27

1232 Kata
Shatoru dan Hayato duduk di sebuah perahu kayu, yang terletak di sungai perbatasan antara Kurobuchi dan Yondama. Mata Hayato melihat dan menjelajahi setiap aliran sungai serta hewan dan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Sementara itu Inoshuke sesekali membantu seorang pria tua yang membawa perahu itu terus mengarungi sungai. Mereka juga terlibat obrolan ringan karena merasa nyaman satu sama lain, meskipun kadang Inoshuke tak tahu apa yang pria tua itu katakan. “Apa kau anak dari kepala desa Yababura?” tanya pria tua itu pada Inoshuke "Benar Paman, bagimana paman tahu?" kata Inoshuke menjawab. “Wajahmu mirip sekali dengan Yababura. Tapi, aku tak tahu jika ia memiliki anak yang begitu gagah." “Iya, mungkin Ayah tak begitu berniat memperkenalkan anak laki-lakinya yang tak memiliki pangkat ini, Paman," kata Inoshuke panjang lebar. “Yababura memang tak pernah suka membahas tentang keluarga. Menurutnya itu aib yang harus di tutup, bahkan kematian istrinya pun kami tak tahu. Oh iya, siapa namamu?" “Aku Inoshuke, Paman.” “Katakan pada Ayahmu, bahwa Gomino teman lamanya ingin bertemu..” “Apa paman adalah Prajurit Gomino Ichimaru?” tanya Inoshuke sumringah, mendengar kata-kata Gomino. “Kau mengenalmu, Inoshuke?” “Bukan mengenal lagi, ayah selalu menceritakan tentang Gonimo si ahli obat. Dulu ayah dan Paman satu divisi di Daimyo wilayah, bukan? Paman Gomino yang selalu membantu para prajurit yang terluka, bahkan katanya Paman juga di juluki si sambung tangan Dewa karena sudah menyembuhkan banyak sekali nyawa prajurit. Tapi, setelah kelima wilayah bersatu, paman dan Ayah pensiun, lalu ayah kehilangan jejak paman,” kata Inoshuke bercerita panjang lebar, menceritakan kisah hidup sang Gomino dari apa yang di ceritakan sang ayah padanya. “Aku sampai lupa, bagaimana kabar paman? Apa paman masih menunggu perempuan bernama Maki?” “Ternyata Yababura masih seperti dulu banyak berbicara. Itulah alasan kenapa meninggalkannya, mulutnya pedas sekali," ujar Gomino setelah mendengar ucapan Inoshuke tadi. Sesaat ia mengingat tentang teman satu angkatannya saat masih menjadi prajurit Daimyo dulu. Dalam obrolah seru mereka, Hayato merasakan bosan karena sudah lebih satu jam tak kunjung sampai di tempat tujuan. “Paman, apa Kurobuchi masih begitu jauh? Aku sudah sangat lelah duduk," tanya Hayato pada Inoshuke yang mulai bosan sejak tadi melihat sungai terus menerus. "Sebentar lagi, Yato," jawab Inoshuke tanpa melihat ke arah Hayato maupun Shatoru. “Ya sudah kalau begitu, aku ingin tidur saja. Paman Shatoru bangunkan aku jika sudah sampai." “Aku akan membangunkanmu jika aku mau. Jika tidak kutingggal kau di sini," kata Shatoru. Hayato hanya bisa mendeham mendengar ucapan Shatoru itu. Keempatnya lalu sibuk masing-masing, Hayao yang tidur, Shatoru yang hanya diam, sementara Gomino yang mulai tertarik pada Inoshuke, karena Inoshuke juga mempelajari ilmu pengobatan. Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, Gomino meminggirkan perahunya. Sementara Shatoru dan Inoshuke turun, hampir saja mereka meninggalkan Hayao untungnya ia lebih dulu bangun dan menyusul mereka. Mereka tampak bahagia, salah satunya diwajah Hayato, karena ia sudah lama sekali tak pergi ke festival musim semi. Sementara Inshokue begitu bahagia bisa menikmati festival itu bersama Shatoru. Pemanis itu memang selalu menjadi incaran pandangan matanya pertama ia melihatnya di dalam satu rumah bersama dulu. Awalnya ia canggung untuk berkenalan karena ia tak pernah berkenalan dengan seseorang tapi dengan sedikit dorongan dan paksaan dari hatinya perkenalan itu pun terjadi. Dan inilah hasilnya saat ini. Mereka bertiga telah sampai di festival yang tak jauh dari sungai itu. festival yang di adakan seminggu ini telah dipadati oleh pengunjung. Ada bazar yang menghiasinya, tempat berjualan pernak-pernik, tempat untuk membeli makanan, taman bunga sakura ditata sedemikian dengan indahnya, ditambah dengan warna cerah dari bunga sakura itu sendiri, merah jambu. “Ah, aku jalan sendiri saja ya, Paman. Ada yang ingin aku beli soal, untuk dibawa pulang nanti. Kalian jalan sediri saja," kata Shatoru pada Inoshuke dan Shatoru lalu kemudian disusul kepergiannya. Sedangkan Inoshuke terlambat untuk mencegahnya, karena ia masih sedikit canggung, kalau harus berjalan berjalan dengan Shatoru. “Shatoru, kau tahu tidak kenapa festival seperti ini juga dia adakan di Edo” tanya Inoshuke ketika mereka berdua berjalan menyusuri taman. “Iya aku tahu, tapi aku tak pernah datang ke festival itu.” Jawab Shatoru datar tanpa menoleh kearah Inoshuke karena ia sibuk melihat-lihat. “Ah, kau ini.” Inoshuke menyenggol tangan Shatoru. “Perayaan itu di adakan karena sebuah kecemburuan, yang di lakukan oleh Sang Kaisar Edo dulu.” “Cemburu?” “Awalnya ketika Sang Kaisar melihat sebuah festival dan penanaman pohon di sekitar taman istana oleh kerajaan Cina, pada jaman Dinasti Tang. Akhirnya Kaisar menyuruh para bawahannya membuat festival yang di lakukan setiap musim semi, dengan mengadakan festival serupa.” “Hmm.” Hanya itu yang dilakukan Shatoru. “Kita duduk dibangku itu.” Inoshuke dan Shatoru berjalan menuju sebuah bangku yang berada di bawah pohon sakura. Di bangku itu mereka menikmati pemandangan festival sambil melihat-lihat orang yang berlalu-lalang di taman itu. Memang sedikit menjauh, tapi festival terlihat indah sekali. Sementara itu Hayato sejak tadi terus berkeliling mencari makanan, manisan dan lainnya. Ia diberikan Shatoru beberapa logi yang mungkin cukup untuk menikmati festival itu. "Paman topeng ini berapa?" tanya Hayato pada si penjual topeng. Saat melintas tadi ia melihat topeng yang bagus, mirip topeng yang di kenakan Shatoru. "Dua logi hijau," ujar sang penjual. "Aku membeli satu," setelah memberikan uang pada sang penjual Hayato hendak mengambil topeng itu. Tapi seseorang lebih dulu mengambilnya. "Topeng Tengu," ucap orang itu. "Hei Paman berikan topeng itu. Aku sudah membayarnya," ujar Hayato meminta topengnya pada orang itu. "Ini, semoga nasibmu seberuntung topeng ini." Setelah mengucapkan itu orang itu memberikan topengnya pada Hayato. Hayato menerimanya. Sekilas Hayato melihat wajah orang itu, nampak seseorang pria muda seperti pernah ia kenal. Hayato berusaha mengingat sambil terus mematung. Lalu saat ingatannya sudah pulih, ia mencari orang itu. Bagaimana Hayato sampai lupa dengannya? Tapi apa itu nyata? Hayato berlari mencarinya, melihat sekeliling tapi tak ada. Hayato mulai panik dan bingung. *** Puas menikmati festival bersama, mereka pun memutuskan untuk menginap di sana satu malam. Inoshuke begitu bahagia bisa bersama dengan Shatoru. Sedangkan Hayato masih memikirkan tentang seseorang yang tadi malam bertemu dengannya secara tiba-tiba kemudian menghilang secara tiba-tiba. Apa benar yang ia lihat? Jika benar berarti Ishiki masih hidup? Tapi, jika bukan apa ia hanya merindukan kakak laki-lakinya. Memang dulu setiap ada festival mereka selalu datang bersama, Ayah, Ibu dan juga Ishiki. Ishiki juga suka menyimpan pernak-pernik dari festival untuk menjadi koleksinya. Namun, Isihiki sudah mati terbakar bersama desanya. Ia yakin sendiri, karena saat itu tak ada yang tersisa selain dirinya. Sebegitu kah ia merindukan sang kakak. Hayato tak mau memikirkan itu lagi, ia kemudian bergegas bangun dan menyusul Shatoru serta Inoshuke yang tengah makan. Sebelum kembali ke Yondama, mereka membeli beberap barang lebih dulu. Shatoru membelikan sebuah pedang sungguhan pada Hayato. "Kau suka?" tanya Shatoru pada Hayato. Hayato nampak bingung, apa maksudnya dengan kata suka? "Aku suka, bagus sekali pedang ini," kata Hayato sambil memegang terus pedang itu. "Aku membelinya untukmu," ucap Shatoru lagi. Hayato mengang kedua alisnya, apa benar Shatoru membelikan pedang itu untuknya? Bukannya selama ini ia hanya mengajari caranya memukul batang dengan kayu. "Kau mau tidak? Kalau tidak aku akan mengembalikannya," sambung Shatoru karena Hayato hanya terus diam sejak tadi. "Aku mau, jika benar kau membelikannya untukku," kata Hayato memegangi pedang itu erat. Shatoru membayar pedang seharga 20 logi kuning itu. Meskipun begitu Hayato masih berpikir itu hanya mimpi. Karena Shatoru selama ini tak pernah sebaik itu padanya, atau itu hanya tipuanya saja? Entahla, Hayato bingung sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN