Tak menyangka ternyata Tuan Khalid merespon laporan Siti dengan tanpa mempertanyakan kewarasannya atau kejelian matanya. Dalam hati, Siti merasa sedikit tersanjung karena tuannya mempercayainya lebih daripada yang Miss Aziza lakukan. Walaupun dia dimarahi karena tadi ragu-ragu melapor.
Hal ini membuat Siti semangat, ingin berbuat lebih banyak untuk tuannya. Selain gaji, yang diharapkan seorang pekerja dari tuannya adalah penghargaan.
Ternyata Tuan Khalid memang orang yang yang baik dan bisa menghargai orang lain. Yang terjadi di antara mereka kemarin, pastilah hanya karena kesalahpahaman saja. Bila beliau bukan orang baik, pastilah saat ini Siti tidak akan berada ada di Caviya. Entah masih terjebak di tempat Tante Susan, atau mungkin sudah terkubur di dalam tanah.
Siti kini ikut memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh Ahmed. Beberapa penjaga sedang berkumpul di ruang kerja Tuan Khalid. Hanya sebagian yang bertugas untuk menjaga di pintu gerbang. Sebagian lagi diperintahkan patroli berkeliling rumah untuk mencari penyusup tersebut.
Rekaman CCTV ditampilkan di layar komputer Tuan Khalid yang terhubung dengan jaringan komputer di pos penjaga. Semua sudut rumah sedang diamati oleh Ahmed, para penjaga, dan juga Tuan Khalid sendiri.
Tidak ditemukan apa pun yang mencurigakan pandangan. Namun, CCTV memang memiliki blind spot yang yang tidak diketahui oleh sembarang orang.
Ahmed kini sedang menelepon kesatuan polisi Caviya untuk mendatangi kediaman Tuan Khalid. Agar dapat segera diproses bila dirasa perlu tindakan keamanan yang mendesak oleh pihak yang berwenang.
Tidak ditemukan tanda-tanda maupun laporan yang mencurigakan dari para penjaga. Tidak ada penyusup yang masuk dari luar. Tidak ada pula kerusakan pada CCTV. Tampaknya Siti akan sekali lagi disudutkan karena memberikan laporan palsu.
"Tapi saya benar-benar melihat ada ada penyusup yang mengendap-endap di luar. Bahkan saya mendengarnya terjatuh dengan bunyi gedebuk yang sangat jelas," sanggah Siti dengan sangat yakin. "Apakah orang yang mengendap-endap diragukan bila akan berbuat jahat? Saya yakin, semua yang mendengarnya pasti akan menyimpulkan hal yang sama."
Semua orang memandangi Siti. Gadis asing yang baru dilihat oleh mereka selama beberapa hari, bahkan beberapa dari mereka tidak tahu bahwa gadis itu adalah pelayan di sini. Bisa-bisanya mengatakan dengan lantang bahwa ada penyusup di kediaman Tuan Khalid, tanpa ada bukti yang kuat.
"Hei, bukankah kamu pelayan baru?" celetuk salah seorang penjaga kepada Siti. Tanpa melanjutkan kalimatnya pun, Siti tahu maksud penjaga itu apa. Dia bermaksud mengatakan, bila ada penyusup di rumah ini, orang itu pastilah Siti sendiri.
"Bukankah sebelum dia datang, rumah ini baik-baik saja?" sahut penjaga yang lain, mendukung pernyataan temannya dan memojokkan Siti.
Siti paham, mereka melakukan itu agar posisinya aman. Karena bila Siti yang terbukti benar, pastilah mereka yang akan disalahkan. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, Siti memilih diam daripada harus menjawab pertanyaan yang tidak penting.
"Apa kau yakin bahwa yang kau lihat bukanlah penjaga yang sedang patroli?" tanya Ahmed yang kini mulai meragukan Siti juga karena tidak tampak bukti apa pun yang menunjukkan.
Mendengar pertanyaan itu keluar dari bibir Ahmed membuat Siti sangat kecewa. Satu-satunya orang yang dia kira akan memihaknya walau apa pun yang terjadi, justru saat ini berbalik menyerangnya. Ikut menuduhnya berbuat salah.
Siti menelan ludah, dengan berat, dibukanya bibir dan mengatakan sesuatu untuk menjawab keraguan Ahmed.
"Apakah Anda pikir, penjaga yang sedang berpatroli tidak menyahut tatkala saya panggil dan memintanya menampakkan diri?" tanya Siti retoris, menatap lekat wajah Ahmed untuk menunjukkan kekecewaannya. "Apakah dia berniat iseng dan menakuti saya?"
Ahmed yang menangkap kekecewaan Siti, hanya bisa terdiam. Matanya menyiratkan permintaan maaf ke Siti, walau bingung harus mengatakan apa karena memang tidak ada bukti yang kuat mengenai kehadiran penyusup itu.
"Siti benar, tidak mungkin penjaga yang berpatroli melakukan hal mencurigakan seperti mengendap-endap," celetuk Tuan Khalid tak disangka, membenarkan pernyataan Siti. "Lagipula, saat kita datang, bukankah kita memang mendengar Siti berteriak menyuruh penyusup itu keluar?"
Ahmed hanya bisa membenarkan pembelaan yang diberikan oleh Tuan Khalid kepada Siti. Dia tidak menyangka temannya akan melakukan itu. Dari mana Tuan Khalid bisa menumbuhkan kepercayaan sebesar itu kepada Siti? Padahal, masih segar diingatan Ahmed bagaimana tuannya kemarin marah-marah dan meragukan kebenaran berkas-berkas milik Siti.
Tidak hanya Ahmed semua penjaga yang kini hadir di ruangan itu, ikut merasakan keberpihakan Tuan Khalid kepada Siti. Mereka yang tadinya meragukan Siti, menjadi merasa takut akan keberlangsungan kontrak kerja mereka di kediaman tuan Halid. Dalam hati, mereka berdoa agar tetap bisa bekerja di Qasr Fadi sampai setidaknya kontrak kerja mereka berakhir. Jangan sampai mereka kehilangan pekerjaan hanya gara-gara menuduh pelayan baru dari Indonesia itu melakukan kejahatan.
Kini semua yang ada di ruangan itu menyadari bahwa tidak ada yang pantas diperjuangkan dari tindakan pembullyan seperti itu. Sia-sia. Apalagi bila pekerjaan mereka yang menjadi taruhannya. Semoga mereka tidak akan pernah lagi melakukan hal ini terhadap pelayan atau pekerja lain.
"Baiklah kalau begitu. Kita tunggu hasil penyelidikan penjaga yang sedang berpatroli." Tuan Khalid akhirnya memberikan keputusan yang menyelamatkan Siti dari dugaan bersalah untuk sementara.
Tak lama kemudian ponsel Ahmed berdering. Para penjaga patroli mengabarkan bahwa memang ada sesuatu yang mencurigakan di taman.
Ada sepatu lelaki sebelah kanan yang tertinggal di semak-semak dekat pagar tembok. Namun, tidak ditemukan siapa pun yang terlihat tengah melakukan aktivitas mencurigakan baik di dalam maupun di luar mansion.
Hanya saja, seratus meter dari mansion, ditemukan sepatu bagian kiri dengan warna dan ukuran yang sama. Dengan kata lain, pelakunya telah melarikan diri. Ahmed kemudian segera meminta mereka untuk membawa barang bukti kepada Tuan Khalid.
Tak lama kemudian, petugas kepolisian pun tiba di kediaman Tuan Khalid. Para polisi segera melakukan penyelidikan dengan memeriksa saksi-saksi terlebih dahulu. Termasuk Siti, para penjaga patroli, serta penjaga pintu gerbang. Kemudian, mereka memeriksa barang bukti baik CCTV maupun sepatu yang tadi ditemukan.
"Jadi, yang pertama kali melihat penyusup itu adalah Nona Siti?" tanya salah satu petugas dari kepolisian yang memakai jaket hitam.
Siti pun mengangguk. Dia merasa kali ini akan terjadi hal yang berulang. Kesalahan akan ditimpakan padanya.
Petugas itu kemudian mendiskusikan sesuatu dengan seorang temannya yang lain. Kemudian keduanya berbalik berjalan ke arah Tuan Khalid dan Ahmed untuk mendiskusikan sesuatu. Mereka menatap Siti sejenak sebelum mengatakan hal yang terlihat penting kepada Tuan Khalid.
Siti yang posisinya cukup jauh dari mereka, tidak dapat mendengarkan apa yang mereka bicarakan dengan suara yang sangat pelan. Dia hanya melihat perubahan gelagat Tuan Khalid yang tadinya cukup tenang kini terlihat begitu marah. Apakah gerangan yang mereka bicarakan?
Tak lama berselang, kedua polisi berseragam hitam tersebut datang menghampiri Siti.
"Berdasarkan bukti-bukti dan keterangan para saksi, dengan sangat menyesal kami harus membawa Nona Siti ke kantor untuk pemeriksaan lebih lanjut."