Masamune sampai dengan tubuh yang begitu lelah, malam saat itu sudah menjelang. Ia hanya perlu menuruti bukit untuk sampai di rumah sang ibu.
Dengan kaki yang masih sakit, ia menyeretnya secara perlahan. Darah di lukanya juga belum mengering, bahkan mulai menimbulkan bau yang tidak sedap.
Malam begitu gulita, saat berjalan kakinya terpeleset dan ia terperosok menggelinding dari atas ke bawah bukit, kepalanya sedikit terbentur.
Namun, Masamune malah bersyukur karena ada jalan lain yang lebih cepat untuk turun dari bukit hutan tebu.
Bagian kepala belakangnya terasa nyeri, akibat benturan pohon tadi. Kini bagian tubuhnya ada yang mengalami luka lagi, selain paku di kaki dan bekas cambukan di seluruh badan kulitnya. Ia juga tak lupa lelehan lilin di lengan kiri dan kanannya dari salah satu militer kekaisaran.
Semakin jauh ia melangkah meninggalkan hutan tebu, ia semakin bisa melihat remang-remang cahaya nyala api dari jalanan di desa.
Masamune hanya perlu melewati beberapa gang untuk sampai ke rumah ibunya. Dan ia kembali bersyukur desa itu sepi, penjaga di depan pintu masuk desa pun tak ada.
Masamune berhenti sesaat, lalu menengadahkan wajahnya ke langit. Sudah satu hari lebih ia berjalan melewati hutan dan bukit, mungkin Akaruchi sudah kebingungan mencarinya saat ini.
Tak berapa lama ia kembali berjalan, bergegas menuju rumah ibunya. Agar ia cepat-cepat beristirahat, meskipun hanya sesaat karena cepat atau lambat militer kekaisaran pasti datang menemuinya.
Rumah kayu sang ibu sudah nampak di matanya, lampu minyak masih menyala terang. Seperti biasanya. Dulu ia yang membangun tempat lampu itu, agar saat malam orang-orang yang ingin berobat dengan mudah datang. Idenya mendapat banyak pujian dari penduduk desa, termasuk kepala desa Yababura itu sendiri.
Masamune mengetuk pintu secara perlahan, dayanya sudah sangat menipis untuk mengetuk pintu sekalipun.
Dari dalam terdengar langkah kaki yang mendekati pintu, Masamune menghentikan ketukannya saat pintu itu terbuka.
"Ibu," ucap Masamune sebelum tubuhnya terjatuh tak sadarkan diri di pelukan Bibi Yumi.
Bibi Yumi masih kaget melihat kedatangan Masamune, apalagi dalam keadaan yang begitu mengenaskan.
Dengan masih bingung, Bibi Yumi sekuat tenaga menarik tubuh Masamune kedalam, lalu rebahahkannya dan berusaha mengobati lukanya.
Bahkan sebagai seorang dokter desa ia bingung harus mulai dari mana, ia sampai tak kuat melihat keadaan Masamune yang begitu mengenaskan.
Bibi Yumi menyeka tubuh Masamune yang mulai bernanah dengan air dan kain. Air dari matanya pun ikut menetes membahasi pipinya.
Setelah tubuh Masamune bersih, ia mulai mengambil obor dan berjalan keluar, untuk meminta bantuan Inoshuke serta Shotaru. Hanya keduanya yang mengerti bagaimana perasaan Bibi Yumi saat ini.
Tak berapa lama Shatoru dan Inoshuke sampai, mereka langsung membantu Bibi Yumi yang antara kebingungan dan sedih.
Inoshuke membalurkan obat ke seluruh luka Masamune, sementara Shatoru berusaha mencabut paku di kaki kiri Masamune dengan alat seadanya.
Setelah semuanya selesai, Inoshuke dan Shatoru masih berada di rumah Bibi Yumi.
"Bibi, minumlah teh ini dulu, tenangkan pikiranmu," ucap Shatoru memberikan secangkir teh pada Bibi Yumi.
"Terima kasih." Bibi Yumi meminum teh itu. Sambil mengatur napasnya.
Sementara itu, serdadi militer kekaisaran yang di pimpin Akaruchi telah sampai di Yondama. Gerombolan itu terlihat seperti pusaran api saat membawa obor-obor yang merapat.
Gerakan dan hentakan kaki mereka menggema, hingga membuat riuh tempat yang awalnya sepi itu.
"Geledah semua tempat dan rumah yang akan di desa ini, cari Masamune Ikiba sampai ketemu!" teriak Akaruchi memerintah pada bawahannya.
Bunshi serta militer kekaisaran yang ikut langsung berpencar mencari kesemua tempat dan rumah warga. Warga yang awalnya tertidur mulai terjaga, termasuk Yababura.
"Ada apa ini?" tanya Yababura bingung, sementara warganya panik dan keluar pintu.
"Kami di perintah Daimyo untuk menangkap penjahat Masamune," ujar Akaruchi.
"Kalian tidak bisa seenaknya menggeledah, tanpa izin terlebih dahulu. Aku kepala desanya," ucap Yababura, jika tak ia hentikan warganya akan semakin takut. Karena selama ini militer kekaisaran tak pernah datang dalam keadaan seperti ini.
"Ini perintah dari Daimyo, tuan," kata Akaruchi masih kekeuh.
"Hentikan prajuritmu, Ruchi. Aku mantan militer kekaisaran, aku tau bagaimana seharusnya bertindak. Lagi pula Ikibuchi dan Yondama sudah berbeda wilayah kekuasaan," ucap Yababura semakin tegas.
Akaruchi tak bisa meneruskan hal itu, ia menghentikan para prajuritnya untuk menggeledah semua tempat. Jika ia teruskan Yababura bisa melaporkannya pada sang Daimyo meskipun untuk menindak kejahatan.
"Kalau kau ingin menangkap Masamune, aku tau di mana dia," sambung Yababura. Kemudian ia menuntun jalan kerumah Bibi Yumi.
Akaruchi dan para prajuritnya berjalan menuju serdadu menuju rumah Bibi Yumi, setelah sebelumnya ia meminta maaf pada Yababura karena bertindak tidak sopan.
Tak berapa lama mereka sampai di rumah Bibi Yumi, Akaruchi mengetuk pelan daun pintu yang terbuat dari kayu tipis berwarna putih itu.
Seseorang membukanya, Shatoru muncul dari sana. Wajah ketiganya tak nampak panik karena mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Akaruchi dan beberapa prajurit masuk kedalam, melihat keadaan Masamune yang tengah di obati. Begitu mengenaskan, bahkan Akaruchi tak bisa membayangkan bagaimana rasanya rentetan luka itu.
"Aku akan membawanya besok pagi, pastikan dia sadar," ucap Akaruchi sopan pada Bibi Yumi.
Bibi Yumi hanya bisa mengangguk perlahan mendengar hal itu, ia sudah bersiap dengan nasib paling buruk dari anaknya.
Malam itu perlahan sirna, bulan purnama telah beringsut kearah barat lalu terlihat samar karna terkalahkan sinar matarahi yang sudah menyilaukan mata.
Masamune telah bangun, dengan tangan di kekang ia di bawa serdadu militer kekaisaran. Para warga Yondama melihat kejadian itu.
Shatoru dan Inoshuke hanya bisa menenangkan Bibi Yumi. Akaruchi mengatakan jika Masamune akan di eksekusi besok pagi.
Saat di bawa Masamune tak memberontak sedikitpun, ia sudah puas bisa melihat sang ibu untuk terakhir kalinya sebelum kematiannya.
Hanya satu pesan Bibi Yumi pada Akaruchi, yakni meminta kembali abu pembakaran sang anak. Akaruchi menyetujui hal itu.
Lalu kelompok yang di pimpun Akarauchi itu meninggalkan Yondama dengan perahu yang cukup besar.
Sebagai seorang Bunshi dan militer kekaisaran tingkat tiga, Akaruchi sudah banyak mengalami hal buruk hingga kesedihan, tapi ia tak pernah bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Masamune yang harus merasa sakit bertubi-tubi bahkan dari Itomizu sendiri.
Siang, sebelum kedatang kelompoknya ke Yondama. Akaruchi lebih dulu pergi ke rumah Itomizu, semua tempat di rumah itu di geledah, tapi tak menemukan Masamune.
Itomizu memang terkenal sebagai seorang kolektor barang ilegal dan curian, bahkan banyak orang mencurigainya membentuk kelompok Ular dari Langit itu sendiri.
