Chapt 5. Feeling

2870 Kata
*** Central Park, New York, USA., Pagi hari.,             Seorang pria dengan tubuh kurang lebih 1.80 meter. Dengan kemeja putih berbalut jas hitamnya, dia berdiri tepat di samping mobil mewah hitam berlogo bintang tiga tipe C-Class.             Kesiap siagaan dirinya, dengan posisinya yang sudah berada di dalam Central Park membuatnya masih berkonstrasi menunggu seseorang. Dengan sebuah amplop coklat yang sudah dia pegang di tangan kirinya. Sesekali dia mengecek ponselnya untuk melihat jika ada pesan atau email masuk dari seseorang yang sudah hampir 1 jam dia tunggu. … Selang beberapa menit, suara deruan mobil mulai terdengar di pendengarannya. Pandangannya mulai tertuju pada mobil mewah berwarna merah yang melaju ke arahnya. Ckkiiitttt!!!             Mobil mewah berwarna merah itu berhenti tepat di depan mobilnya. Pria itu, dia segera mendekati pria yang keluar dari mobil mewah merahnya.             Pria itu mulai membuka suaranya. “Tuan Dyrga, ini yang Anda inginkan.” Ucap pria itu sambil menyodorkan amplop coklat itu ke arah pria berkaos biru dongker itu.             Yah! Pria itu Charlow Fernandez. Charl menyodorkan map coklat itu kepada Boss nya, Adyrga Abraham Althaf.             Dyrga, yang baru saja keluar dari mobil mewahnya. Tanpa bersuara, dia lalu mengambil amplop coklat itu. Dan duduk di bagian depan mobil mewahnya. Tangannya mulai membuka amplop coklat itu.             Charlow, dia berdiri dan diam melihat Boss nya yang masih meneliti hasil pencarian yang diinginkan Boss nya sehari yang lalu. Sikapnya tampak terlihat biasa saja, padahal Boss nya yang sangat ingin sekali mendapatkan segala informasi yang berkaitan dengan gadis yang merupakan putri tunggal dari pewaris perusahaan terkaya nomor 1 di Dubai, Eruca Alp Corporation.             Dyrga, dia meneliti satu persatu lembaran yang dia pegang. Keseriusan bola matanya mampu mengelabui orang yang tengah memandangnya saat ini. ‘Ayra Gohan Alecjandro.’ Bathin Dyrga sambil melihat wajah Ayra di balik foto yang dia pegang saat ini.             Seakan waktu berhenti berputar. Melihat wajah cantiknya, mampu menerbitkan senyuman di kedua sudut bibirnya, yang bahkan hampir tak terlihat oleh siapapun yang memandangnya saat ini.             Dia menghela panjang nafasnya. Lalu mengalihkan pandangannya ke depan. Dengan kedua tangannya masih memegang amplop coklat dan juga beberapa foto. Melihat hamparan taman hijau yang luas, yang dikerumuni oleh berbagai orang yang juga menikmati indahnya Central Park di kota New York pada pagi hari ini.             Seraya menyuruh otaknya untuk kembali memutar semua memori itu. Memori yang menyimpan kejadian yang membuat dirinya kembali merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Bahkan saat bersama dengan masa lalunya itu, Dyrga belum pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.             Charlow, tiba-tiba dia memanggilnya sehingga membuyarkan lamunan Boss nya. “Tuan Dyrga ?” Tanya Charlow menyapanya sopan.             Dyrga yang masih dalam keadaan sadar, dia kembali menghela panjang nafasnya. Sebagai isyarat bahwa dirinya masih bisa mendengar panggilan dari sekretaris pribadinya itu.             Tanpa mengalihkan pandangannya ke samping kiri, Dyrga mulai membuka suaranya. “Jadi benar, kalau dia putri tunggal dan pewaris satu-satunya Eruca Alp Corporation dan The Levent Coltar ?” Tanya Dyrga lagi seraya menegaskan isi dari beberapa lembaran yang baru saja dia baca.             Charlow, mendengar pertanyaan Boss nya. Dia kembali membuka suaranya. “Benar, Tuan Dyrga. Wanita itu bernama Ayra Gohan Alecjandro. Dia cucu tunggal dari keluarga Gulbahar. Dan cucu kedua dari keluarga Alecjandro.” Ucap Charlow singkat dan diangguki iya oleh Dyrga seraya paham.             Dia kembali melanjutkan kalimatnya. “Beliau memegang kendali atas The Levent Coltar Hotel saat ini, Tuan. Tetapi Beliau tidak pernah diizinkan oleh Mr. Black untuk memegang The Levent Coltar Discotic.” Ucapnya lagi dan direspon diam oleh Dyrga. “Saat ini, Beliau sedang menjalani pendidikan Magisternya di Universitas Dubai. Beliau mahasiswi Magister Bisnis dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Dan baru saja menjadi mahasiswa disana sejak 3 bulan yang lalu.” Ucap Charlow lagi dan masih direspon diam oleg Dyrga.             Charlow mengerti, kalau Boss nya masih mencerna apa yang dia katakan. Dan dia sangat mengerti siapa Boss nya. Dia berharap, wanita yang dia cari tahu statusnya itu dapat menyembuhkan kembali luka yang pernah menyayat hati Boss nya atas kejadian beberapa tahun yang silam.             Dan Dyrga, dia serta sekretaris pribadinya tahu bahwa ayah dari wanita yang tengah mereka cari informasinya itu merupakan Mr. Black yang pernah memiliki bisnis gelap. Dia tentu tahu kalau pria berinisial Mr. Black itu pasti memiliki banyak musuh dalam lingkup bisnisnya. Sehingga dia menjaga ketat putri semata wayangnya.             Dyrga, dalam diamnya dia kembali masuk ke dalam memori otaknya. Saat dimana dia pertama kali bertemu dengan wanita itu. Wanita yang telah berhasil menyingkirkan seberkas ingatan tentang masa lalunya bersama wanita yang dulu pernah dia sukai.             Mengingat sekilas memori mereka di dalam kamar hotel saat itu, membuat Dyrga menggelengkan pelan kepalanya. ‘Apa yang kau pikirkan Dyrga. Kau sudah menyentuhnya. Kau harus bertanggung jawab untuk perbuatan mu itu.’ Bathin Dyrga lalu menghela panjang nafasnya sambil memejamkan kedua matanya dan menundukkan pandangannya ke bawah.             Charlow, dia kembali membuka suaranya. “Tuan ? Apa ada lagi yang ingin Anda ketahui dari Nona Ayra ?” Tanya Charlow seraya sopan menyebut nama wanita yang dia tahu kini telah mengganggu pikiran Boss nya.             Dyrga hanya diam dan tidak merespon ucapan sekretaris pribadinya itu. Dia kembali membuka suaranya. “Apa semua berkasnya sudah selesai ? Althafiance Publishing ?” Tanya Dyrga seraya mengingatkan tentang hasil rapat yang dijalani Dyrta sebulan yang lalu saat menggantikan dirinya yang tengah menghadiri undangan seminar sebagai tentor di University of Dubai, Uni Emirat Arab.             Mendengar pertanyaan Boss nya, membuat Charlow kembali membuka suaranya. ”Sudah Tuan. Dan semua berkasnya masih ada di tangan Tuan Dyrta. Saya akan memintanya pada Domba, Tuan.” Ucap Charlow seraya mengatakan detail berkas perusahaan n****+ Boss nya yang masih berada di tangan sekretaris pribadi Dyrta, Boss keduanya.             Domba Milan, pria yang akrab disapa Dom atau Domba. Pria berusia 28 tahun, yang bekerja sebagai sekretaris pribadi Dyrta selama hampir 7 tahun.             Dyrga mengangguk iya mendengar ucapan sekretaris pribadinya itu. “Ya.” Jawab Dyrga singkat, menghela panjang nafasnya.             Dia lalu membuka suaranya lagi. “Kau boleh beristirahat, Charl.” Ucap Dyrga sambil memasukkan kembali semua berkas ke dalam amplop coklat yang dia pegang sedari tadi.             Charlow hanya tersenyum sambil mengangguk iya. Dia tahu Boss nya butuh waktu untuk sendiri saat ini. Walaupun dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Boss nya saat ini.             Dyrga, dia lalu menegakkan tubuhnya dari duduknya di depan mobil mewah berwarna merahnya. Dan melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam mobilnya, sambil membawa berkas yang dia pegang.             Dia masuk ke dalam mobilnya. Meletakkan amplop coklat itu tepat di sebelah tempat duduknya. Dia memasang safety beltnya. Dan mulai menghidupkan mesin mobilnya dengan sidik jarinya.             Mesin mobil yang sudah siap untuk dijalankan, Dyrga menginjak gas. Membuka jendela mobil lalu menghidupkan klakson mobilnya seraya mengatakan bahwa dia pergi duluan. Tinn! Tinn! Charlow, dia tersenyum dan menundukkan pandangannya seraya mengatakan iya.             Mobil mewah berwarna merah keluaran Althafa itu melaju pelan memutari taman, hingga tembus menuju gerbang utama Central Park. Kemudian menghilang dari pandangan Charlow.             Melihat mobil Boss nya sudah menghilang dari pandangannya, membuat Charlow menghela panjang nafasnya. Sejenak dia terdiam.             Charlow sempat memikirkan apakah mungkin Boss nya sudah jatuh hati pada putri tunggal Mr. Black yang merupakan pengusaha terkaya asal Dubai itu. Dan kalau memang benar, apakah ada sesuatu yang terjadi saat di Dubai satu bulan yang lalu. Saat dimana Boss nya memenuhi undangan Rektor kampus Dubai, yang memberikan undangannya secara istimewa kepada Boss nya dua minggu sebelum acara seminar itu digelar.             Karena Charlow sendiri tahu, kalau Boss nya bukan tipikal pria yang mudah untuk menyukai seorang wanita apalagi untuk terjebak dalam sebuah asmara cinta.             Memikirkan itu, Charlow kembali menghela panjang nafasnya. Dia lalu mengambil ponsel dari balik celana panjangnya. Dan mengetik nama seseorang disana untuk dia hubungi sekarang. “Hallo... Kau dimana ?” “…” “Ya sudah. Aku menunggu di apartemen saja…” “…” “Baiklah…” Tutt.. Tutt.. Tutt..             Setelah selesai dari panggilan teleponnya, Charlow lalu melangkahkan kakinya menuju mobil pribadi yang diberikan Dygra khusus untuknya.             Dia menghidupkan mesin mobilnya, memasang safety beltnya, dan segera pergi dari Centrak Park itu menuju apartemen pribadinya. … Di dalam perjalanan.,             Dyrga mengambil amplop coklat yang dia letakkan di samping kanannya. Membukanya, dan menjangkau satu lembar foto yang ada di dalam sana.             Dengan konsentrasi yang masih berfokus pada jalanan depan, dan kedua tangannya memegang stiur mobil berlogo Althafa. Tangan kanannya memegang foto wanita asal Dubai itu.             Sesekali dia melirik foto yang dia pegang di tangan kanannya. Setiap melihatnya, dia selalu menghela panjang nafasnya.             Dyrga, dia semakin menginjak gas mobilnya. Dan menaikkan kecepatannya. Agar cepat sampai ke tempat tujuannya saat ini. *** Mansion Abraham Althaf, New York, USA., Kamar Zu dan Anta., Pagi hari.,             Dia terus mendesah hingga pelepasan terakhirnya membuatnya lemas dan tidak berdaya lagi. ”Aaaahh aaaahhh aaahhhh...” Desah Anta dengan keringat masih bercucuran di keningnya. Sprei yang dia remas sedari tadi sudah sangat terlihat kusut sekali.             Zu semakin menikmati gerakkannya sendiri. Kedua tangannya  masih terus memegang pinggul istrinya. Menggoyakan miliknya hingga menembus dinding rahim di dalamnya. ”Ooouughh Honey... I wanna come, Hon...” Ucap Zu bersuara berat dan serak.             Anta semakin menundukkan pandangannya ke bawah. Sesekali dia melirik ke atas, melihat suaminya yang mulai menatapnya tajam. ”Yaaasss... Come to me, Dar... Aaahh aaahhh aaahhh...” Ucap Anta menahan desahannya dan direspon gerakan cepat dan liar oleh suaminya, Zu.             Zu semakin kasar dan liar. Hingga ranjang mereka terus bergoyang menimbulkan suara dencitan. Saat pelepasan itu datang padanya. ”Aaaahhhkkkk Honey! Ooouugghhh yaaassss yaassss yaaassss yaaassss...” Zu segera mengeluarkan miliknya dan menyemburkannya pada labia mayor istrinya.             Dia mengurut pelan miliknya. Dan menghabiskan cairan miliknya, membiarkannya tumpah disana. ”Aaaahhhh Thank you, Honey...” Ucap Zu setelah selesai mengurut miliknya. Lalu memajukkan tubuhnya, memeluk istrinya dari atas. Menyusupkan kedua tangan kekarnya sebagai bantalan sang istri.             Seperti biasa, dia akan menyusupkan wajahnya pada ceruk leher istrinya. ”Thank you, Honey. Kau selalu luar biasa.” Ucap Zu lagi, menghisap pelan leher jenjang istrinya.             Anta terkekeh pelan sambil mengangguk iya. ”Yes, Darling.” Jawab Anta singkat sambil meraba selimut yang ada di kaki mereka untuk dinaikkan ke atas, menutupi tubuh polos mereka berdua.             Zu yang paham, lalu menjangkau selimut mereka dengan tangan kanannya. Sreekkkkk!!             Mereka berdua masih mengatur nafas mereka yang tersengal. Akibat percintaan panas yang membantu mereka untuk mencapai kenikmatan berdua. … Beberapa menit kemudian.,             Anta menyandarkan kepalanya pada pundak kekar itu. Pundak yang sudah menemani hidupnya, hingga dia berusia setengah abad sampai saat ini. Tangan kanannya mengelus pelan punggung telanjang suaminya, Zu. Dan Zu, dia selalu membiarkan istrinya bersantai di pundak kirinya ketika mereka selesai bercinta. Sesekali dia mencium tangan kiri istrinya. Dengan selimut yang hanya menutupi bagian bawah mereka. Tubuhnya yang hanya mengenakan bra saja, dan d**a suaminya yang masih polos. Anta mulai membuka suaranya. “Darl…” Anta mendongakkan kepalanya melihat suaminya. “Hmm… Ada apa Honey ?” Tanya Zu lembut dan mengecup singkat bibir seksi istrinya itu.             Anta menundukkan pandangannya, menghela panjang nafasnya. Dan kembali melanjutkan kalimatnya. “Menurutmu, apa putra kita sama seperti mu ?” Tanya Anta langsung pada intinya, dan direspon kernyitan kening oleh Zu. “Seperti aku ?” Ucap Zu seraya bertanya balik, menegaskan pertanyaan yang dilontarkan istrinya barusan.             Anta mengangguk iya sebagai jawaban. Dia menegakkan kepalanya. Dan sedikit menghadap suaminya ke samping kanan, seraya siap mendengar jawaban dari suaminya.             Zu yang paham kemana arah pembicaraan istrinya, dia mulai membuka suaranya. “Honey…” Zu menegakkan posisi tubuhnya, dan mencium sekilas bibir istrinya. “Putra kita…” Ucap Zu memegang dagu istrinya, namun disela cepat oleh istrinya, Anta. “Aku menginginkan jawaban, Mas. Bukan yang lain. Tolong jangan sembunyikan apapun dariku. Mereka juga putraku. Aku wajib tahu segalanya tentang mereka. Dan mereka tidak seperti dirimu, yang mudah untuk aku tebak hanya dengan melihat bola mata saja.” Ucap Anta dengan wajah seriusnya, dan nafasnya mulai tersengal karena emosinya. Glek!             Zu mulai susah menegukkan salivanya sendiri. ‘Sifat macannya mulai keluar.’ Bathin Zu yang mulai menatap intens istri tercintanya.             Anta kembali melanjutkan kalimatnya. “Aku tahu, Mas pasti mengetahui tentang putra kita sedikit banyaknya.”             Zu masih terus mendengarkan ucapan istrinya. Dia merasa bahwa istrinya memang harus mengeluarkan segala unek-unek yang ada di hatinya selama ini. Dia juga tahu, kalau istrinya sedikit mencurigai gerak-gerik kedua putranya tentang pekerjaan mereka di luaran sana, yang bahkan Zu sendiri pun tidak tahu itu. “Mas harus beritahu aku. Aku tidak mau putraku tersesat, Mas.” Ucap Anta bersuara memohon.             Zu menghela panjang nafasnya. “Okay. Boleh Mas bicara ?” Tanya Zu lembut menggenggam erat kedua tangan istrinya.             Anta mengangguk iya dengan kening masih berkerut. “Honey…” “Putra kita baik-baik saja. Mereka tidak akan melakukan hal-hal aneh seperti ku dulu. Dan…”             Anta menyelanya. “Dan itu tidak mungkin, Mas! Aku ibu mereka. Yang melahirkan mereka. Aku menyusui mereka, membesarkan mereka. Aku tahu mereka.” Ucap Anta dengan kedua matanya mulai memerah.             Zu sigap membelai lembut kedua pipi istrinya. “Hey, Honey. Don’t cry, please. Okay, aku akan cari tahu tentang putra kita, hmm ?” Tanya Zu melihat manik mata istrinya yang mulai menundukkan pandangannya ke bawah.             Zu tidak bisa menyangkal apapun yang dikatakan oleh istrinya. Dia sadar, kalau bathin seorang ibu memang tidak bisa dibohongi.             Bahkan Zu sendiri pun tahu, kalau kedua putra mereka menyembunyikan sesuatu dari mereka. Namun sampai sekarang, bahkan Zu pun belum mendapatkan informasi apapun dari para detektifnya yang sengaja dipekerjakan khusus untuk mengetahui segala aktivitas kedua putranya di luar sana, terutama Adyrta.             Anta, mendengar kalimat suaminya, dia mengangguk lemah. Memegang kedua tangan kekar suaminya yang masih menangkup wajahnya.             Anta kembali membuka suaranya. “Seandainya, Monic masih menjadi asisten pribadiku. Aku sudah menyuruhnya untuk mencari tahu pekerjaan putra ku diluaran sana.” Ucap Anta dalam sesenggukan tangisnya.             Zu menghela panjang nafasnya mendengar kalimat istrinya barusan. Selama ini istrinya pasti memendam semua pertanyaan yang ada di benaknya seorang diri. Tanpa mengatakan pada dirinya. “Honey, aku juga sudah sejak lama mencari tahu segala kegiatan mereka di luaran sana. Tetapi tetap saja, mereka belum bisa menemukan kecurigaan apapun terkait pekerjaan mereka selama ini.” Ucap Zu serius menatap intens istrinya yang seketika berhenti dari isakan tangisnya.             Zu menghela panjang nafasnya. “Aku berkata serius, Honey. Mereka mengatakan kalau kedua putra kita hanya bekerja di perusahaan mereka saja. Dan keluar kota hanya untuk pertemuan dengan para koleganya saja.” “Kau tahu sendiri, Honey. Kalau mereka tidak pernah memakai jasa bandara umum. Apalagi menerima tiket pesawat atau jet pribadi dari para kolega bisnis mereka.” “Mereka selalu memakai jet pribadi kita. Helikopter pribadi kita. Kau juga tahu, Hon. Mereka selalu pulang setiap hari. Bahkan mereka jarang untuk keluar kota.” Ucap Zu panjang lebar meyakinkan istrinya.             Anta masih serius menatap suaminya. Dia tahu, suaminya berkata jujur dan apa adanya. “Jangan khawatir, Honey. Dan…” “Aku tahu kau lebih memikirkan soal Dyrta, Hon…”             Mereka saling bertatapan intens. Zu kembali melanjutkan kalimatnya, dengan kedua tangannya mulai memegang kedua telapak tangan mungil istrinya. “Honey…” Ucap Zu menciumi punggung tangan istrinya berulang kali. “Percaya lah pada mereka. Mereka selalu mengingat semua pesan mu, Honey. Ku mohon, jangan banyak pikiran apapun tentang mereka.” Ucap Zu mencium kembali punggung tangan istrinya.             Anta menghela panjang nafasnya. Dan kembali membuka suaranya. “Mas, aku hanya tidak ingin mereka merusak seorang wanita.” “Aku…” “Aku juga tidak tahu kenapa…” “Perasaan ku pada Dyrga dan Dyrta…” “Beberapa minggu terakhir ini…” “Aku merasa mereka menyembunyikan sesuatu dariku…” “Dan aku merasakannya Mas.” Ucap Anta dengan wajah sungguh-sungguhnya.             Zu terdiam sejenak mendengar kalimat istrinya barusan.             Anta, dia juga tidak tahu kenapa. Selama beberapa minggu terakhir ini, dia merasa kalau ada perubahan di dalam diri kedua putra mereka. Bukan tentang sikap mereka. Tetapi Anta sudah beberapa kali Anta memergoki kedua putra mereka tengah melamun. Bahkan sampai tidak tahu kalau dirinya masuk ke kamar mereka. Dan dia yakin, kedua putra mereka tengah terlibat masalah yang dia sendiri tidak tahu apa masalahnya. Zu, dia kembali menanggapi kalimat istrinya. “Kau yakin dengan perasaan mu itu, Honey ?” Tanya Zu serius menanggapi kalimat istrinya.             Anta mengangguk lemah dengan wajahnya yang sudah terlihat sembab. “Baiklah, Honey. Aku akan cari tahu itu semua. Tapi bersabar lah. Kau tahu sendiri, kedua putra mu itu memiliki banyak ajudan yang pasti setia kepada tugas-tugas mereka.” “Seandainya mereka melakukan hal-hal yang tidak kita sukai, para ajudan mereka pasti ikut menutupinya. Dan para detektif ku juga harus berhati-hati menjalankan tugas mereka.” “Kau tahu, Hon. Althafiance sudah milik mereka. Seisinya sudah mengikuti apa yang Dyrga dan Dyrta perintahkan. Jadi, aku sudah tidak bisa lagi bekerja sama dengan mereka.”             Anta menyelanya cepat. “Tapi Mas. Kau kan yang pertama kali membesarkan Althafiance. Mereka harus mengutamakan perintah mu, Mas.”             Zu kembali membuka suaranya, sambil menggelengkan pelan kepalanya. “Honey…” “Begitu lah rotasi dalam dunia bisnis. Karena orang-orang yang bekerja di Althafiance, sudah banyak berganti pegawai. Dan memang sudah begitu hukumnya, Hon.” Ucap Zu lalu mengangkat tangan kanannya, membelai lembut wajah istrinya.             Anta menghela panjang nafasnya. “Kalau begitu. Cepat cari tahu tentang mereka, Mas. Aku tidak mau terjadi sesuatu dengan kedua putraku.” Ucap Anta bersuara lemah dan menundukkan pandangannya ke bawah.             Zu memajukan tubuhnya. Dan membawa tubuh mungil istrinya ke dalam pelukannya. “Tentu Honey. Aku akan cari tahu semua tentang mereka. Tapi aku yakin, kedua putra kita baik-baik saja.” Ucap Zu sebagai kalimat terakhirnya.             Dia mengusap pelan punggung telanjang istrinya yang hanya dilapisi oleh seikat bra di belakangnya. ‘Apa yang telah kalian lakukan Dyrga, Dyrta. Sampai Mommy kalian merasakannya.’ ‘Jangan sampai kalian berdua membuat kami kecewa. Terlebih lagi melibatkan perasaan Mommy kalian ini.’ Bathin Zu memejamkan kedua matanya, mengelus punggung istrinya, sesekali dia mengecup bahu mulusnya seraya menenangkannya. *** Althafiance Corporation, New York, USA., Ruangan kerja Dyrga., Malam hari.,             Seperti takdir yang seakan menyiapkan jalan untuk mereka bertemu. Memakai alasan sebuah surat penawaran dirinya untuk menjadi tentor di salah satu seminar khusus yang diadakan oleh pihak Universitas Dubai.             Seorang pria dengan kaos biru dongkernya, dia masih duduk di kursi kebesarannya. Menyandarkan nyaman punggungnya disana.             Tangan kirinya bertengger nyaman pada pinggiran kursi kebesarannya, sedangkan tangan kanannya memegang sebuah foto seorang wanita cantik. Sudah hampir satu jam dia berada pada posisinya saat ini.             Dyrga, Adyrga Abraham Althaf.             Dia masih terus menatap foto itu sedari tadi. Hingga mengajak pikirannya untuk kembali kepada memorinya sebulan yang lalu. Memori yang mempertemukan dirinya dengan seorang wanita yang mampu menggetarkan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.             Rasa yang sangat nikmat untuk selalu dia ingat setiap saat. Rasa yang selalu membuatnya merindukan wajah cantik dan polos seorang gadis, yang sudah sah menjadi seorang wanita akibat ulahnya. “Ayra Gohan Alecjandro.” Gumam Dyrga pelan menatap lekat foto yang ada di tangan kanannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN