"Seharusnya saya yang menyetir," Siti masih tidak enak memandangi tuannya. Dari tadi, sejak di restoran, dia merasa diperlakukan bukan sebagai pelayan. Sebaliknya, Tuan Khalid-lah yang membantunya. Tadi, sang Tuan membawakan nampan makanan untuknya, bahkan menghabiskan makanan dan minuman sisanya. Sekarang, melihat tuannya menyetir sendiri, sementara dia duduk manis di sebelah sang Tuan, Siti menjadi merasa sangat tak nyaman. "Kenapa kamu cerewet sekali?" omel Tuan Khalid lagi. "Kita masih dalam penyamaran." Tuan Khalid menambahkan demikian agar Siti tidak protes lagi. Beliau bersyukur bahwa pengakuan perasaannya tadi tidak ditanggapi serius oleh Siti. Senang sekaligus kecewa. Namun beliau sadar bahwa tidak mungkin beliau, pria dengan empat istri, akan diharapkan menyatakan cinta kepad