MDU 09

1485 Kata
"Jadi elo nganggep gue cewek murahan gitu?! Iya bener, gue emang deket sama banyak cowok. Tapi ... gue nggak pernah sembarangan mau diciumm!" emosi Jovanka. Tristan bingung, bukan maksudnya menyinggung perasaan kekasihnya. Hanya saja ia tak percaya jika gadis secantik Jovanka masih begitu polos. "Maafin aku ya ... bukan maksud aku kayak gitu." sesal Tristan. Jovanka mengangguk paham. "Jov, aku ke dapur bentar ya. Mau ngambil air minum," ucapnya kemudian. Tristan berjalan meninggalkan Jovanka. Jovanka hanya diam, menelisik ruangan yang ia tempati. Hingga tiba-tiba suara getaran ponsel Tristan mengalihkan atensinya. Ia melihat ke arah sisi dapur. Memastikan jika pemuda itu masih di dalam sana. Entah mengapa, Jovanka merasa begitu penasaran dengan siapa sosok yang kini mengirim pesan di ponsel kekasihnya. Bagaikan sesosok maling, Jovanka segera membuka pesan di ponsel Tristan. Seketika Jovanka terkejut, hingga keningnya membentuk sebuah kerutan. "Siapa sebenarnya gadis yang bernama Lia ini? Apa Tristan cuma mainin perasaan gue?" gumamnya was-was. Mendengar suara derap langkah kaki, buru-buru Jovanka meletakkan ponselnya kembali. "Maaf nungguin lama," ucap Tristan, sembari meletakkan segelas minuman di hadapan Jovanka. Jovanka tersenyum, seakan tak melihat apapun. Tristan mendudukkan bokongnya di samping sang gadis. "Jov, kamu pernah dengar nggak orang tua mengatakan jika 'witing tresno jalaran soko kulino'," Jovanka tersenyum. "Lalu?" "Mungkin itu yang kini kita alami. Aku cuma bisa berdoa, semoga lambat laun kita bersama. Kamu bisa menerima cintaku." Jovanka lagi-lagi hanya tersenyum. "Tapi elo juga jangan pernah lupain satu hal jika 'pupuse tresno jalaran soko wong liyo'." Sengaja memang, Jovanka menyindir Tristan. Entah mengapa, ia merasa ada yang berbeda di dalam hatinya. Ia benci saat melihat nomor gadis lain menghubungi Tristan. Ia meragukan cinta Tristan padanya. "Kok kamu bilang gitu sih? Aku benar-benar cinta dan sayang sama kamu." "Iya percaya." singkat Jovanka, terdengar meremehkan ucapan Tristan. Sedikit lama mereka saling berbincang. Hingga siang menjelang, akhirnya Jovanka pamit pulang ke kontrakannya sendiri. "Gue pulang dulu, mau nyuci." pamitnya. "Nggak sekalian cuciin baju aku?" kekeh Tristan, siapa tau Jovanka mau menuruti kemauannya. "Elo pikir gue pembokat elo. Cuci aja sendiri!" Jovanka melenggang pergi. Di sela langkahnya ia berpikir. Kenapa Tristan seakan hanya menginginkan sesuatu darinya?. Sepepergian Jovanka, Tristan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Membuka kotak pesan chat, dan melihat cewek gebetannya baru saja mengirimkan pesan bertubi-tubi padanya. Sosok cewek itu marah, kenapa Tristan hanya membaca pesannya? Tanpa membalas. Sedang Tristan tak merasa jika dirinya membaca pesan Chatnya. Jangan-jangan ... Tristan membolakan kedua bola matanya. Jangan bilang jika Jovanka membuka pesan chatnya?!. Tristan mengusak rambutnya kasar, ia takut jika Jovanka mikir macam-macam terhadapnya. Walau memang benar, ia berbuat macam-macam. Malam ini, Tristan menemui kekasihnya-Lia. Di sebuah taman tak jauh dari tempat tinggalnya. Rasanya sudah lama tak menemui gadis itu, ia penat hanya berada di dalam kontrakan saja. Sekalian bertemu dengan teman-temannya juga. Jovanka yang tengah membaca n****+ di dalam kamarnya, sempat terkejut. Karena tiba-tiba ada yang menghubungi dirinya tanpa ada nomor dari sang penghubung. Sosok itu mengatakan jika Tristan sekarang tengah berkencan di sebuah taman. Yang mana hal itu membuat Jovanka sakit hati. Ia memutuskan untuk pergi ke tempat tersebut. Jovanka tak ingin sendirian, ia mendial nomor Very, untuk menemaninya pergi ke taman di mana Tristan berada. Tak lama Very datang dan langsung mengantarkan Jovanka. "Ver, nanti elo pura-pura jadi cowok gue ya!" "Jangankan pura-pura, jadi pacar sungguhan aku mah setuju aja." kekeh Very. Jovanka tertawa, ia sudah menganggap Very sebagai kakaknya. Namun tak tau dengan pemuda itu. "Gue terlalu jahat buat pacaran ama elo. Elo tuh pantasnya pacaran ama ukhti. Bukan sama cewek blangsakan kek gue." "Tapi aku suka sama cewek kek kamu. Aku tau, kamu tuh baik orangnya." "Nggak usah sok tau. Gue nggak sebaik yang elo kira." Tak berapa lama mereka sampai di taman. Sedikit berjalan-jalan, mencari keberadaan Tristan. Jovanka berdiri di tempat. Saat melihat segerombolan pemuda tengah berbincang tak jauh dari tempatnya berdiri. Dan lagi, satu sosok pemuda yang sangat Jovanka kenal. Terlihat tengah merangkul tubuh seorang gadis, yang tidak terlalu cantik. Tubuh pendek, astaga. Cantikan Jovanka kemana-mana. "Kenapa berhenti? Eh, itu cowok kamu kan?" tunjuk Very ke arah Tristan. Jovanka hanya menyunggingkan sebelah bibirnya. "Cowok bajin*an lebih tepatnya." Tanpa ragu, Jovanka menggandeng lengan Very. Menyenderkan kepalanya manja di lengan pemuda tersebut. Sengaja memang, ia ingin Tristan merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Bukan tipe Jovanka jika harus ribut, ngerebutin satu cowok gak bermutu seperti Tristan. Balas dendam yang estetik, adalah dengan cara melakukan hal yang sama seperti apa yang pemuda itu lakukan. Tristan menautkan kedua alisnya, saat melihat Jovanka tengah bermesraan dengan pemuda lain. Dengan kedua tangan terkepal erat. Ia mendorong tubuh kekasihnya, dan beralih pergi menuju ke tempat Jovanka berada. "Tan, kamu mau kemana?!" teriak Lia, yang kini ikut mengekor di belakang Tristan. Diikuti sahabatnya yang lain, mereka takut jika sampai Tristan berbuat onar di tempat umum. Jovanka tersenyum evil, ia sudah siap jika Tristan marah padanya. Toh, pemuda itu yang memulainya. Tristan berdiri di belakang Jovanka. "Lanjutin aja terus! Enak ya, mesra-mesraan sama cowok lain." sindirnya, sembari bersedekap d**a. Jovanka membalikkan badannya. Tanpa melepaskan pelukannya di lengan Very. Ia sebenarnya takut, jika harus jauh dari pemuda itu. Takut jika Tristan berbuat macam-macam padanya. "Kenapa?" tanya Jovanka tanpa merasa bersalah. "Jov! Lepasin tangan kamu dari lengan pemuda brenggsekk ini!" "Sstttt ... jangan pernah menghina dia, dia punya nama, Very. Jadi jangan memanggil namanya seenak mulut elo!" "Kamu ngebela dia?!" marah Tristan. "Em," guamam Jovanka sebagai jawaban. "Kamu tuh benar-benar murahan ya! Kamu udah milik aku. Tapi kenapa harus jalan sama cowok lain?!" Jovanka semakin tersulut emosi. "Elo pernah ngaca nggak? Atau mungkin elo nggak punya kaca. Liat diri elo! Apa elo suci? Apa elo baik? Apa elo bukan cowok b*****t?" Jovanka menunjuk ke arah Lia di belakang Tristan. Sial! Kenapa Tristan bisa lupa jika dia sedang kencan bersama Lia. Ucapan Jovanka mampu membungkam mulut Tristan. Jovanka terkekeh geli. "Dan satu lagi Tan! Liat, gue bisa nyari cowok yang lebih dari elo. Lebih kaya, lebih tampan. Sementara elo ... ck! Cewek semampai gitu aja elo pepet. Memperburuk keturunan lo!" tawa Jovanka, menghina Tristan. Lia merasa emosi, ia tak suka dengan ucapan Jovanka. "Jaga mulut elo! Muka pas-pasan aja belagu!" Jovanka justru mendekatkan tubuhnya di hadapan gadis yang tingginya hanya sebatas dagunya itu. Menoyor kening gadis tersebut, hingga membuatnya sedikit terhuyung. "Tinggiin dulu badan elo! Baru lawan gue. Tubuh semampai (semeter tak sampai), kurang gizi lo?! Pergi kerumah gue, gue kasih s**u sapi. Noh, sapi gue abis beranak. Susunya banyak." Very mati-matian menahan tawanya, ia sedikit bangga saat Jovanka memujinya dengan kata tampan. "Sayang, pulang yuk." ajak Very, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. "Ayok, gue juga udah nggak mood." ucapannya. Melenggang pergi meninggalkan tempat tersebut. Tristan menggerutu emosi. Ck! Ia kesal karena kalah telak sama Jovanka. "Tan, dia siapa?" tanya sang gadis. "Diem lo!" bentaknya. "Anter di pulang! Gua mau ke tempat Jovanka!" putus Tristan, tak menghiraukan teriakan tak terima dari gadis di belakangnya. Malah menyuruh temannya untuk mengantar gadis tersebut. Sedang tak jauh dari tempat pertengkaran Tristan dan Jovanka. Berdiri sesosok pemuda bermasker hitam. Ia tersenyum dibalik penutup maskernya. "Ini baru beberapa kebusukan elo yang terbongkar, Tan. Bentar lagi, rahasia terbesar elo bakal Jovanka ketahui." kekehnya. Jovanka sampai di kediamannya. "Makasih, Ver. Elo dah mau bantuin gue," ucapnya, dengan senyuman manis. "Sering-sering minta bantuan aku juga nggak apa-apa. Aku seneng malah." Very memutuskan untuk pergi. Selepas kepergian Very, tak lama kemudian Tristan datang. "Jov! Aku mau ngomong sama kamu!" Jovanka yang baru saja akan memasuki kontrakannya sontak berhenti. Dan membalik badannya. "Apa lagi? Nggak ada yang perlu kita omongin lagi." Namun seakan mengabaikan penolakan Jovanka. Tristan menarik paksa lengan gadis tersebut. Dan mengajaknya pergi ke kontrakan miliknya. "Tan, elo mau bawa gue kemana?!" "Diem! Dan ikut aku!" Tanpa bisa menolak lagi, Jovanka mengikuti Tristan. Sesampainya di kontrakan Tristan. Pemuda itu langsung menarik sang kekasih memasuki kontrakannya. "Tan, elo mau apa?!" Tristan mendorong kasar tubuh Jovanka di atas kasurnya. Tatapan penuh amarah ia layangkan pada gadis yang kini tersimpuh tak berdaya di hadapannya. "Tan, elo jangan macam-macam!" peringat gadis itu. Tak ingin mendengar penolakan dari sang gadis. Tristan langsung mengungkung tubuh gadis di hadapannya. "Tan! Lepasin gue!" berontaknya. Namun Tristan tetap tak menggubris ucapan Jovanka. Ia justru meraup bibir gadis itu dengan brutal. "Aku cinta sama kamu Jov! Aku nggak mau kalau kamu jadi milik orang lain. Aku ingin, kamu cuma milik aku seutuhnya." Jovanka tak bodoh, untuk tak mengerti ucapan dari sang pemuda. "Tan! Sadar!! Apa yang elo lakuin ini salah. Elo nggak bisa maksain kehendak diri elo. Kalau elo ngelakuin hal ini ke gue, coba bayangin! Apa yang bakal terjadi sama hidup gue. Gue hancur, Tan. Elo cowok mah enak, lha gue? Siapa yang mau sama cewek yang udah bekas cowok lain? Kalau elo tega sama gue, elo lakuin sekarang. Cepet lakuin!!" teriak Jovanka dengan berderai air mata. Tristan meluruhkan tubuhnya, ia terlalu di kuasai oleh kabut emosi. Hingga otaknya tak bisa berpikir jernih. "Maafkan aku, maafkan aku." sesal Tristan, menidurkan tubuhnya di samping Jovanka. Jovanka akhirnya bisa bernapas lega, setidaknya Tristan masih waras.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN