Selepas Jovanka terbangun dari ketidak sadarannya. Kenyataan pilu yang harus ia dapatkan. Saat pertama kali ia menatap ke arah perutnya yang terlihat rata. Tak ada lagi kehidupan di dalamnya. Dan ia teringat, jika semua itu disebabkan suaminya sendiri. Dia yang membuat dia sendiri yang melenyapkan, sungguh ironis. Jovanka tak bisa melupakan hal itu, cinta dalam hati kini sudah lenyap bersama dengan perginya sang buah hati. Tristan sudah mengecewakan Jovanka hingga titik terendah. Pulang bersama dengan seorang wanita, dan setelahnya membuat Jovanka kehilangan anaknya. Hemh! Derita mana lagi yang tak dirasakan Jovanka. Rasanya hanya sekedar mendengar namanya saja sudah muak. Apalagi harus bertatap wajah dengannya. "Nak, sarapan dulu, ya. Ibuk suapi." pinta sang ibu, menyodorkan sesendok bub