34

1766 Kata
Inoshuke melambaikan tangan dari kapal yang menganggut dirinya, bersama empat orang militer kekaisaran ia meninggalkan Yondama untuk waktu yang mungkin cukup lama. Beberapa bulan lalu Inoshuke menerima tawaran itu, dan siap kapanpun jika ia harus di jemput. Tapi, tiga bulan lalu ia mengatakan bahwa ingin lebih lama tinggal di Yondama. Militer kekaisaran menerima hal itu, dan akhirnya ia berangkat sesuai waktu yang di sepakati. Pergi dari Yondama bukanlah hal mudah, karena ia lahir dan besar di sana. Belajar sebagai seorang dokter muda, murid Bibi Yumi yang berbakat. Bibi Yumi pun melepaskan kepergian Inoshuke, karena memang seharusnya ia yang pergi ke Edo. Sayangnya, usia tuanya tak bisa di bohongi. Ia ingin menikmati hari tuanya di Yondama dan di kuburkan pun di sana. Kini kapal yang membawa Inoshuke sudah berlayar cukup jauh, Inoshuke tak terlihat lagi. Yang terlihat hanya tubuh kapal itu sendiri. Beberapa orang yang melihat hal itu sudah kembali keaktivitas mereka masing-masing, hanya ada Shatoru, Hayato, Bibi Yumi dan Yababura. "Anakmu sudah tumbuh dewasa, Yaba," ucap Bibi Yumi pada Yababura. "Aku memberinya makan, Yumi. Bukan omelan," kata Yababura menjawab ucapan Bibi Yumi, sebenarnya itu juga sindiran untuk Bibi Yumi yang suka mengomel. Memang benar Inoshuke sudah tumbuh dewasa kini, usianya udah 30 tahun lebih. Bukan anak-anak lagi. Yababura ingat dulu saat masih kecil, Inoshuke menghindari memegang pedang. Padahal sebagai anak seorang mantan militer kekaisaran, harusnya ia mengikuti jejak ayahnya tapi itu berbeda. Inoshuke malah lebih suka pergi ke rumah Bibi Yumi untuk membantu membuat obat dan teh, teman sepermainnya pun Masamune. Awalnya Yababura tak menyukai hal itu, tapi perlahan ia mulai membiarkan keinginan Inoshuke. Anak laki-lakinya itu ingin sekali menjadi dokter wilayah yang membantu banyak orang saat sakit, itu cita-citanya setelah istrinya meninggal karena sakit. Bertahun-tahun belajar dengan Bibi Yumi, Inoshuke menjadi cakap dalam pengobatan. Kekaisaran mendengar hal itu, awalnya mereka ingin membawa Bibi Yumi, tapi Bibi Yumi menolak karena alasan usia. Akhirnya Inoshuke yang mendapat tawaran selanjutnya. Awalnya Inoshuke menolak, karena ia masih ingin tinggal dengan orangtuanya. Bagi Inoshuke tinggal sebagai seorang bangsawan itu bukan dirinya, ia ingin bebas seperti burung di langit terbang kemanapun ia mau. Namun, suatu waktu Yababura berpikir hal lain. "Terimalah keinginan Daimyo ..., menjadi seorang bangsawan tidaklah sulit," ucap Yababura malam itu sebelum militer kekaisaran datang, karena lebih dulu memberi surat izin. "Tapi, Ayah. Aku ingin menemani Ayah di sini, menjaga Ayah yang tua," kata Inoshuke menjawab. "Karena Ayahmu sudah tua, kau harus mencari hidup baru. Sebab Ayahmu ini hanya tinggal menunggu waktu untuk di jemput Dewa," ujar Yababura. Inoshuke berpikir sejenak sebelum akhirnya menyetujui keinginan sang Yababura. Dan waktu yang di tunggupun tiba, Inoshuke akhirnya berantang untuk menjadi dokter dan bangsawan kekaisaran. "Hayato, bergegaslah!" seru Ichimaru sambil menarik belakang baju Hayato. Seruan itu membuat Yababura sadar, dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan pantai. Begitupun dengan Shatoru dan Bibi Yumi. Sementara itu Hayato yang di tarik Ichimaru hanya bisa diam, ia tak mungkin melawan, Ichimaru terlalu kuat. Lihat saja bagaimana caranya ia menarik Hayato dengan tangan kanan sedangkan tangan kirinya memegang botol sake. "Paman, kakiku tersenggol akar pohon," kata Hayato ketika kakinya terkena akar pohon yang menyembul dari tanah. "Ah hanya sedikit tak kan sampai patah," jawab santai Ichimaru tanpa merasa kasihan pada Hayato. Ichimaru terus menarik Hayato, ia sudah melakukannya sejak tiga bulan lalu, setiap Hayato telat melakukan latihan. Ketika Ichimaru melakukan itu, banyak orang yang melihatnya dan kadang tertawa. Tapi, urat malu Hayato sudah putus karena sudah terlalu sering sang guru melakukannya. Kini mereka sudah berada di rumah Ichimaru, Hayato mulai latihan seperti biasanya. Ia melatih beladiri sebagai pertahanan. Sekarang Hayato bukan hanya bisa berpedang tapi juga bisa beladiri, mungkin suatu suatu saat nanti ia juga akan mempelajari pengobatan seperti Inoshuke. Saat Hayato tengah berlatih itulah datang Shatoru mengunjungi, ia ingin melihat Hayato berlatih bersama Ichimaru. "Lanjutkan," ucap Ichimaru pada Hayato, kini ia berjalan menuju Shatoru. "Anak itu semakin hebat, persis Ayahnya," kata Shatoru saat Ichimaru sudah berada di sampingnya duduk di teras. "Iya, aku juga mengaguminya kehebatan anak itu. Dalam lima bulan ia langsung menguasai ilmu-ilmu yang kuajarkan, sekaligus berpedangmu," ujar Ichimaru, sambil membayangkan betapa hebatnya Hayato. "Jika anak di latih Riyoichi pasti lebih hebat. Sayang sekali ia sudah tiada," setelah mengatakan hal itu Shatoru terlihat sedih. "Apa kau tak merasa itu aneh Paman?" "Aneh bagaimana maksudmu?" tanya Ichimaru mempertanyakan ucapan Shatoru. "Hayato mengatakan ia mati terbakar di rumah, beserta satu desanya. Apa itu tidak aneh," kata Shatoru. Ichimaru diam sejenak memikirkan ucapan Shatoru, jika di pikir memang aneh. Apalagi kebakaran itu menghanguskan satu dan membakar seluruh keluarga Shouta kecuali Hayato. Ichimaru yang satu militer dengan Riyoichi sangat sedih, mungkin itu juga yang di pikirkan Shatoru. "Lalu kau mau apa?" kini tanya Ichimaru. "Aku ingin mencari tahu kebenaran itu. Hayato sudah cukup matang untuk aku tinggal," ujar Shatoru. Ichimaru meneguk sakenya, lalu ia berniat membaginya dengan Shatoru, tapi Shatoru menolak. "Kau mau berkenala lagi? Bahkan anak itu saja belum tahu siapa dirimu. Dia selalu menyebutmu Paman, dan menganggapmu laki-laki, apa itu tidak menyakitinya. Jika ia tahu gurunya seorang perempuan," papar Ichimaru. "Aku akan memberitahunya nanti," kata Shatoru. Shatoru sudah memikirkan hal itu, ia akan mengatakan yang sebenarnya pada Hayato siapa dirinya, apa tujuannya dan apa gelarnya. Mungkin itu akan sulit di Hayato, tapi jika tidak secepatnya kapan lagi? Sudah lima tahun ia mengadopsi Hayato, itu bukan hanya sekedar ungkapan terima kasih pada Riyoichi, tapi lebih dari itu. Perempuan harus mengerti caranya menjaga diri. Kalimat itu yang Shatoru ingat dari Riyoichi. Tak mungkin ia lupakan. Jika bukan karena Riyoichi, mungkin saat ini ia tak akan ada di sini untuk menentang ketidakadilan yang ada. "Paman Maru aku lelah!" teriak Hayato mengganggu pembicaraan Shatoru dan Ichimaru. "Berhentilah," ucap Ichimaru. Kemudian Hayato menghentikan latihanya, ia berjalan mendekati Shatoru dan Ichimaru. "Minumlah Sake agar kau hebat," sambung Ichimaru. "Tidak akan. Aku tidak mau orang-orang memanggilku Pendekar Gila Pemabuk seperti, Paman," jawab Hayato sambil minum. "Tapi, aku hebat, kan?" "Hebat, jika di bandingkan Paman Genma," ejek Hayato sembari tertawa. "Genma pernah mengalahkanku ketika memanjat pohon kelapa," ucap Ichimaru yang terus membuat Hayato tertawa. Shatoru yang berada di antara keduanya ikut merasa geli dengan gurauan mereka, raaanya sangat aneh sekali. Setelah itu latihan Hayato selesai. Shatoru mengajak Hayato untuk kembali kerumah, karena hari juga semakin sore. Dalam perjalanan pulang tak ada yang mereka bahas, Shatoru masih diam dengan pikiran tentang caranya nanti mengatakan siapa dirinya pada Hayato. Sedangkan Hayato dengan tingkah remajanya yang terus menggerakkan tubuhnya mempraktekkan latihan yang baru saja di berikan pada Ichimaru, sang guru. Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di rumah, membersihkan tubuh masing-masing. Lalu tak lama mereka makan malam bersama. Malam semakin larut, sudah seharusnya mereka tidur. Tapi, Hayato masih membuka matanya. Shatoru menyadari itu dari lampu minyak yang masih menyala. "Ada yang menganggu pikiranmu?" tanya Shatoru saat ia berada di ambang pintu kamar Hayato. "Kapan aku bisa membalaskan kematian keluargaku, Paman?" tanya Hayato sambil ia menatap langit. "Apa kau ingin sekali?" tanya balik Shatoru. "Selama tujuh tahun ini, aku terus ketakutan, setiap tidur aku membayangkan bagaimana keluargaku di renggut dariku. Aku sudah 17 tahun, aku sudah bisa beladiri dan berpedang. Aku ingin membalaskan kematian mereka." Hayato berucap itu dengan sungguh-sungguh meski dengan tanpa emosinya. Shatoru tak bisa menjawab ucapan Hayato itu, ia malah berlalu pergi meninggalkan kamar Hayato. Rasanya Shatoru gagal menjadi seorang guru, padahal ia dulu berjanji untuk membalaskan dendam Hayato. Tapi, sampai sekarang ia hanya mencari cara. *** Tak terasa waktu sudah berjalan begitu cepat, kini sudah genap enam tahun Hayato berada di Yondama. Ilmu berpedangnya pun sudah hebat, ia mampu mengalahkan Shatoru meski tanpa melukainya. Ichimaru sudah habis memberikan semua ilmu padanya, kini Ichimaru tak tahu lagi harus melakukan apa. Inoshuke juga sudah berada di Edo setengah tahun lebih, tak banyak kabar darinya. Yababura semakin tua, sedangkan Bibi Yumi sudah tak bisa berjalan lagi karena suatu penyakit. Hari itu tepat satu minggu sebelum musim dingin tiba. Serdadu Militer Kekaisaran Tanduk Merah, pasukan elit kekaisaran Edo mendatangi Yondama. Kini serdadu itu sudah berada di depan rumah Yababura untuk meminta izin melakukan sesuatu. "Ini perinta langsung dari Daimyo Kekaisaran, untuk mencari putri Yumma," ucap sang panglima Militer Kekaisaran. "Tidak ada yang bernama Yumma di sini, lagi pula apa gunanya Putri tinggal di desa terpencil seperti ini," kata Yababura. "Daimyo yang mengatakan hal itu, ini perintah langsung. Jika menentang berarti dianggap melanggar hukum, dan akan di penjara, Tuan Yababura pasti tahu akan hal itu," ujar Sang Panglima. "Baiklah, lakukan apa yang kalian mau. Tapi, jangan melakukan sesuatu hal yang membuat wargaku takut." "Akan kami usahakan ..., Geledah!" Perintah sang panglima. Kemudian puluhan pasukan itu menggeledah setiap tempat dan rumah yang ada di sana. Dari ujung ke ujung, dari rumah ke rumah. Hingga suatu rumah menarik perhatian sang panglima. Ia melihat dua orang laki-laki tengah berlatih pedang. Daimyo mengatakan padanya bahwa putri Yumma menyamar sebagai seorang laki-laki, dan selalu menutup dirinya. Sang panglima turun dari kudanya, di barengi militer kekaisaran lainnya. "Apa kau yang bernama Shatoru?" tanya sang panglima. Shatoru menghentikan latihannya bersama Hayato. Shatoru langsung tercekat kaget saat melihat Militer Kekaisaran Tanduk Merah berada di sana, sedang mengepungnya. Apa yang terjadi? "Iya," jawab Shatoru singkat. Ia berusaha menekan suaranya agar tak terlalu nampak. "Tangkap!" Perintah sang panglima lagi. "Apa yang kalian lakukan pada guruku?!" seru Hayato menghalangi militer kekaisaran yang hendak menangkap Shatoru. "Ini perintah langsung dari Daimyo untuk menangkap Shatoru. Tidak-tidak, Sang Putri Yumma," ucap sang panglima. "Apa Putri Yumma?" tanya Hayato kaget. "Jangan aneh, kalian tak boleh melakukan apapun pada guruku." "Singkirkan anak itu," kata sang panglima. Tiga orang militer kekaisaran menarik paksa tangan Hayato untuk menjauh, kemudian mereka menundukkannya. Sementara yang lain mengunci tangan Shatoru. Sang panglima mendekatinya, lalu perlahan membuka topeng yang menutupi wajahnya. Kini Shatoru yang aslinya bernama putri Yumma menampakkan wajahnya. Hayato kaget bukan main melihat hal itu, guru yang selama ini bersamanya. Yang selalu ia sebut paman ternyata seorang perempuan. Hayato semakin tak percaya dan bingung melihatnya, selama enam tahun ia merasa di bohongi. "Daimyo menginginkan Anda pulang," sambung sang panglima. Kini Putri Yumma hanya bisa diam dengan wajah datar. Setelah mengikat kedua tangannya, mereka memasukkan putri kedalam kereta. Lalu gerombolan serdadu itu pergi. "Guru!" teriak kencang Hayato. Salah satu Militer kekaisaran menendang perut Hayato, satunya lagi memukul wajahnya. Hayato jatuh tersungkur di atas tanah berumput. Air matanya terus saja terjatuh membahasahi pipinya. Ia masih bingung dan tak percaya. Kemudian ia bangkit dan menghapus air matanya, sambil berlari ia memegangi perutnya dan mengejar serdadu itu yang sudah mulai menjauh. Pasukan kudanya telah melewati gerbang keluar desa. Hayato terus mengikuti mereka walau dengan terjatuh-jatuh. Ia di bohongi memang, tapi ia juga di latih untuk menjadi seorang pendekar. Kini tak ada lagi harapan tinggal di Yondama, karena Shatoru (Yumma) tidak ada lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN