Bab 3

2040 Kata
Lucas melangkah tergesa keluar laboratorium. Beruntung ia tidak melupakan kunci mobilnya sehingga ia bisa langsung ke tempat parkir tanpa harus kembali ke dalam untuk mengambilnya kembali. Sebenarnya Lucas bukan seorang yang pelupa, hanya saja karena terlalu sibuk mencampur semua larutan kadang membuatnya tidak ingat meletakkan salah satu benda penting itu. Lucas memasuki mobil, memutar kunci kontak tetapi urung menyalakan mobil. Tatapannya terpaku pada pak Willson. Pria yang bertugas menjaga laboratorium itu terlihat aneh. Pak Wilson menatap telepon selulernya, beberapa menit tidak bergerak ataupun mengedipkan mata. Terus saja menatap benda pipih persegi panjang itu seolah benda itu yang paling menarik. Pak Wilson juga tidak menyapanya seperti hari-hari biasanya. Ia baru menyadarinya sekarang, hari ini pak Wilson terlihat berbeda. Lebih pendiam. Sebenarnya bukan hanya pak Wilson saja yang terlihat aneh hari ini, beberapa rekan kerjanya juga seperti itu. Kantin laboratorium yang biasanya ramai oleh para pekerja hari ini terlihat lengang. Pengunjung kantin dapat dihitung dengan jari, seolah rekan-rekan kerjanya membawa bekal dari rumah masing-masing. Di lorong juga tidak tampak para pekerja yang bersileweran, lorong juga sepi seperti kantin. Apakah semua yang bekerja di laboratorium sepakat mogok atau ini hanya perasaannya saja? Atau, apakah hanya dirinya dan David yang bekerja hari ini sementara rekan mereka yang lainnya meliburkan diri sendiri tanpa pemberitahuan? Namun, tempat parkir penuh seperti biasa, yang menandakan semuanya hadir seperti biasa. Tak memedulikan keanehan yang terjadi, Lucas menyalakan mobil dan melajukannya dengan kencang menuju rumah. Ia sudah sangat lelah hari ini, memerlukan istirahat secepatnya. Pekerjaannya yang semuanya serba salah membuatnya dua kali lebih lelah dari hari biasanya. Sepertinya malam ini ia perlu tidur lebih awal agar tidak terlambat bangun lagi esok pagi. Sungguh, terlambat bangun membuat semuanya berantakan. Satu jam kemudian mobil Lucas sudah terparkir di garasi rumahnya. Lucas segera keluar dari mobil, bergegas masuk ke rumah melalui pintu garasi yang terhubung ke ruang tengah. Lucas langsung menuju tangga, menaikinya untuk mencapai kamar tidurnya yang berada di lantai dua. Kalau menurutkan hatinya ingin ia langsung berbaring. Apalagi tempat tidurnya seolah memanggil, menggoda untuk ditiduri. Namun, sudah menjadi kebiasaannya untuk membersihkan tubuh terlebih dahulu sebelum beristirahat. Ia tidak pernah terbiasa tidur dengan tubuh yang lengket oleh keringat. Ia akan gelisah, tidurnya tidak akan nyenyak. Dengan berat hati dan kemalasan di tingkat tertinggi, Lucas menyeret kaki menuju kamar mandi. Sepuluh menit Lucas sudah berada di atas tempat tidur. Duduk bersandar pada kepala ranjang dengan selimut sebatas pinggang. Membiarkan dadanya yang polos terekspos, memamerkan kotak-kotak di d**a dan perutnya yang membuat para wanita yang melihatnya memekik dan o*****e tanpa dijamah. Lucas mempunyai satu kebiasaan buruk lagi selain tidak bisa tidur sebelum mandi, ia juga tidak bisa tidur dengan pakaian lengkap. Terlalu gerah baginya sehingga ia selalu tidur dengan bertelanjang d*da. Lucas memijit pelipis, kepalanya sedikit berdenyut sejak ia masih berada di tempatnya bekerja tadi. Semua dikarenakan dirinya yang terlambat bangun tadi pagi. Hari ini semua pekerjaannya tidak ada yang selesai, semuanya berantakan. Ruangannya meledak, beruntung tidak sampai merusak ruangan lain, hanya ledakan kecil yang tidak berimbas buruk. Namun, membuat semua larutan kimia hasil pencampurannya kemarin berhamburan. Ia gagal. Lucas menggeleng. Mendongak dengan mata terpejam rapat. Sepertinya ia benar-benar harus tidur awal malam ini agar tidak terlambat esok. Otaknya harus diistirahatkan lebih lama. Terlalu lelah memikirkan campuran larutan membuat otaknya berasap. Melupakan makan malam yang masih beberapa menit lagi, Lucas membaringkan tubuhnya. Untuk makan malam, ia masih bisa melakukannya nanti. Lagipula ia masih belum terlalu lapar, serba salah bekerja membuat perutnya terasa selalu kenyang. Makan terlalu malam memang bukan kebiasaan yang baik, Lucas menghindarinya. Namun, untuk kali ini ia akan melakukannya, terpaksa. Saat ini ia lebih membutuhkan istirahat daripada makan malam. Satu lagi kebiasaannya sebelum tidur. Lucas selalu memeriksa ponselnya. Ia selalu mengecek siapa saja yang mengiriminya pesan dan menelepon saat ia tengah bekerja. Biasanya ia akan membalas pesan dan telepon-telepon itu. Meski tidak semuanya, ia hanya akan membalas sebisanya yang menurutnya lebih penting saja. Lucas meraba nakas, tempat ia biasa meletakkan ponsel. Alisnya mengernyit tidak menemukan ponsel. Lucas menoleh, menatap ke tempat itu yang kosong. Ponselnya tidak ada, padahal seingatnya ia meletakkan di tempat biasa. Apa mungkin ia meninggalkannya di kamar mandi? Tapi, tidak mungkin. Ia tidak pernah mandi dengan pakaian lengkap, pakaian kotor sudah diletakkan di tempatnya di dekat mesin cuci. Tadi ia tidak merasakan sesuatu yang berat di pakaiannya. Lalu, kalau tidak di dua tempat itu, di mana ponselnya? Lucas kembali mendongak, tangannya terangkat memencet pangkal hidung. Berusaha mengingat di mana ia meninggalkan alat komunikasi itu. Perlu beberapa menit bagi Lucas untuk mengingatnya, kalau ia sudah meninggalkan ponselnya di ruangannya di laboratorium. Lucas berdecak, menyesali kecerobohannya hari ini. Ia tidak melupakan kunci mobil, tapi meninggalkan ponsel di ruangannya. "Lucas, kau sangat hebat sampai melupakan benda penting itu." Lucas mengerang, berbaring dan menarik selimut sampai bahu. Ia memilih untuk tidur sekarang juga. Untuk ponsel, pesan dan telepon yang masuk, ia bisa membalasnya esok. Yang terpenting sekarang adalah istirahat dan tidur. *** Tengah malam Lucas terbangun, cacing-cacing penghuni perutnya berdemo belum diberi makan. Dengan sangat malas karena masih mengantuk Lucas turun ke lantai dasar menuju dapur. Ia hanya membuat makan malam seadanya. Memanaskan makanan kaleng, membawanya ke atas setelah makanan itu bisa disantap. Ia akan memakannya di atas tempat tidur. Sungguh bukan merupakan perbuatan yang baik memang, Lucas juga biasanya menghindari melakukan hal-hal seperti itu. Namun, tidak untuk kali ini. Sekali-sekali melanggar tidak apa-apa, kan? Ternyata makan di atas tempat tidur tidak buruk, mungkin ia akan mencobanya lagi nanti. Sesekali untuk menyenangkan diri. Lucas meletakkan piring kotor di atas nakas di sebelah jam digital, terlalu malas mengembalikannya ke dapur. Ia akan membawanya turun esok pagi sekalian pergi bekerja. Sekarang yang akan dilakukannya adalah kembali tidur karena masih malam. Lucas menoleh ke arah jam digital, meringis melihat angka-angka di layar jam. Sudah lewat tengah malam. Ia harus kembali tidur agar bisa bangun lebih awal. Karena sungguh, terlambat bamhun pagi memiliki dampak yang sangat tidak baik untuknya. Lucas kembali berbaring setelah yakin semua makanannya sudah dicerna. Menarik selimut dan memejamkan mata, mencoba untuk menjelajahi alam mimpi secepatnya. Ia memerlukannya agar bisa bangun lebih pagi. Namun, pada kenyataannya Lucas baru dapat memejamkan mata beberapa jam kemudian. *** Senyum mengembang sempurna di bibir merah alami milik Lucas Collins ketika pagi ini ia tidak bangun terlambat. Ia terbangun saat alarm yang dipasang pada jam digital berbunyi. Segera Lucas melangkah ke kamar mandi, ia akan membersihkan diri. Sudah menjadi kebiasaan Lucas untuk mandi setelah bangun tidur. Ia selalu melakukannya, kemudian berolahraga di halaman belakang. Setelah itu kembali mandi barulah ia.pergi ke tempat kerja. Semuanya memang monoton, tidak ada yang berbeda. Namun, tidak untuk hari ini. Lucas lagi-lagi melihat keanehan seperti yang dilihatnya kemarin saat akan pulang ke rumah. Nyaris semua tetangganya yang biasanya ceria pagi ini justru terlihat sangat tidak bersemangat. Pak Walter yang biasanya paling bersemangat diantara mereka semua pagi ini terlihat loyo. Lucas mengamati mereka dari dalam mobilnya. Bagaimana loyonya pak Walter pagi ini. Pria paruh baya itu adalah atlet. Setiap harinya pak Walter selalu penuh semangat. Setiap pagi ia selalu melakukan senam dan pemanasan sebelum menjalankan aktivitas harian. Namun, pagi ini pak Walter terlihat seperti seseorang yang sudah tidak tidur selama seminggu. Wajahnya yang biasanya berseri pagi ini tampak pucat, tidak ada gairah hidup terpancar pada wajah tua itu seperti hari-hari biasa. Selama bertetangga dengan pak Walter yang tinggal persis di sebelah rumahnya, ia tidak pernah melihatnya seperti itu. Meski tinggal sendirian, pak Walter selalu bahagia dan bersemangat setiap harinya. Ini adalah yang pertama yang dilihatnya. Lucas menggeleng pelan, mengabaikan keanehan yang dialami para tetangganya. Ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan mereka, sekarang waktunya bekerja. Ia tentu tidak ingin terlambat lagi tiba di laboratorium setelah dua hari ini tidak tiba tepat waktu. Lucas menyapa para tetangganya seperti biasa, tapi mereka tidak balas menyapa. Padahal biasanya mereka yang ribut, berebut untuk menyapanya. Keanehan yang lainnya. Namun, sekali lagi Lucas mengabaikan. Ia tetap melakukan semua kebiasaannya setiap pagi sebelum memulai aktivitas di tempat kerja. Jalan raya utama kembali padat merayap. Sepertinya kecelakaan seperti kemarin terjadi lagi. Hanya pagi ini sangat berisik, bukan karena suara teriakan para pengendara yang menanyakan keadaan melainkan karena suara klakson mobil yang bersahut-sahutan. Sampai Lucas harus menutup semua kaca jendela mobil untuk sekedar meredam kebisingan. Semua orang seolah menjadi tidak sabaran. Padahal mereka tidak akan terlambat, masih ada waktu satu jam lagi baru jam masuk kantor. Lucas mencoba untuk tenang, meski kebisingan ini sangat mengganggu. Ia mencoba menikmati suara klakson itu yang membentuk sebuah harmonisasi..Sayangnya tidak bisa, tidak ada harmonisasi yang tercipta dari sekumpulan manusia yang tidak sabaran. Dirinya juga seperti itu dua hari yang lalu, ia juga membunyikan klakson. Namun, itu murni karena ia ingin menghibur diri. Lagipula hanya sekali saja ia membunyikan, pengendara di sebelahnya menegur. Lalu, apakah tidak ada pengendara yang menegur? Ataukah mereka saling tegur dengan bunyi klakson itu? Sangat manis. Lucas memukul setir kesal. Beruntung beberapa menit kemudian mobilnya sudah bisa melaju dengan tenang. Lalu lintas sudah lancar. Lima belas menit yang diperlukan Lucas diperjalanan sebelum tiba di laboratorium. Lucas tiba lebih awal hari ini, ia ingin membayar keterlambatannya selama dua hari ini. Sejak bangun pagi tadi moodnya sudah baik-baik saja, ia kembali bersemangat meski tadi malam harus makan malam sendirian di rumah, dengan menu yang terlalu sederhana..Sesuatu yang tidak pernah dilakukannya selama ini. Ia selalu makan bersama rekan-rekan kerjanya, tadi malam adalah yang pertama ia makan malam di rumah. Rasanya tidak buruk, apalagi dilakukan di atas tempat tidur. Lucas tahu itu kebiasaan buruk, tapi itu bukan kebiasaannya. Ia baru sekali melakukannya. Yeah, walaupun ia berniat untuk melakukannya lagi, tapi sepertinya tidak dalam waktu dekat ini. Ia masih sibuk, hari ini akan pulang seperti jam biasanya. Lucas memasuki laboratorium dengan alis berkerut. Pak Wilson tidak menyapanya seperti kebiasaan pria itu selama ini. Pak Wilson adalah pria yang ramah, ia selalu menyapa setiap orang yang bekerja di dalam laboratorium. Namun, tidak dengan hari ini, pak Wilson terlihat sangat berbeda. Keramahan dan semangatnya hilang, pak Wilson seperti seseorang yang tidak memejamkan mata selama seminggu. Lihatlah lingkaran hitam di seputar matanya. Lingkaran hitam itu sangat jelas terlihat, seolah pak Wilson memang benar-benar tidak tidur beberapa hari. Pria paruh baya bertubuh gemuk itu terlihat seperti mayat hidup yang sering dilihatnya dalam film di televisi dan bioskop. Hanya saja pak Wilson tidak memakan daging seperti para mayat hidup di film itu. Tentu saja, kan? Ini bukan film dan pak Wilson bukanlah mayat hidup. Astaga, Lucas! Apa yang ada di otakmu? Kau melantur terlalu jauh, Bung! Lucas mendengkus kasar. Merutuki kebodohannya sendiri. Sempat-sempatnya ia menyamakan pak Wilson dengan mayat hidup di dalam film hanya karena fisik pria itu yang sekarang tak jauh berbeda dari para mayat hidup di dalam film. Lucas menggeleng, mengangkat bahu berusaha mengabaikan dan bergegas memasuki ruangannya. Lucas segera mengenakan jas putih yang diambilnya dari dalam lemari. Setiap hari jas laboratorium yang dikenakannya berbeda. Total ia memiliki tujuh buah jas lab yang akan dikenakan setiap harinya. Ada sebuah keranjang tempat cucian kotor di dekat tempat sampah di sudut sana. Ia akan meletakkan jas yang sudah dikenakan di keranjang itu, petugas kebersihan akan mengambilnya dan memberikan kepada petugas laundry khusus di laboratorium. Laboratorium tempatnya bekerja memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Nyaris semua yang dibutuhkan ada di sini. Bahkan lapangan basket saja ada, indoor dan outdoor. Sangat keren, bukan? Lucas yang memang sejak kecil sangat menyukai olahraga bola basket selalu menghabiskan waktu sore sebelum pulang untuk bermain basket di lapangan outdoor. Lapangan itu lebih ramai karena letaknya yang bersebelahan dengan tempat parkir. Mungkin nanti sore ia akan bermain lagi setelah dua hari tidak bermain. Sepertinya ia akan mengajak David, ia yakin sahabatnya itu memerlukan olahraga yang sebenarnya setelah berolahraga yang dipenuhi desah dan erangan. Lucas yakin David pasti meneruskan kegiatannya itu di apartemennya. Berbeda darinya yang tinggal di sebuah rumah permanen, David lebih memilih tinggal di apartemen yang menurutnya lebih praktis. Namun, baginya sama saja. Tinggal di rumah permanen ataupun apartemen sama-sama memiliki keuntungan dan kerugian. Ia sudah pernah tinggal di apartemen selama kuliah dan tidak ingin mengulanginya lagi. Hanya terkadang kala ia merindukan tidur di sana Lucas akan tidur di apartemennya, tapi itu sangat jarang ia lakukan. Ia tetap lebih memilih rumah daripada apartemen. Kau bisa berkumpul dan bertemu dengan para tetangga di dekat rumahmu setiap pagi dan sore. Itu yang tidak ditemukannya di apartemen, selain sinar matahari langsung tentu saja. Lucas meletakkan semua peralatan yang digunakannya untuk bekerja. Ia siap memulai aktivitasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN