Rhys menatap semua makanan yang ada di atas meja. Ia tak banyak makan makanan lain selain yang diberikan oleh Isla padanya, namun kali ini, secara mengejutkan Maria menawarkan makan malam padanya setelah wanita itu mengetahui semua tentangnya.
"Maaf karena aku hanya memberikan makanan kecil dan juga sosis. Kau pasti akan menyukai masakan ibuku, rasanya enak sekali, makanlah. Aku dan ibu sudah makan tadi," ujar Isla.
"Te-terima kasih." Rhys menerima piring yang diberikan oleh Maria padanya.
"Kau harus makan banyak agar bisa cepat sembuh," ujar Maria. Ia memperhatikan Rhys yang kesulitan memegang sendok karena bahu yang cedera.
"Isla, kau bisa bantu Rhys makan, kan? Kurasa dia sedikit mengalami kesulitan karena luka di bahu dan lengannya."
Kedua mata Isla berkedip dua kali. "A-apa?"
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri—"
"Tidak, tidak. Kau pasti harus menahan rasa sakit dan itu tidak bagus. Isla, sana bantu Rhys. Aku akan membereskan kamar untuknya." Usai mengatakan itu, Maria pergi dari sana.
"Maaf karena merepotkan kalian," ujar Rhys begitu Isla mengambil piring di depannya.
"Ah, tidak masalah. Lagi pula apa yang dibicarakan oleh ibuku itu benar, kau pasti akan kesakitan dengan kondisi lenganmu yang terluka begitu," ujar Isla yang mulai menyuapi Rhys.
"Kau baik-baik saja kan?" tanya Rhys tiba-tiba.
Isla menganggukkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, aku justru mengkhawatirkanmu dari tadi. Kupikir kau tak akan kembali," ujarnya. Ia kembali memasukkan sesendok nasi ke dalam mulut Rhys.
Tempo kunyahan Rhys perlahan memelan dan ia menatap Isla selama beberapa saat. Gadis itu tak berbohong. Isla sama sekali tak berbohong saat berkata kalau dia mengkhawatirkannya.
"Ada apa?" tanya Isla saat menyadari kalau Rhys menatapnya.
Rhys tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Oh, iya, soal tempat yang tadi, apa kau tak bisa memberitahuku di mana itu? Aku tidak tahu kau bisa melakukan teleportasi seperti Kai. Dan saat membawaku ke tempat itu, kau terlihat kehilangan banyak tenaga yang artinya, tempat itu jauh."
"Mungkin lain kali aku akan memberitahumu. Tidak untuk hari ini," ujar Rhys.
"Kau benar-benar melakukan teleportasi ke sana? Kau tidak naik mesin waktu?" Isla berkedip dua kali, membuat gadis itu terlihat seperti anak kecil yang tengah menaruh rasa penasaran pada suatu hal.
"Mesin ... waktu? Apa itu?"
Isla tampak berpikir, mencari jawaban yang pas agar Rhys mengerti ucapannya.
"Itu ... sesuatu yang digunakan untuk menjelajah waktu. Kau bisa ke masa depan atau masa lalu dengan itu. Atau mungkin ... ke tempat lain. Dunia paralel, misalnya," ujar Isla.
Rhys mencoba mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Isla sebelum akhirnya ia menggelengkan kepala.
"Aku tidak menggunaian sesuatu yang kau bilang barusan dan aku tidak tahu apa itu. Yang jelas, tempat itu tak akan bisa kau temukan di bumi dan hanya bangsa Betelgeuse yang tahu soal tempat itu. Jadi karena itulah aku tak bisa memberitahumu.'
"Ah, begitu. Baiklah, tak apa. Aku tak akaj memaksamu untuk mengatakannya." Satu sendok terakhir masuk ke dalam mulut Rhys. Usai selesai makan malam, Isla membereskan piring kotor dan mencucinya. Rhys sempat menawarkan bantuan namun Isla melarangnya dan hanya menyuruh pria itu untuk duduk.
"Oh, iya. Maaf karena aku sudah membuat kau tidak jadi pergi dengan temanmu," ujar Rhys.
"Pergi dengan teman?" Isla membeo sesaat setelah membilas gelas. "Ah, itu. Tidak apa-apa. Aku juga sedang tak ingin pergi dari rumah. Dan lagi pula aku khawatit kau kembali saat aku tak ada di sini dan benar saja, kau kembali sebelum aku berangkat dan kau terluka."
"Lagi, dia tidak berbohong," batin Rhys.
"Aku sudah merapikan kamarnya. Kau bisa memakainya untuk beristirahat, Rhys," ujar Maria yang baru saja datang.
"I-iya, terima kasih."
Maria lalu melanjutkan aktivitas menonton TV-nya yang sempat tertunda.
***
Kedua mata milik Isla sama sekali tak bisa ia pejamkan. Gadis itu memutar tubuhnya menghadap ke jendela dan melihat langit yang tampak indah dengan bintang-bintang yang bersinar.
Tak pernah ia bayangkan sebelumnya, kalau apa yang ia alami sekarang terlihat seperti di film-film fantasi yang pernah ia tonton.
Ia tak tahu kalau di tempat yang jaraknya jauh sekali dari Bumi, terdapat sebuah kehidupan yang tak bisa manusia deteksi. Mungkin sebuah peradaban yang cukup maju terdapat di sana, Isla menyimpulkan. Namun karena tempat mereka tinggal kini tengah dilanda krisis energi, semuanya perlahan hancur dan para penduduknya saling serang satu sama lain dengan tujuan perebutan kekuasaan.
Namun setelah ia tahu apa tujuan Kai yang sebenarnya, ia harus lebih berhati-hati. Apalagi setelah ia tahu kalau sekarang Kai tidak hanya mengincar Rhys, melainkan juga dirinya yang akan dimanfaatkan sebagai pintu masuk kehancuran di bumi.
Isla tak tahu harus dari mana ia memulai semuanya, hanya saja ia harus bisa mendapatkaj buku itu. Tapi yang jadi masalahnya adalah, buku itu dipegang oleh Tao, si pengendali waktu dan itu bukanlah hal yang mudah mengingat Tao bisa menghentikan waktu hanya dengan satu jentikan jari saja.
"Di buku itu pasti terdapat sesuatu yang berisi tentang Betelgeuse. Pasti ada cara bagaimana memulihkan Betelgeuse tanpa harus merampas energi dari planet lain. Aku yakin," gumam Isla.
Betelgeuse mulai kehilangan energi nuklir dan hidrogen, yang membuat cahanya redup dari hari ke hari. Namun unsur hidrogen di bumi sebagian besar sudah tercampur dengan unsur lain yang memungkinkan hanya akan berdampak kecil bagi kelangsungan hidup Betelgeuse, yang dengan kata lain semuanya akan berakhir sia-sia bahkan jika bumi sampai dihancurkan hingga lebur.
***
Rasi Orion tengah berada dalam masalah karena salah satu bintangnya diramalkan akan mengalami sebuah supernova yang dahsyat.
Setelah sekian juta tahun, Betelgeuse hanya tinggal menunggu waktunya habis dan berubah menjadi sebuah bintang neutron, atau bahkan lubang hitam di angkasa sana.
Namun sekuat apapun usaha yang dilakukan untuk mengembalikan kehancuran itu, waktu tak akan pernah bisa diulang.
Simbol hourglass di salah satu punggung tangan milik Tao bersinar tidak lama setelah pria itu memandangi langit. Meskipun ia seorang pengendali waktu dan bisa menghentikan waktu, satu hal yang tak bisa ia lakukan adalah memutar ulang semua yang sudah terjadi. Jadi yang harus ia lakukan adalah mencari cara bagaimana agar Betelgeuse tetap bertahan, dengan semua keluarganya yang masih berada di sana. Ia akan melakukan segala cara agar membuat mereka selamat dan bertahan hidup, walau harus mengorbankan diri nantinya.
Tapi, ada satu hal yang sedikit mengganggu pikirannya kali ini.
Gadis yang bersama dengan Rhys itu, ia terlihat seperti sungguh-sungguh melindungi Rhys, padahal mereka tak memiliki hubungan apa-apa. Mereka tidak memiliki sebuah ikatan keluarga, namun Isla terlihat serius dengan ucapannya kalau ia tak akan pernah menyerahkan Rhys, padahal mereka berdua berasal dari tempat yang sangat berbeda.
"Apa yang membuatnya melakukan itu? Apa yang membuatnya berpikir seperti itu?" Tao bergumam. Rhys beberapa kali membuat Isla berada dalam situasi yang berbahaya tapi gadis itu, walau dengan kaki yang bergetar dan juga rasa takut yang hebat, bisa bergerak maju untuk melindunginya.
"Matanya tak bisa berbohong." Tao menambahkan. Salah satu rasi bintang di langit membuatnya memejamkan kedua matanya selama beberapa saat, hanya untuk menyalurkan kerinduannya pada Betelgeuse, bersamaan dengan beberapa kunang-kunang yang berterbangan di sekitarnya.
—TBC