Pulang sekolah hari ini Zivanya di kejutkan dengan sambutan beberapa orang yang berpakaian formal di depan gerbang.
"Selamat sore, Nona." Kebetulan Zivanya pulang sore karena ada pelajaran tambahan.
Sebenarnya ini hal yang biasa Zivanya rasakan ketika dia dibutuhkan seseorang. Namun, kali ini dia merasa cukup risi sebab semua itu di lakukan di depan gerbang sekolah. Sampai membuat semua penghuni heboh karenanya.
Sehingga desas-desus pun tidak bisa di hindari. Ada yang hanya ber-oh ria dan ada juga yang berkata kalau Zivanya di jemput hanya karena akan bertemu bos besar, sebab hutang orang tuanya, dan itu membuat Zivanya merasa miris mendengarnya.
Sepertinya murid itu tahu kejadian malam itu, yang membuat heboh seluruh lingkungan tempat tinggal Zivanya.
"Nona, silakan Anda masuk." Ucap salah satunya, yang membuat Zivanya sadar dari lamunan.
"Eh, sebenarnya kalian siapa?" Suara dari arah belakang membuat Zivanya dan yang lain menoleh.
Ternyata itu Dina!
Ya, Dina, sahabatnya yang langsung mendekat ketika melihat ada orang yang ingin membawa Zivanya.
"Hey, saya bertanya kepada Anda semua!" Dina mulai kesal karena orang itu tidak menjawab, dan malah membuka pintu mobil bagian belakang untuk mempersilahkan Zivanya masuk.
"Sudahlah Diiin, Mereka itu pasti orang yang Abiku suruh. Jadi tenang saja, aku bukan mau di culik." kata Zivanya sambil tersenyum supaya Dina tidak memperpanjang urusan.
Zivanya tidak mungkin berkata kalau mereka suruhan dari Fibra si berengsek itu!
"Apa itu benar, Van? Ko, aku rada-rada tidak percaya, ya! Soalnya, ayahmu tidak suka kalau kamu terlalu di perlakukan sedikit__ yaaa, kamu mengertikan." Terlihat wajah ragu pada Dina.
"Mungkin karena sudah lama aku tidak bertemu dengannya, jadi dia ingin membuat kejutan padaku." Kata Zivanya sedikit serius, supaya Dina langsung paham.
"Aku pergi dulu yaaa." kata Zivanya ketika melihat Dina terdiam. "Oh ya, apa kamu mau aku antar pulang dulu?" sekesal-kesalnya Zivanya, dia tidak akan mau meninggalkan sahabtnya sendiri, walaupun ini hanya ajakan dengan hati berdoa supaya Dina menolak karena bisa berabe bila dia meng-iyakan.
Dina akan terus bertanya ini dan itu sampai rasa penasarannya ter jawab.
"Sepertinya tidak. Maafkan aku ya, karena aku sudah ada janji dengan__ kak Max." Kata Dina sambil berbisik.
Zivanya menghembuskan nafas seperti kecewa. Padahal dalam hati dia bersorak karena Dina tak bisa ikut.
"Maaf yaaa." katanya sambil menepuk pundak Zivanya.
"Baiklaaah, tidak apa-apa. Kalau begitu, selamat bersenang-senang." Zivanya masuk dengan hati lega.
"Nona sebenarnya kami____”
"Iyaaa aku tahu. Sekarang bawa aku ke tempat yang Tuan kalian suruh!" Potong Zivanya sambil merebahkan tubuh yang sudah terasa lemah.
Sebenarnya dia ingin langsung pulang dan cepat tidur. Namun, bila dia menolak pasti akan panjang ceritanya karena dia sedikit tahu, kalau Fibra, seorang manusia pemaksa dan penuh akal bulus untuk menjeratnya supaya bisa tunduk pada perintahnya.
Saat ini Zivanya tidak ingin berdebat, jadi dia meng-iyakan saja supaya cepat selesai.
Samapai kelelahan tubuhnya, membuat Zivanya malah tertidur sampai ke tempat tujuan.
Tidur Zivanya terganggu ketika mendengar keributan. Dengan malas dan marah dia membuka mata ingin melihat orang yang berani mengganggu tidurnya.
"Aku kan sudah bilaaang, jangan berisik! Lihat, Nona jadi bangun." Suara seorang wanita yang terdengar sangat ketakutan.
"Aduuuh, benar juga ini! Padahal Tuan bilang jangan di ganggu, gimana iniii. Tapi, untung saja kita sudah selesai." Bisik yang satunya. Yang tak kalah ketakutan.
"Se, se, selamat ma, malam No, Nona." Kata mereka berbarengan dengan menunduk dan terbata-bata.
Zivanya tidak menjawab, dia malah kaget ketika melihat ke depan yang terdapat cermin besar, dia melihat wajahnya yang telah di poles sedemikian rupa. Sungguh berbeda dengan dirinya yang tadi .
Zivanya menoleh menatap wanita yang ada di sampingnya dengan pandangan yang cukup mengintimidasi.
"Apa yang __"
"Apa kalian sudah selesai?" Suara bariton memotong perkataan Zivanya.
"Su, sudah Tuan. Hanya, tinggal mengganti bajunya." Jawab wanita tadi dengan membungkuk hormat pada manusia yang bernama Fibra.
"Baiklah! Cepat selesaikan. Semua telah menunggu di bawa." Kata Fibra sambil mendekati Zivanya dan membungkukkan tubuh, “Ternyata kamu cantik juga.” Ucap Fibra sambil mencium tengkuk Zivanya.
Zivanya merasakan ada getaran yang aneh, sampai wajahnya memerah.
"Cepat pakai bajumu sayang, kalau tidak, aku yang akan mengganti bajumu sendiri." Kata Fibra di dekat telinga Zivanya.
Ada ketakutan yang menyusup ke dalam renung hati ketika mendengar itu karen belum pernah ada yang menggantikan bajunya. Sekalipun dia tengah sakit parah.
Seandainya itu terjadi, Zivanya pasti akan langsung membunuh orang yang lancang tersebut.
"Apa kamu berharap aku yang menggantikannya?" Ucap Fibra ketika Zivanya terdiam, "Sepertinya kamu memang__"
Peletak!
satu tamparan bersarang di pipi Fibra.
"Tidak!" Zivanya pun menambah dengan memukul kepala Fibra.
Membuat dua wanita yang melihatnya terkejut dan menutup mulut, tidak percaya kalau sang Bos malah di dipukul oleh calon istrinya.
"Aduuuh, baru kali ini, ada pengantin laki-laki di pukul pengantin wanita karena mau mengganti baju si wanita." Kata Fibra sambil mengusap kepalanya.
Dua wanita itu kini malah menahan tawa. Mungkin baru kali ini melihat ada yang berani memukul kepala sang Bos, ta api Bosnya malah tersenyum.
"Siapa yang mau jadi pengantinmu!" Kata Zivanya sambil menatap Fibra sengit. Dia tidak terima dengan apa yang Fibra katakaan.
Sedangkan orang yang di tatap malah menaikkan satu alis, "kamu itu bodoh atau benar-benar bodoh! Kamu pikir kenapa kamu dirias seperti ini?" Fibra malah balik bertanya.
"Mana aku tahuuu." Zivanya menaikkan pundaknya tanda tidak tahu apa-apa.
"Ck! Kita itu mau menikah! Makanya aku menyuruhmu cepat ganti bajuuu, karena penghulu sudah menunggu kita di bawah." Ucap Fibra sambil pergi dan melihat pada dua wanita yang tadi.
"Cepat selesaikan! Saya tidak mau menunggu lama!" kata Fibra.
Mereka pun mengangguk dan membungkukkan badan.
"Eeeeh, nanti dulu! Enak saja kamu bicara cepet-cepet! Akukan belum__"
"Kamu sudah janji kemarin Zivanyaaa. Jadi, jangan membantah lagi!" Fibra berlalu begitu saja tanpa menunggu perkataan yang akan di lontarkan Zivanya.
"FIBRAAA!" hanya teriakan yang bisa Zivanya lontarkan.
Tanpa Zivanya tahu ada seulas senyum di bibir Fibra karena sebentar lagi dia bisa memiliki Zivanya hanya untuk dirinya.
"Tinggal selangkah lagi, kamu akan menjadi milikku sayang dan aku berjanji, tidak akan melepaskanmu walau sedetik pun." Fibra bicara dalam hati.
Tidak tahu kenapa dari mulai bertemu dengan wanita kepala perampok itu, hati Fibra terus saja memikirkannya dan selalu ingin mencari cara supaya bisa dekat dengan. Namun sekarang, bukan hanya dekat. Tapi sebentar lagi, dia bisa memiliki Zivanya seutuhnya.
***
Setelah akad selesai, Zivanya berdiri termenung di depan pintu kamar mandi.
"Ya ampun, ya ampuuun! Jadi sekarang aku ini sudah menikah!" Zivanya nepok-nepok pipi yang bersemu menjadi semerah tomat.
"Aku enggak mimpikan? Ini nyatakah!" Zivanya masih tidak percaya, dengan apa yang terjadi.
"Ya nyata lah! Tuh lihat, ada cincin yang gede di jari manis kamu! Awas, aku mau mandi panas!" Fibra menyahut sambil mendorong Zivanya untuk keluar kamar mandi.
"Eeeh, apa-apa ini! Aku yang duluan masuk, jadi aku yang dulua mandi." Tolak Zivanya sambil memegang pintu.
"Kamu itu sudah dari tadi! Masa belum mandi juga! Cepet keluar, aku sudah tidak tahan, panas iniii!" Fibra menolak sambil memaksa Zivanya untuk keluar.
"Tidakmau! Pokonya aku duluan!" kata Zivanya sama menolak dengan apa yang Fibra inginkan.
"Kalau aku tidak mau, memangnya kamu mau apa?" Kata Fibra sambil menaikkan lengkungan di bibir, melipat tangan di d**a dan handuk yang tersampir di pundaknya.
"Kamu tidak akan berani macam-macam sayang, karena aku tahu, kamu it__" Fibra tidak menyelesaikan perkataan di hatinya, ketika melihat apa yang Zivanya lakukan.
Mulut Fibra mengaga dan mata pun melotot. Dia bener-bener tidak menyangka dengan aksi nekat Zivanya, hanya karena ingin mandi lebih dulu.
"Hehehe, cepat keluar! Kalau tidak, pisau ini bisa bersarang di dadamu!"
Ya, Zivanya memegang pisau kater yang dia selipkan di bawah bajunya, dan sekarang ada tepat di d**a Fibra. Sedikit saja dia bergerak. Ujung pisau itu pasti mengenai dadanya.
"Dasar wanita aneh! Harusnya kamu itu menurunkan bajuuu, bukannya mengacungkan pisau kater!" Fibra mengumpat di dalam hati karena kelakuan Zivanya yang tidak dia sangka.
"Malah bengong lagi! Cepetan keluar. Oh iya, bukain dulu resleting aku dong! Susah iniii, tidak sampai tanganku. Lagian, siapa sih yang buat ini baju! Harusnyaaa, kebaya ituuu dimana-mana pake kancing di depan, bukannya pake resleting di belakang!" Zivaya menggerutu.
Fibra tersenyum. Karena akhirnya dia bisa melihat Zivanya yang___
"Pake dulu ini!" kata Zivanya sambil memasangkan tutup mata buat tidur.
"Yaaa, gagal deeeh." Tubuh Fibra lemas seketika. Tapi, dia tak bisa apa-apa.
Setelah melakukan apa yang di inginkan Zivanya, dengan hati dongkol dicampur sedih dan kecewa Fibra melangkah keluar.
Fibra mengusap wajah kasar. "Ternyata menaklukkan kamu itu susah sayang. Tapi aku tidak akan menyerah." Senyum pun mengembang.
Andai Zivanya tahu, pasti dia akan waspada, karena senyum Fibra itu untuk sebagian orang sedikit menakutkan.
Sebab di balik itu, bisa saja ada hal buruk yang menanti sang mangsa.
"Kamar aku dimanah?" Suara Zivanya menyadarkan Fibra.
Kening Fibra berkerut, "Kamu sudah selesai?" Ada nada tidak percaya disana.
"Heeemmm! Kenapa, aneh! Oh iya, baju aku di mana?" Ucap Zivanya tanpa menghiraukan ke tidak percayaan Fibra.
Fira malah anteng memandang istri barunya karena baru kali ini dia tahu ada wanita yang mandinya cukup dengan waktu 15 menit!
Biasanya wanita paling sebentar tuh 25 sampai 30 menit kalau mandi. Dia pun kalau mandi sampe 20 menit. Tapi ini, luar biasa!
"Ngapain lama-lama di air, tidak bakalan putih atau cantik mendadakan!" Kata Zivanya sambil mengibaskan rambutnya yang basah, seperti tahu apa yang Fibra pikirkan.
Fibra terpesona melihat itu, wangi sampo menjalar menyesap dalam renung dadanya.
"Aku tuh butuh bajuuu, bukannya butuh di lihat sama kamu!" Zivanya bertolak pinggang, soalnya Fibra tak memberi jawaban ketika dia bertanya di mana bajunya. Malahan yang ada, Fibra menatapnya tanpa berkedip.
Pelak! Zivanya memukul tangan Fibra
"Baju aku dimanah!" dia dibuat kesal.
Fibra bukannya marah dia malah tersenyum, "Maaf, maaf. Habisnya kamu tuh cantik dengan rambut basah. Membuat aku__"
"Baju aku dimanaaa!" Zivanya memotong perkataan Fibra yang bisa membahayakan.
"Tuh di lemari! Aku mau mandi dulu."
Namun sebelum pergi ke kamar mandi, Fibra memukul p****t Zivanya terlebih dahulu, dan berlari cepat.
"FIBRAAA" meledak sudah teriakan Zivanya.
Fibra hanya tertawa. Dia merasa gemas melihat p****t Zivanya yang berlenggak lenggok. Ketika melewatinya. Namun teenyata bukan hanya gemas, tapi itu mampu membuat nafsu buasnya keluar dengan sendirinya.
***
Tidak terasa, haripun sudah beranjak malam. Tapi Zivanya masih tidak bisa tidur karena di sampingnya ada makhluk yang sangat mengganggunya.
Fibra! Yaaa, Fibra masih betah menatap dia. Dia tak beranjak sedikit pun dari tadi.
"Ya, ampuuun! Mau sampai kapan kamu menatap aku! Aku itu sudah mengantuk, tapi lapar juga dari tadi Fibraaa! Kamu itu suami akukan! Harusnya kamu itu menawarkan aku makan dari tadi, Bukannya malah bengong menatapku!" Protes Zivanya karena dari tadi dia hanya di tatap.
"Soalnya kamu itu___"
"Sudah jangan bicara! Aku tahu kalau aku memang cantiiik! Tidak usah di bilangin lagi, aku tahu. Tapi aku tuh lapar!"
"Siapa yang mau bilang kamu cantik! Jangan ge-er kamu! Aku tuh mau bilang, soalnya dari tadi mau mengajak kamu makan, tapi kamu malah, MOLOR!" Fibra meninggikan perkataan akhirnya sambil menoyor kepala Zivanya.
Mendengar itu, Zivanya benar-benar malu. Mukanya terasa panas. Karena dia salah mengartikan perkataan Fibra.
Namun, itu bisa dia tutupi dengan membentak " Siapa yang MOLOR! Dari tadi aku enggak bisa tidur!"
Fibra yang mendengar itu tersenyum dan mengacak rambut Zivanya.
"Ayo ke bawah! Tadi aku sudah beli makanan. Tinggal di hangatkan sebentar." Fibra menarik lengan Zivanya.
"Kamu memang cantik sayang, tapi aku tidak berani bilang." Fibra berucap dalan hati sambil tersenyum.
"Loh, malah duduk lagi!" Kata Fibra karena melihat Zivanya malah duduk dan menjatuhkan kepala di meja makan. Ketika mereka sudah sampai di ruang makan.
"Kamu yang angetin yaaa, aku lemes, pengen makaaan." kata Zivanya sambil menepuk meja dan menempelkan pipinya sebelah di atas meja, menatap Fibra dengan pandangan sayu karena lapar.
Fibra hanya menggeleng dan pergi untuk menghangatkan makanan yang tadi dia beli.
Sebenarnya Fibra bisa saja menyuruh pembantunya untuk kesini. Tapi karena Zivanya tak mau kalau sampai orang rumah tahu. Jadi terpaksa Fibra menyuruh pembantunya pulang. Kesini hanya waktu pagi sampai pukul 12 pokonya sebelum Zivanya pulang sekolah.
Itulah peraturan yang Fibra berikan pada pembantunya saat ini, dan entah sampai kapan itu terjadi.
"Masih lama tidak? Aku sudah kelaperan iniii." kata Zivanya sambil memegang perutnya yang terasa perih.
"Kenapa tidak sama kamu! Kalau mau cepat, lakukan sendiri!" Kata Fibra pura-pura kesel, padahal dalam hati kasihan juga, lihat istri barunya kelaparan.
"Huuuuh!" Zivanya hanya bisa cemberut dan kembali menjatuhkan kepala di atas pmeja makan.
“Dasar suami tidak bertanggung jawab.” Zivanya memilih menutup mata kembali. Karena dia tahu, Fibra pasti membangunkannya jika makanan sudah tersedia.
***