bc

Cellular

book_age18+
1.5K
IKUTI
9.3K
BACA
adventure
doctor
drama
scary
brilliant
expert
male lead
realistic earth
like
intro-logo
Uraian

WARNING 18+

KHUSUS DEWASA

Satu virus menyerang kota. Membuat gila yang dijangkitinya.

Berhasilkah Dr. Lucas Collins menemukan penawarnya kalau virus yang berasal dari sebuah telepon selular itu juga menyerang ponsel miliknya?

Cover by Me

Pict

https://pin.it/3U49oFq

Font by PicsArt

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
Pagi yang cerah seperti biasanya. Dokter Lucas Collins bersiap untuk segera pergi ke laboratorium tempatnya bekerja. Mengambil kunci kontak mobil di atas nakas dan segera turun menuju garasi di mana mobilnya berada. Lucas tidak pernah sarapan pagi di rumah, begitu pun dengan makan siang dan makan malam. Terlalu membosankan untuknya makan sendirian, lebih menyenangkan makan bersama rekan-rekan kerjanya di laboratorium. Meski sudah tinggal sendirian cukup lama, Lucas masih belum terbiasa. Lucas sudah tinggal sendiri sejak dia mulai kuliah. Menolak tinggal di asrama, Lucas lebih memilih untuk tinggal di sebuah unit apartemen yang tak jauh dari kampus. Sekarang sudah sembilan tahun berlalu sejak hari itu, tapi tetap saja dia tidak terbiasa. Meskipun suka kesunyian tapi Lucas tidak menyukai sepi. Dia memerlukan keadaan yang sunyi saat bekerja, konsentrasinya akan buyar kalau sedikit saja ada suara. Karena itu Lucas lebih senang bekerja sendiri tanpa ada rekan kerja. Dia hanya akan meminta bantuan kepada rekan-rekan di laboratoriumnya apabila dia benar-benar membutuhkan. Mobil Lucas perlahan keluar dari garasi. Mulai melaju dengan kecepatan rendah. Lucas pria yang ramah, semua tetangga di sekitar rumah mengenalnya. Lucas selalu menyapa mereka saat dia akan pergi bekerja maupun saat pulang. Seperti sekarang, Lucas menyempatkan diri untuk menyapa Kori, wanita setengah baya yang tinggal dua buah rumah dari rumahnya. Begitu juga Joseph, pria tua yang tinggal sendirian di rumahnya. Joseph adalah seorang veteran perang, dia sudah tidak memiliki keluarga lagi. Semua keluarganya sudah meninggal dunia. Meski veteran perang Joseph adalah seorang pria yang ramah, semua tetangga menyukainya. "Selamat bekerja, Lucas!" Joseph melambaikan tangan. Lucas membalas lambaian tangan itu dan tersenyum. "Terima kasih, Joseph!" Lucas mempercepat laju mobilnya begitu keluar dari komplek perumahan. Sekarang dia berada di jalan raya, bergabung bersama kendaraan-kendaraan lainnya. Berlomba untuk tiba di tempat kerja tepat waktu. Lucas menyalakan radio untuk mengusir kesunyian. Jalan mobilnya melambat, seiring terjadinya kerumunan di depan sana. Entah apa yang terjadi, Lucas berharap tidak akan memakan waktu lama. Dia benar-benar terburu, tiba tepat waktu menjadi sebuah kewajiban untuknya. Lucas melirik jam tangan yang menghiasi pergelangan lengan kirinya. Sudah beberapa menit berlalu, tapi mobilnya tetap berada di tempat yang sama, tidak bergerak sedikit pun. Mobilnya berhenti sejak dua menit yang lalu karena mobil di depannya juga berhenti. Tidak mungkin Lucas tetap menjalankan mobil kecuali dia ingin bunuh diri. Hal yang tidak mungkin dilakukannya. Meski hidup sendiri dan tidak menyukai kesunyian saat dia tidak bekerja, Lucas tetap menyayangi dan menghargai hidupnya. Dia tidak ingin mengakhirinya begitu saja. Sudah lebih dari sepuluh menit, tapi tidak ada tanda-tanda kemacetan terurai. Mobil-mobil di depannya tetap tidak bergerak, entah apa yang terjadi di depan sana yang membuat mereka tidak juga menjalankan mobil mereka. Namun, kalau dilihat dari keadaan seperti ini, biasanya terjadi kecelakaan lalu lintas. Semoga saja tidak, dia tidak ingin terlambat untuk pertama kali dan mencatat sejarah di laboratorium. Lucas Collin yang tidak pernah datang terlambat akhirnya terlambat. "s**t!" Lucas memaki kasar. Membayangkan ejekan rekan-rekan kerjanya di laboratorium ternyata membuat moodnya memburuk. Lucas menyapa seorang pengemudi yang keluar dari mobilnya, dia ingin tahu apa yang telah terjadi di depan sana. Pengemudi itu dari depan, mengecek keadaan. "Apa yang terjadi?" Lucas bertanya dengan raut wajah yang khawatir. "Biasa!" jawab si pengemudi sambil menggerakkan kepalanya ke samping sekali. "Kecelakaan. Seorang perempuan menabrakkan mobilnya ke pembatas jalan." Lucas mengerjap heran. Seorang perempuan menabrakkan mobilnya? Apakah ini kasus bunuh diri? Tak menghiraukan lagi apa yang dikatakan pengemudi itu sebelum dia berlalu dari hadapannya, Lucas terlalu terkejut mendengar apa yang dikatakannya. Apakah perempuan itu memiliki masalah sehingga nekat mengakhiri hidupnya dengan jalan pintas seperti itu? Sungguh suatu pilihan yang menyesatkan, sebuah jalan pintas yang sangat menyakitkan. Lucas bergidik. Selama dua puluh tujuh tahun hidupnya, tidak pernah dia melihat hal-hal seperti itu. Dia sangat tidak suka dengan hal-hal berbau mayat. Itulah sebabnya Lucas menolak saat pihak kepolisian ingin merekrutnya sebagai koroner mereka. Jangankan melihat, mendengarnya saja dia sudah bergidik ngeri. Lucas lebih memilih bekerja di laboratorium penelitian. Dia lebih senang mencium bau bahan-bahan kimia daripada mencium bau formalin yang sangat menyesakkan. Lucas berdecak. Sekali lagi memeriksa jam tangannya dan mengerang saat melihat jarum jam yang menunjuk ke angka sembilan. Dia benar-benar terlambat hari ini. Padahal ada sesuatu yang harus dikerjakannya pagi ini. Kalau tidak tiba di lab sekarang, pekerjaannya tidak akan selesai sesuai target. Lucas mengembuskan napas kesal. Ada-ada saja, pikirnya. Lucas sudah bosan dengan kesehariannya, terlalu monoton. Setiap hari selalu sama, nyaris tidak ada yang berbeda. Sekarang dia terjebak macet di sini, merupakan hal yang berbeda. Namun entah kenapa dia tidak suka. Dia tidak suka dengan sesuatu yang terlambat, Lucas sudah terbiasa tepat waktu. Keterlambatannya kali ini adalah yang pertama. Lucas membunyikan klakson, mencoba menarik perhatian setiap pengemudi yang mendengarnya. "Tidak akan berhasil, Bung!" komentar salah seorang pengemudi yang berada di sebelah kiri Lucas. "Mereka masih membereskan kecelakaan itu. Bukan hanya kau yang ingin tiba di tempat tujuan tepat waktu. Aku dan setiap orang yang berada di sini juga menginginkan hal yang sama denganmu." Lucas mengerang di dalam hati. Menatap pengemudi itu dengan tatapan memelas. "Aku tahu, Bung!" jawab Lucas. Aku hanya ingin menghilangkan stress-ku, itu saja." Lucas mengangkat bahu. "Maafkan aku!" Pengemudi itu tertawa. "Mungkin kau bisa bernyanyi agar tidak mengganggu yang lain," usulnya. "Yeah, mungkin." Lucas kembali mengangkat bahu. "Meski itu akan merusak pita suara dan gendang telingaku. Percayalah, suaraku sangat merdu." Tawa pengemudi itu kembali pecah, kali ini bahkan lebih keras dari tadi. "Aku percaya," ucapnya disela tawa. Pembicaraan mereka masih berlanjut sampai mobil di depan mereka bergerak. Kemacetan karena kecelakaan yang terjadi sudah dapat diatasi. "Sampai jumpa! Senang bertemu denganmu!" seru Lucas sebelum melajukan mobilnya menuju laboratorium tempatnya bekerja. *** Percayalah, setiap orang pasti tidak ingin terlambat dan tiba di tempatnya bekerja selalu tepat waktu. Tidak terkecuali dengan Lucas. Dia yang tidak pernah terlambat tiba di laboratorium menjadikan moodnya memburuk. Beruntung pekerjaannya tidak terganggu, dia masih bisa meneliti dan mencampur beberapa bahan kimia tanpa kesalahan. Meski sedang dalam suasana hati yang kurang bagus, Lucas tidak pernah membuat kesalahan dalam bekerja. Lucas selalu serius dalam pekerjaan, tidak ada yang dapat membuatnya melakukan kesalahan kecuali dirinya sendiri yang menghendaki. "Bagaimana rasanya terlambat, apakah menyenangkan?" tanya Peter Walls, salah seorang rekan kerja Lucas di laboratorium. Sama seperti Lucas, Peter juga memiliki ruangan sendiri. Bedanya Peter memiliki seorang asisten, sementara Lucas tetap bekerja sendiri. "Well, rasanya tidak seburuk itu." Lucas mengangkat bahu. "Aku masih bisa menyelesaikan penelitianku." "Sungguh?" tanya Peter lagi dengan tatapan tidak percaya. Dia sangat tahu kalau Lucas adalah orang yang tepat waktu. Lucas termasuk cerewet mengenai itu. Lucas mengangguk. "Memang sedikit berdampak pada suasana hatiku, tapi aku dapat mengatasinya." "Astaga! Ini sangat keren!" Peter menepuk pipinya dengan gaya dramatis, kemudian menepuk bahu Lucas. "Selamat, Kawan. Kau hebat!" pujinya tulus. "Kalau aku jadi kau, aku tidak akan bisa mengerjakan apa-apa." "Untungnya kau bukan aku," sahut Lucas cuek. Peter membelalak kesal. "Hei, apa maksudmu?" tanyanya tak suka. "Bukan aku yang selalu cerewet soal waktu. Bukan aku juga yang terlambat tiba di lab hari ini!" "Lalu?" Lucas bersedekap, punggungnya melekat di kursi kantin. Mereka sedang berada di salah satu kantin lab, sedang menikmati makan siang mereka. Lucas memesan porsi double, dia tidak sempat sarapan tadi pagi, dan sekarang makan siang itu sudah berganti tempat menjadi penghuni perut mereka. "Lalu ... aku tidak peduli," jawab Peter bodoh. Dia sadar telah salah mengambil topik pembicaraan. Namun, dalam hati Peter tetap mengagumi rekan kerjanya. Peter dan Lucas adalah salah dua dari beberapa senior yang bekerja di lab ini. Mereka sudah menghabiskan 7 tahun bekerja di sini. Terhitung sejak mereka berusia 20 tahun. Selain sama lama waktu bekerja, mereka juga seusia. Karena itu mereka berdua terlihat lebih akrab daripada dengan rekan kerja lainnya. "Aku juga tidak peduli, Kawan." Lucas kembali mengangkat bahu. "Astaga! Kalau saja tidak karena kecelakaan itu aku pasti bisa lebih cepat menyelesaikan penelitianku!" Lucas mengacak rambut pirangnya kesal. Peter tertawa. "Aku akan mencoba membuat ramuan penghilang kesal." Lucas tahu Peter hanya mencoba melawak, tapi sungguh lawakan itu sangat tidak lucu. Bukannya membuatnya tertawa, justru dia semakin kesal. Lucas menatap Peter datar. "Hei, Luke! Aku serius dengan ini!" Peter membela diri. Tatapan menuduh Lucas terlalu menganggu baginya. "Aku akan membuat ramuan itu dan menawarkannya kepada para produsen kosmetik." Alis Lucas bertaut mendengarnya. Apa hubungan antara rasa kesal dan kosmetik? Kenapa Peter tidak menawarkannya para para produsen obat-obatan seperti yang selama ini mereka lakukan? "Mereka bisa mencampurkannya pada parfum agar yang memakainya tidak merasa kesal." Peter tersenyum lebar. "Atau mereka bisa menyemprotkannya ketika mereka merasa kesal sehingga mereka tidak lagi merasakannya." Lucas mengangkat kedua tangan setinggi kepala kemudian menggeleng. "Terserah kau saja," ucapnya. "Aku hanya bisa mendukungmu." Peter tertawa. "Terima kasih, Kawan," ucapnya menepuk bahu Lucas pelan. "Apakah malam ini kau ada acara? Mungkin kita bisa pergi ke bar dan minum-minum bersama." Lucas menggeleng. "Terima kasih atas tawaranmu, Kawan, tapi maaf aku tidak bisa. Waktu malammu selalu kugunakan untuk beristirahat." Peter mengangguk. Dia tahu dengan kebiasaan Lucas yang selalu bangun beberapa saat sebelum atau sesudah matahari terbit. Sangat berbeda dengannya yang selalu bangun pukul setengah delapan pagi. "Baiklah, aku tidak akan memaksa," ucap Peter sambil mengangkat bahu. "Lagipula percuma memaksamu, kau tetap tidak akan mau." Lucas tertawa. "Kau mengenalku dengan sangat baik, Kawan," ucapnya. Peter tidak menjawab, dia hanya mengangguk mengiakan pernyataan Lucas. *** Sudah malam, Lucas bersiap untuk pulang. Mejanya sudah rapi. Mikroskop, tabung reaksi, berbagai macam jenis pipet, labu ukur dan alat-alat lainnya sudah diletakkan di tempat masing-masing. Selain tepat waktu, Lucas juga orang yang rapi. Dia tidak pernah meninggalkan ruangannya dalam keadaan berantakan. Lucas menyambar kunci mobil, keluar dari ruangannya dan mengunci pintu. Berjalan sedikit sempoyongan menuju keluar. Lucas hanya menganggukkan kepala membalas sapaan beberapa rekan kerjanya yang masih berada di lab, sepertinya mereka lembur. Sapaan petugas penjaga laboratorium pun dibalasnya dengan anggukan juga. Dia sangat lelah, hari ini bukanlah hari yang menyenangkan. Dia memulainya dengan buruk. "Hati-hati, Dok!" seru si petugas. "Anda tampak kurang tidur!" Lucas kembali mengangguk. Melambaikan tangan pada Henry, si petugas penjaga keamanan laboratorium, sebelum melajukan mobil dalam kecepatan lumayan tinggi. Malam hari, jalanan tidak sepadat saat siang. Para pekerja kebanyakan sudah kembali ke rumah mereka. Yang berada di jalan raya hanyalah orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan, atau orang-orang yang bekerja pada malam hari. Jalanan lancar, satu jam kemudian Lucas sudah tiba di rumahnya. Tidak ada lagi yang menyapa. Para tetangganya sudah berada di dalam rumah mereka masing-masing. Berbagi kehangatan bersama keluarga. Begitu berbeda dengan keadaan di dalam rumahnya. Lucas mengerang kesal. Hidupnya terlalu monoton, tidak ada yang berubah, selalu saja sama setiap harinya. Dia bangun pada pagi hari, kemudian pergi bekerja, dan kembali pada sore atau malam hari, lalu tidur lagi. Selalu seperti ini, membosankan! Lucas ingin sedikit perubahan. Mungkin dengan menerima ajakan Peter untuk pergi ke bar atau club. Entahlah. Jujur saja, dia tidak pernah tertarik pada dua tempat itu. Dia tidak menyukainya, laboratorium terlihat lebih menyenangkan daripada bar dan club malam. Lucas memutar bola mata. Sepertinya dia pria yang membosankan. Pantas saja dia masih sendiri sampai sekarang, tidak ada seorang gadis pun yang tertarik pada pria yang tidak tahu bagaimana caranya bersenang-senang. Lucas bukannya tidak laku, saat masih sekolah dan berstatus sebagai mahasiswa, banyak gadis yang mendekati dan mengajaknya berkencan. Siapa yang tidak tertarik padanya? Rambut pirang, mata biru cemerlang seperti langit, dan tubuh yang proporsional, merupakan idaman gadis-gadis. Sayangnya, dia selalu menolak saat gadis-gadis itu mengajaknya keluar. Dia tidak tertarik pada pesta atau semacamnya. Yang disukainya adalah berada di dalam ruangan yang dipenuhi bahan kimia dan berbagai macam peralatan untuk uji coba. Lucas bukan seorang yang introvert. Dia terbuka dan menyukai petualangan seperti yang lainnya. Hanya saja Lucas lebih mementingkan hobi dan pekerjaannya. Menurutnya, bekerja di bidang yang disukai bisa menyalurkan hobi dan itu sangat menyenangkan. Seperti itulah yang dilakoninya sekarang. Dia sangat menyukai semua yang berkaitan dengan uji coba dan laboratorium. Cita-citanya adalah bekerja dan memiliki laboratorium sendiri. Sejak kecil dia sangat menyukai tabung reaksi, labu ukur dan alat-alat lain yang biasanya hanya ditemukan di laboratorium. Lucas menggeleng pelan. Mengusir semua prasangka negatif yang dilayangkan oleh dirinya sendiri. Dia hanya bosan dan perlu perubahan. Itu saja. Sebaiknya dia tidur sekarang agar besok tidak terlambat dan bisa bangun tepat waktu. Ia tidak ingin terlambat lagi seperti tadi pagi yang akan berakibat buruk pada harinya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
633.7K
bc

Marriage Aggreement

read
84.1K
bc

Wolf Alliance Series : The Path of Conquest

read
41.5K
bc

Menantu Dewa Naga

read
180.1K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
155.8K
bc

Dilamar Janda

read
322.8K
bc

Pendekar Benua Timur

read
9.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook