Perhatian Dari Rendi

1024 Kata
NAVIA POV Hari pertama kerjaku... Aku sengaja datang pagi-pagi sekali. Di hari pertamanya kerja, aku ingin memberikan kesan pertama yang bagus untuk bosku. Meskipun aku belum tahu, siapa bosku itu. Seperti Cleaning Service pada umumnya, aku membersihkan apa saja yang bisa kubersihkan. Untuk pertama kalinya aku bekerja kasar, setelah biasanya kerjaku hanya duduk manis di depan komputer. Tetapi aku merasa tertantang untuk mengerjakannya. "Selamat pagi, Pak." Sapa seorang karyawan lain saat bosku datang. Karena rasa penasaranku, aku pun menoleh ke arah pintu dan mendapati Rendi yang berdiri di sana dengan pakaian rapi. Jadi, sebenarnya Rendi adalah pemilik dari resto tempatku bekerja. Sesuai juga, dengan tampangnya yang keren, ia juga ramah dan tidak sombong. Aku mencoba mengalihkan pandanganku dan fokus pada pekerjaan. "Selamat pagi, Navia. Kamu sudah sarapan?" Tiba-tiba saja Rendi menghampiriku , membuat aku sedikit terkejut karenanya. "Sudah Ren, eh Pak Bos." aku salah tingkah karena bingung harus memanggil Rendi apa. Aku pikir saat perjumpaan kami kemarin, dia bukan pemilik dari resto ini. "Santai saja, jangan terlalu kaku. Panggil sesukamu, bebas. Nanti jam makan siang temani aku makan di luar, ya." sejak awal bertemu, sepertinya Rendi telah menaruh hati padaku. Bukan aku terlalu percaya diri, tetapi aku bisa melihat bagaimana pancaran matanya saat bertatapan denganku. "Aku takut tidak sopan, Bos. Apa tidak apa-apa, seorang bos makan siang dengan cleaning service sepertiku?" aku merasa minder karena tidak sederajat dengan Rendi, meskipun kenyataannya aku adalah seorang putri konglomerat. Tapi biarlah, Rendi tidak boleh tahu siapa aku yang sebenarnya. "Tidak. Biasa saja. Anggap saja aku bukan bos di sini. Aku tidak perduli jabatanmu apa, yang pasti aku mau makan siang bersamamu. Selamat bekerja, nanti aku samperin kamu pas jam makan siang. See you." Rendi melangkah pergi menuju ruangannya sambil tersenyum. Sepertinya ia sangat senang, memiliki kesempatan untuk makan berdua denganku. #POVAuthor Di sisi lain, ada dua pegawai Rendi yang tidak suka dengan kedekatannya dengan Navia. Mereka sebagai karyawan lama merasa iri karena tidak mendapatkan perhatian bosnya selama ini, sedangkan Navia yang baru masuk sudah menyita perhatian bos mereka. "Lihat tuh Mer, pegawai baru sok kecentilan. Dia baru masuk aja udah berani godain Bos Rendi." tukas seorang pegawai pada wanita yang bernama Merli. "Padahal aku cari perhatian sama Bos Rendi berbulan-bulan nggak di tanggepin. Kayaknya kita harus kasih pelajaran sama tuh anak baru. Bagaimana menurut kamu, Sya?" Merli geram, ia meminta pendapat Tasya untuk mengerjai Navia. "Aku setuju, apa rencanamu?" Tasya penasaran dengan rencana yang akan di buat oleh Merli untuk memberi Navia pelajaran. "Sini aku bisikin..."Merli mendekatkan bibirnya ke telinga Tasya dan membisikkan kalimat panjang padanya, sementara Tasya manggut-manggut tanda mengerti. NAVIA POV Jam makan siang... Aku udah membersihkan diriku dan menunggu Rendi datang menjemputku. Sebenarnya, aku tidak terlalu menginginkan makan siang bersama ini, hanya saja aku menghormati Rendi sebagai bosku dan sebagai orang yang telah memberiku pekerjaan. "Navia, ayo berangkat." Rendi menghampiriku. Aku dapat melihat karyawan lain yang menatapku dengan tatapan yang tidak senang. "Baik." Aku mencoba mengabaikan mereka sementara waktu, namun aku juga sedikit was-was apabila mereka memiliki niat jahat padaku. Aku dan Rendi hanya berjalan kaki karena tempat makan yang akan kami kunjungi berada tidak jauh dari resto Rendi. "Kamu kan punya resto, Ren. Kenapa makan siang di resto orang lain?"tanyaku heran. Padahal bisa saja kan, ia makan di restonya sendiri, bahkan tanpa membayar. "Biar beda. Kalau di resto aku, nggak enak sama yang lain, nanti pada iri sama kamu." celetuk Rendi, seakan menyadari situasi yang baru saja terjadi. "Tadi karyawanmu sepertinya memandangku dengan pandangan tidak suka. Aku jadi takut di intimidasi oleh mereka." Sebelum terlambat, aku harus membicarakan ini dengan Rendi. Sungguh, aku tidak ingin memiliki musuh, apalagi ini baru hari pertamaku kerja. "Kamu tenang saja, Navia. Aku akan membantumu kalau mereka menyusahkanmu. Kamu tidak perlu takut." ucap Rendi tegas. Cowok ini cukup blak-blakan menunjukkan perhatiannya padaku, kalau Miko, dia lebih ke tindakan-tindakan tersembunyi. Aduh, kenapa aku jadi membandingkan mereka berdua? "Terima kasih, Rendi. Maaf merepotkanmu." kataku lembut. Aku tidak pernah berada di posisi seperti ini, terpaksa aku harus mencari tempat berlindung. "Ini sudah menjadi tanggung jawabku, jangan sungkan begitu." Rendi tampak santai, pembawaannya yang sedikit aktif terimbangi dengan cara bicaranya yang ceplas-ceplos. Rendi membawaku ke sebuah tempat makan yang menyediakan menu makanan bakar-bakaran. Seperti ayam bakar, bebek bakar, ikan bakar dan lain sebagainya. "Kamu mau makan apa?" Tanyanya setelah kami masuk ke dalam resto. "Bebek bakar saja." putusku cepat. Aku memang menyukai menu yang berasal dari bebek. "Ternyata selera kita sama. Kebetulan sekali, jangan-jangan kita jodoh." Rendi tertawa, candaannya sontak membuat aku tersenyum. Dia ternyata orangnya asik juga. "Jangan jodoh sama aku, nanti kamu nyesel." kataku asal. "Kenapa? Kamu cantik, ramah, baik, kamu juga pekerja keras. Aku justru beruntung kalau berjodoh denganmu." Rendi justru tampak serius. Tapi entah mengapa aku tidak merasa gembira Rendi memiliki rasa padaku. Aku malah memikirkan Miko. "Baru tahu aku sehari. Kamu belum mengenalku dengan baik, Ren." aku mencoba menolak pemikiran positifnya terhadapku. Sebisa mungkin jangan sampai Rendi jatuh cinta padaku. "Jangan merendah. Aku tahu, kamu bukan tipe wanita bermuka dua. Sebentar, aku pesan makanan dulu," Rendi meninggalkanku untuk memesan makanan yang akan kami makan. Sekarang, Miko sedang apa ya? Apa dia sedang kencan dengan penyewanya? Ada apa denganku? Kenapa aku kepikiran dia? Jangan-jangan aku mulai suka padanya? Aish! aku coba menepis pemikiranku tentang Miko. "Kamu kenapa, Navia? Sepertinya sedang banyak pikiran." tanya Rendi saat ia kembali ke meja kami. Ternyata ia orang yang cukup peka juga. Tapi aku tidak mungkin bilang padanya sedang memikirkan lelaki lain. "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya teringat pada kucingku di rumah. Dia sudah pulang atau belum, karena sedang berkencan dengan kucing tetangga." Aku coba beralasan. Pffft, secara tidak langsung aku menganggap Miko sebagai kucing. "Kamu sangat perhatian sekali, ya. Bahkan, kucingmu kencan juga tahu. Gadis yang lucu." Rendi terkekeh. Syukurlah, setidaknya dia percaya dengan alasanku. "Silahkan, selamat menikmati." Dua orang pelayan mengantarkan pesanan kami. Aku jadi teringat dengan mama, beliau juga menyukai menu bebek dan kami sering makan bersama. "Selamat makan, Navia." ucap Rendi sebelum menyantap makanannya. "Selamat makan juga, Rendi." Aku pun mulai menikmati makananku. Ya, ini cukup lezat. Meskipun tempatnya tidak semewah restoran yang biasa aku kunjungi bersama mama, namun masalah rasa tidak mengecewakan. Jadi orang sederhana cukup menyenangkan juga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN