35

1007 Kata
Sudah lebih dari empat bulan Inoshuke berada di Edo, menjadi seorang dokter kekaisaran serta menjadi seorang bangsawan baru. Awalnya menjadi seorang bangsawan itu tidaklah enak, Inoshuke yang terbiasa bebas harus terkekang dengan peraturan-peraturan aneh dan tata terbit membingungkan. Banyak hal yang di larang dari pada yang di perbolehkan ia lakukan, ia seperti seekor burung dalam sangkar logi mereka. Hal itu yang paling tidak ia suka, maka ketika militer kekaisaran menawari ia selalu mengatakan tidak. Meskipun ia akhirnya menerima karena desakan sang Ayah. "Kau menikmatinya?" tanya seorang yang mendekti Inoshuke saat berada di balkon lantai dua rumah pribadinya. "Kau Norio. Aku tidak begitu menikmatinya, aku belum beradabtasi," jawab Inoshuke pada laki-laki yang di panggil Norio. "Lama-lama kau juga akan menikmatinya, seperti aku dulu pun begitu," kata Norio. "Oh ya, sudah berapa lama kau di sini?" "Sejak aku remaja," ucap Norio. Akhirnya mereka terlibat obroal yang cukup akrab, meskipun belum begitu lama mengenal satu sama lain. Norio Rikku adalah anak dari Naoki seorang bangsawan kelas satu dari anggota Militer Kekaisaran Tanduk Merah Prajurit Elit. Inoshuke mengenalnya saat Norio tengah sakit demam, dan Inoshuke yang mengobatinya, sejak saat itu mereka berkenalan. Tak berapa lama mereka mengobrol, akhirnya Norio pergi entah kemana. Dan Inoshuke kembali rasanya. Ia mulai kesepian sejak berada di sana, ia ingin sekali memiliki teman berbicara. Dulu saat berada di Yondama ia bisa mengobrol dan bercanda dengan mudahnya bersama orang-orang di desa. Ada ayahnya yang mengajarinya Sogi, ada Bibi Yumi yang mengajarinya obat-obatan, ada Genma yang selalu membawakan buah kerumah, dan ada Shatoru yang membuatnya jatuh cinta. Tiba-tiba ia teringat Shatoru, perempuan yang di kenalnya sudah 10 tahun itu membuatnya selalu bahagia, tapi mulai saat ini ia tak mungkin bisa bersama lagi. Bersama lagi? Seketika ia memiliki satu pikiran untuk membawa Shatoru datang ke Edo dan mungkin Daimyo Kekaisaran juga bisa membantunya. Malam itu ia bergegas pergi ke rumah Daimyo untuk membantunya membawa Shatoru, atau lebih tepatnya Putri Yumma. Inoshuke tahu itu. Jika Shatoru sebenarnya adalah Putri Yumma, seorang penerus satu-satunya dari kekuasaan Kekaisaran Edo. "Mau kemana, dokter?" tanya salah satu dari dua penjaga yang berada di depan pintu masuk Daimyo. "Aku ingin menemui Daimyo, untuk memberitahu sesuatu," ujar Inoshuke. Penjaga itu membuka pintu untuk Inoshuke. Inoshuke berjalan menyusuri area rumah untuk menuju dalam rumah Daimyo. Saat sampai di sana, ia di sambut penjaga lainnya yang akan memanggil Daimyo. Inoshuke di bawa kesebuah ruangan yang hanya menampakkan bayangan sang Daimyo. "Ada apa dokter, sepertinya ada hal begitu penting hingga anda datang begitu malam?" tanya sang Daimyo Daisuke Arata. Kemudian Inoshuke menceritakan semuanya, apa yang sebenarnya terjadi dan yang selama ini di tutupi desa terpencil bernama Yondama. Awalnya sang Daimyo tak percaya dengan semua itu, tapi kemudian Inoshuke menjelaskan lebih jauh lagi. Setelah itu Inoshuke pergi dari kediaman sang Daimyo, mungkin setelah ini ia bisa kembali bertemu Shatoru lagi. Dua bulan setelah pertemuan itu, sang Daimyo menghimpun pasukan khusus untuk menjemput Putri Yumma di Yondama. Sudah 10 tahun lebih sang putri pergi, kepergian itu sendiri menimbulkan banyak masalah, baik di Edo sendiri maupun di pemerintahan. Lalu pasukan khusus itu pun tak lama pergi ke Yondama. Perintah sang Daimyo adalah... "Harta, Takhta, Arata. Bawa ia kembali ke Edo hidup-hidup." *** Sementara itu Hayato sudah berjalan lebih satu minggu dengan tubuh lusuh dan lemah, ia tak tahu harus pergi kemana. Shatoru telah pergi, ia pun tak lagi di Yondama. Hayato kini menyusuri hutan dengan badan lelah. Perutnya kosong, tubuhnya lelah dan letih, luka akibat pukulan militer kekaisaran masih membekas di wajahnya. Ia rasanya tak kuat lagi. Kini matanya ikut berat untuk membuka, rasanya pedih sekali. Ia tak tidur selama seminggu ini. Lalu ia terpeleset, kemudian terperosok dari atas bukit. Kakinya membentur batang pohon, menimbulkan luka yang cukup sakit, mungkin tulangnya patah. Pandangannya juga semakin berkurang, matanya meredup dan semakin meredup. Lalu ia terasa seperti melihat kunang-kunang terbang mengitari wajahnya. Hayato ingat kunang-kunang itu enam tahun lalu yang membawanya pada serigala hantu. Hayato tak peduli lagi jika saat ini ia harus bertemu kembali dengan para serigala itu. "Ayah, Ibu, kakak," desis Hayato perlahan. Bahkan untuk membuka mulut saat ini pun itu terasa sangat sulit, tak ada lagi tenaga yang tersisa dari tubuhnya. Hayato berpikir, mungkin ia akan mati di bawah bukit itu, lalu tubuhnya di makan para anjing hutan. Ia tak lagi ada daya hidup untuk melanjutkan dendam kematian keluarganya. Lalu matanya tertutup. Dari arah desanya muncul kumpulan asap dan nyala api yang sangat besar. Seketika saja Hayato kaget dan mulai panik, ia lalu berlari sekencang mungkin. Itu mungkin kebakaran hebat, pikirannya mulai penuh dengan orangtuanya dan Ishiki sang kakaknya. Ia ingin secepat mungkin sampai disana, membantu memadamkan api. Dengan napas terengah-engah dan mata yang mulai berkaca-kaca, ia mulai menangis ketakutan. Sesampainya di desa, api sudah mengepung hebat hampir seluruh rumah hancur terbakar tak ada yang tersisa, ia mulai berlari kesisi jalan, mencari rumahnya. Rumahnya pun sama, hancur lebur dengan kobaran api, lalu di mana orangtuanya? Di mana Ishiki? Dan di mana orang-orang? Apa mereka mengungsi? Tapi, kemana? Dari arah berlawanan suara hendatakan kuda kaki kuda menjauhi desanya, ia dengan sangat jelas, saat ia berusaha mengejar, kumpulan kuda itu sudah tak ada. Kemana mereka semua? Hayato menangis sambil berteriak bergantian memanggil keluargnya, tapi tak ada yang mendengar. Bayangan itu lagi, itu bukan hanya mimpi tapi pikirannya. Meskipun tak bisa membuka matanya, ia masih bisa berpikir. Setiap rasa takut datang, bayangan kematian keluarganya selalu saja menghantui. Hayato lalu berpikir apa ia aka menyusul mereka? Jika memang harus mati ia tak peduli, ia ikhlas karena mungkin itu pilihan terbaik. Kemudian Hayato benar-benar tak sadarkan diri, tak mengingat apapun dan tak memikirkan apapun. Bukit itu adalah bagian dari sebuah desa yang jauh dari jangkauan orang-orang, tak ada orang yang akan melewati hutan itu. Kecuali para pemburu beruang. Beberapa hari kemudian Hayato masih di sana, seorang pria tua dengan tubuh anehnya efek dari mabuk melewati tempat itu. Kemudian kakinya tak sengaja mengenai tubuh Hayato dan ia pun terjatuh. "Sial sekali, siapa yang membuang kayu di sini," umpatnya. Lalu berusaha menggeser yang menurutnya kayu. Tapi, belum sempat menggeser ia kaget karena itu bukan kayu melainkan tubuh seseorang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN