, aku bisa mengerti. Semoga Isla segera sembuh. Kalau begitu aku permisi," pamitnya pada akhirnya.
Maria mengantarkan Alex hingga ke pintu. Sepeninggal Alex, Maria kembali melangkahkan kedua kakinya menaiki satu per satu anak tangga menuju kamar putrinya.
Karena terlanjur khawatir, akhirnya Maria membuka langsung pintu kamar Isla dan ia sungguh terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Isla yang masih mengobati Rhys itu terlihat terkejut dengan kedatangan ibunya yang tiba-tiba, bahkan Rhys juga tak menyadari kedatangan Maria ke sana.
"Si-siapa kau?" Maria menatap pria yang ada di hadapan putrinya.
Isla langsung beralih ke depan Rhys sebelum ibunya melakukan sesuatu. "I-ibu ini Rhys!" jelasnya dengan cepat.
Kedua alis milik Maria saling bertaut dan menatap pemuda itu intens. "Apa maksudmu dengan Rhys? Itu tak masuk akal. Rhys itu anjing yang kau bawa dari Trollehallar!"
"De-dengarkan dulu, Bu. Dia Rhys!"
***
"Jadi kau ... benar-benar Rhys?" Kedua mata Maria berkedip dua kali. Ia menatap Rhys dari atas hingga bawah. Memang tak ada yang membedakan pemuda itu dengan manusia yang lain. Hanya saja menurut Isla, Rhys memiliki kekuatan tertentu.
"Aku tidak bermaksud membohongi Ibu, maaf. Aku hanya berusaha menolong Rhys dari teman-temannya yang lain," ujar Isla usai menjelaskan semuanya beberapa saat yang lalu.
"Tapi kau sendirian, Isla."
"Aku bisa berusaha, Bu. Aku akan membantu Rhys entah bagaimana pun caranya. Ibu hanya perlu merahasiakan ini dari siapapun. Dan ibu jangan khawatir, karena aku akan baik-baik saja."
"Aku akan menjaga Isla," ujar Rhys. "Maaf karena membuat kalian semua berada dalam bahaya."
"Kau tidak perlu minta maaf, Rhys. Aku sama sekali tak marah padamu. Hanya saja, ini memang terdengar agak berbahaya dan juga berisiko tinggi terhadap kelangsungan hidup di bumi."
"Awalnya kami datang kemari untuk melihat seberapa persen bumi bisa membantu Betelgeuse, namun sepertinya unsur-unsur yang berada di bumi sebagian besar sudah saling tercampur satu sama lain dan itu tak cukup kuat membangkitkan lagi energi nuklir milik Betelgeuse. Tapi Kai, dia benar-benar mengubah semua rencananya dan memintaku agar menyetujui rencananya sendiri. Tapi apapun rencana milik Kai, aku tak akan pernah setuju selama terdapat kehancuran di dalamnya," jelas Rhys.
"Kau pasti mengalami hal yang sulit di sini. Kau melindungi dirimu selama di Trollehallar dan mungkin itulah penyebab semua berita aneh yang beredar. Kau bisa beristirahat di sini jika kau mau," ujar Maria. "Tapi maaf, Rhys. Karena sekarang aku tahu kalau kau adalah seorang pria, aku tak mengizinkanmu tidur di kamar putriku. Kau bisa gunakan kamar yang lain."
Rhys menganggukkan kepalanya, "aku tak merasa keberatan sama sekali. Aku justru benar-benar merasa berterima kasih. Aku berhutang budi kepada kalian berdua," ujarnya.
"Jika kau sudah selesai, segera turun ke bawah untuk makan malam. Kau pasti lapar." Maria kembali berujar sebelum akhirnya ia keluar dari kamar Isla.
"Aku terkejut ternyata ibu mengizinkanmu tetap tinggal di sini," ujar Isla. Gadis itu akhirnya bisa bernapas lega karena tak perlu menyembunyikan apa-apa lagi dari ibunya.
Rhys tersenyum. "Dia baik sekali."
Usai mengobati luka Rhys, mereka berdua lalu turun ke bawah.
—TBC