39

1149 Kata
Latihan yang di berikan Ishuke pada Hayato semakin keras dan melelahkan, bahkan rasanya Hayato ingin menyerah. Namun, setiap berpikir tentang hal itu. Dendam dirinya semakin terus berkobar, tanpa bisa padam. Diingatnya wajah orangtua dan kakaknya serta bergantian dengan wajah sang guru. Bagaimana ia bisa menyerah secepat ini padahal kematian keluarganya belum memiliki titik terang. Buk! Keras sekali Ishuke memukul perut depan Hayato, yang membuatnya meringis kesakitan. "Apa yang kau lakukan guru?" tanya Hayato sambil memegangi perutnya. "Seorang kesatria di larang melamun, kita tidak tau musuh datang kapan," jawab Ishuke atas pertanyaan Hayato. "Tapi, saat ini tidak sedang ada musuh, bukan," ucap Hayato. "Kita harus berjaga-jaga. Lagi pula apa yang kau pikirkan?" "Aku merindukan keluargaku," kata Hayato sedih. "Kapan dendamku ini akan terbalas?" "Apa yang kau rindukan dari mereka?" tanya Ishuke. "Semuanya. Aku kehilangan mereka saat usiaku 10 tahun, dan dua tahun aku menjadi seorang gelandangan. Hidupku menyedihkan," ucap Hayato ia menggenggam telap tanganya hingga mengepal. Kehilangan mereka? Seketika Ishuke mengingat dirinya sendiri. Bagaimana denganya, apa ia kehilangan sesuatu? Ishuke Damma terlahir dari keluarga petani di desa Nakamura, ia memiliki seorang kakak perempuan yang setelah menikah tak ada kabar lagi. Setelah berusia remaja ia pindah ke Edo dan melanjutkan sekolahnya untuk menjadi seorang Militer Kekaisaran, hingga akhirnya menjadi prajurit elit. Adiknya Shiraisi Damma, laki-laki penuh ambisi yang kini pergi entah kemana. Shiraisi selalu mengatakan bahwa akan menegakkan kembali di Edo meskipun harus menjadi seorang pemberontak. Ishuke menentang keinginan sang adik, tapi Shiraisi bersikukuh dengan keinginannya. Baginya Edo tak lagi menjadi Edo, setelah lengsernya budaya akibat kepemimpinan Daishuke Arata. "Aku akan mengembalikan keutuhan Edo," ujar Shiraisi pada suatu malam. "Siapapun yang mengabdi pada Daishuke berarti musuh, termasuk kamu." "Tapi, kenapa?" tanya Ishuke. "Kau tidak akan pernah tau rasanya menjadiku," ucap Shiraisi. Tak berapa lama setelah kepergian Ishuke ke Edo, orangtuanya meninggal karena usia yang menua. Shiraisi masih di Nakamura, mungkin hingga saat ini. Beberapa tahun menjadi seorang Militer kekaisaran, Ishuke jatuh cinta pada gadis bangsawan tingkat atas. Namun, gadis itu tak menyukainya. Ishuke patah hati dan sejak saat itu ia memutuskan untuk mengundurkan diri menjadi militer kekaisaran, meskipun begitu ia masih bekerja dengan kekaisaran. Bahkan sebenarnya menjadi seorang kusir adalah bagian dari rencananya untuk mencari informasi, berapa banyak kelompok yang melakukan pekerjaan itu. Dan siapa saja militer kekaisaran yang telah bergabung dengan para penjual b***k itu. Sindikat itu menyentuh hampir seluruh wilayah di kekaisaran Edo, bahkan menjadi sindikat paling besar yang pernah ada. Penjualan b***k bahkan menembus negara-negara di barat, permainan licik mereka yang mungkin juga di tentang oleh Shiraisi itu sendiri. Shiraisi adalah seorang samurai yang memiliki pemikiran sendiri tentang pengabdian juga pemberontakan terhadap kekuasaan. "Apa kau ingin menjadi seorang Militer Kekaisaran?" tanya Ishuke kemudian. "Maksud Paman?" balik tanya Hayato. "Jika kau mau menjadi seorang Militer Kekaisaran Pasukan Tanduk Merah, aku mengajarimu," ucap Ishuke. "Tidak, Paman. Aku ingin menjadi pendekar bebas, tanpa terkekang peraturan," kata Hayato. Ia mengingat ucapan Inoshuke yang pernah mengatakan bahwa pendekar seharusnya bebas tanpa di ikat peraturan. "Dengarkan, jika kau menjadi bangsawan kelas atas. Kau bisa mencari tahu tentang kematian keluargamu, mereka memiliki perkamen peristiwa setiap tahunnya," papar Ishuke yang membuat Hayato sedikit tertarik mendengar hal itu. Hayato tak pernah berpikir bahwa akan ada cara lain untuk mengetahui kebenaran delapan tahun lalu. Jika memang harus begitu tak ada salahnya untuk bergabung, lagi pula mungkin ia bisa kembali dengan sang guru. "Bagaimana?" kembali tanya Ishuke memastikan. "Baik Paman, aku akan melakukannya. Jika memang harus begitu. Demi dendam