Namun, Itomizu menyangkalnya dan mengatakan itu hanya sebuah tuduhan belaka. Akaruchi tak bisa menangkapnya karena tak mampu membawa bukti.
Bahkan saat di tanya tentang Masamune, Itomizu juga mengatakan tak pernah berkenalan dengannya.
Membayangkan hal itu, ia mungkin bisa tahu betapa sakitnya hati Masamune, tapi di luar itu kejahatan Masamune juga sudah banyak. Mulai dari pembunuhan hingga perampokan.
Tak butuh waktu yang lama sampai akhirnya mereka di Ikibuchi. Masamune masuk kembali kedalam penjara, malam terakhirnya di dunia ia habiskan hanya menatap jeruji besi hingga hari berganti.
Keesokan harinya, sebelum matahari semakin terik. Masamune telah di bawa ke luar penjara, tangannya kini di ikat kebelakang.
Sesampainya di sana, beberapa warga melihat dengan sorakan dan teriakan memaki sumpah serapah.
Mata Masamune di tutup, lalu tali mengikat lehernya. Dan ia pun tewas di tali gantungan dengan bibir tersenyum.
Dupa doa di rumah Bibi Yumi mati seketika.
Setelah Masamune mati, lalu proses pembakaran terjadi. Abu yang di minta Bibi Yumi pun kembali di serahkan.
Bibi Yumi menyimpan abu itu di tempat doa, berjejer dengan abu milik suaminya.
Ia kini hidup sebatang kara sebagai seorang janda.
***
Setelah lebih dari satu minggu menggunakan kapal menuju pulaunya, akhirnya Hideyoshi sampai di Shimazen.
Saat sampai di sana ternyata surat keputusan dari Daimyo kekaisaran telah di terima yang mengatakan bahwa Iwabhana kembali ke tangan Kazuo Ishimura no Shimazen.
Hideyoshi bahagia mendengar hal itu, harapannya menjadi kenyataan, Wilayah dan tanah kelahirannya sudah kembali ketangan Kazuo
Apa yang di katakan Ibhiki dan Norariku ternyata hanya sebuah kebohongan semata untuk menghancurkan reputasi Kazuo.
Sayangnya, tak berapa lama apa yang di katakan Ibhiki dan Norariku menjadi kenyataan saat sampai ia malah mendapatkan hadiah kurungan.
Hideyoshi di bawa paksa dan masuk penjara di kediaman Daimyo, Kazuo juga sudah memiliki bunshi baru yang berbeda dari bunshi lalu.
Saat berada di dalam penjara, Hideyoshi menyesali semuanya, ia juga akhirnya tahu bahwa. Ibu dan adik perempuannya, mati terpanggang di rumah karena Kazuo. Saat itu Hideyoshi berada didalam penjara. Karena salah satu prajurit Kazuo mengatakan tentang pertemuan antara Hideyoshi dan Ibikhi.
Saat kepergian Hideyoshi ke Edo, ternyata bukan hanya bunshi Tomoya yang mengikuti tapi juga ada mata-mata lain dari Kazuo.
Si pendekar gagang merah juga bagian dari rencana buruk Kazuo untuk membunuh Hideyoshi, tapi nasib baik berpihak pada Hideyoshi yang masih hidup.
Tak ada pilihan lain bagi Kazuo, ia harus mengakhiri sandiwaranya dan membongkar siapa sebenarnya dirinya.
Sementara itu Hideyoshi menyesal didalam penjara. Hingga saat bulan purnama Iwabhana diserang dan dalam satu malam jatuh ke tangan Iwachi serta keempat Wilayah lainnya.
Kazuo sempat melarikan diri ke luar pulau, karena tak ada pilihan lain. Ia kabue menggunakan perahu, tapi nasib nahas membawa malapetaka, dengan anak panah berapi perahunya terbakar, ia pun terbunuh dengan anak panah. Iwachi dan Iwabhana bergabung.
Hideyoshi berniat diangkat menjadi kepala Bunshi oleh Tomoya di wilayah Iwachi, namun menolak dan memilih menjadi Ronin.
Hideyoshi ingin menebus semua kesalahannya pada banyak orang dengan mengembara, dalam perjalanan itu ia nembawa serta abu ayah, ibu dan adik perempuannya.
Ia tak lagi memiliki tempat di Shimazen, sekarang ia menjadi ronin, kesatria tanpa tuan.