keluargaku," ucap Hayato mantap. Hari itu ia berharap bisa menjadi seorang militer kekaisaran tanduk merah, ia akan mencari tahu kebenaran kematian orangtuanya. Dan sejak saat itu Hayato di latih Ishuke ala militer kekaisaran, karena jika sudah menguasai beberapa jurus dan kekampuan ia akan langsung di promosikan sebagai militer kekaisaran tanduk merah tingkat tiga. Suatu pencapaian yang baik, mengingat Tanduk merah adalah prajurit elit. *** Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan hampir satu tahun Hayato belajar ilmu berpedang dan beladiri pada Ishuke. Kemampuannya meningkat pesat, bahkan mungkin kini dirinya sekarang sudah bisa menyamai Shatoru. Jika saja sang guru masih bersamanya mungkin ia akan memenangkan beberapa kali pertandingan. "Hayato kemarilah," panggil Ishuke saat ia berada di teras sambil membersihkan sebuah katana dengan kapas. "Ada apa guru?" tanya Hayato begitu berada di dekat Ishuke. "Sudah hampir satu tahun kau berlatih di sini, kau tak perlu lagi menggunakan kayu. Sekarang gunakanlah pedang ini." Ishuke memberikan pedang katana tadi yang di bersihkannya dengan Hayato. Hayato masih terdiam, ia belum mengambil pedang itu dari tangan Ishuke. Ia teringat pedang yang di berikan Shatoru saat berada di Kurobuchi. Namun, pedang itu tertinggal di Yondama. Ia tak sempat mengambilnya karena terlalu sibuk untuk mengurus Shatoru yang pergi bersama militer kekaisaran. "Kau tak mau?" sambung Ishuke membuyarkan lamunan Hayato. "Aku pasti mau," ujar Hayato menerima pedang katana itu. Di lihatnya pedang itu dari ujung ke ujung, bentuknya bagus, dengan gagang berwarna hitam kekuningan. Mirip pedang panjang, tapi jenis katana. Itu pedang keduanya. "Aku akan menjaga pedang ini," sambung Hayato. Lalu ia menggerakkan pedangnya, untuk mencobanya. Nyaman sekali pegangannya enteng dan mudah di genggam. Mirip sekali dengan pedangnya dulu. "Aku akan memberikan nama pedang ini, 'Perjaka Hutan Setan'." Lagi-lagi Hayato bergumam sendiri. Ia hanya spontan memberi nama, seperti Hideyoshi yang memberi nama pedangnya dengan sebutan 'Pedang Perawan' dan '12 kutukan'. Tapi, Shatoru tak pernah memberikan nama pedang atau belatinya, menurutnya pedang adalah benda mati yang memiliki dua mata sisi, satu membunuh dan satunya lagi menyakiti. Meskipun sampai saat ini Hayato belum pernah menggunakan pedangnya untuk menyerang musuh dengan sungguh-sungguh, tapi ia sudah serasa menjadi seorang pendekar pedang yang sesungguhnya. Jika benar pedang hanya bisa menyakiti, mungkin suatu saat ia akan tahu rasanya sakit akibat bermain pedang. Sejak hari itu Hayato terus bermain berlatih menggunakan pedang, kadang ia berlatih bersama dengan Ishuke sang guru, beladiri yang di ajarkan Ishuke juga sudah mencapai puncak. Rasanya Hayato ingin sekali mengembara untuk lebih mendalam ilmu beladirinya, tapi Ishuke melarangnya. Menurut Ishuke semakin banyak ia berpergi dan mengenal orang maka samakin banyak orang yang akan menjadi musuhnya. Namun, Shatoru pernah berpesan bahwa mengembara mengajarkan ilmu-ilmu baru, yang tak pernah di ajarkan sang guru. "Musim semi sebentar lagi akan berakhir, kita bisa panen," ucap Ishuke pada suatu pagi ketika Hayato tengah meditasi di bawah pohon persik, mirip seorang biksu. Mendengar hal itu seketika otak Hayato berpikir keras, malas sekali ia harus ke sawah. "Aduh, tanganku sakit," ucap Hayato memulai dramanya. "Tidak ada alasan." Setelah mengatakan hal itu Ishuke menarik kaki kiri Hayato sekencang mungkin sampai Hayato tertarik. "Guru hentikan," ujar Hayato berusaha melepaskan tarikan Ishuke, tapi percuma saja. Ishuke seperti Ichimaru, yang menariknya seperti ia anak kecil. Setelah lelah menarik kaki Hayato, Ishuke melepaskannya begitu saja. Hayato kemudian berjalan mengekor Ishuke. Mereka akan pergi ke ladang, karena sudah tiga bulan seharusnya sayuran yang mereka tanam bisa panen. Sesampainya di sana, Hayato terkesima melihat sayuran sawinya tumbuh dengan subur dan lebar. Warnanya hijau cerah. Ternyata ia ahli juga untuk mengurus sawah, tak kalah dengan Ishiki. Hayato membanggakan dirinya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN