Belanja

1538 Kata
Agam terbangun di pagi hari. Ia duduk di atas sofa dan menatap sekeliling ruangan rumah Freya ini. Agam sangat yakin jika Freya masih tertidur di kamarnya. Agam pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan menuju dapur. Melihat ke dalam kulkas. Setalah itu Agam menyiapkan sarapan untuk Freya dan dirinya. Setelah selesai, ia meletakkan sarapan yang ia buat di atas meja makan. Freya tadi suah bangun dan mungkin sekarang mungkin iya sedang berpakaian. Tidak beberapa lama kemudian, Freya datang dan tersenyum melihat Agam yang sedang menunggunya untuk sarapan. "Wah.. Pagi ini sarapan dibuatkan oleh chef Agam. Jadi apa menu pagi kita hari ini, chef?" Tanya Freya ketika sudah duduk. "Sama seperti biasa. Mie goreng, nasi goreng dan telur mata sapi ceplok." Balas Agam. Agam pun menuangkan makanan di piring Freya. Setelah itu ia memberikannya kepada Freya. Freya dengan senyuman nya menerima piring itu. Dan ia langsung memakam makanan buatan Agam. Sama seperti biasa, makanan buatan Agam tidak pernah mengecewakan. Dan Freya sangat menyukai makanan tersebut. "Frey.. Lulus kuliah nanti lo mau kemana?" Tanya Agam kepada Freya. "Gue belum mikirin tentang itu. Mungkin gue akan cari kerja yang lebih layak. Kalau lo?" Tanya Freya lagi. "Gue akan pergi ke luar kota. Gue akan ngerantau dan ngelamar kerja di sana. Kalau lo mau ikut sama gue, gue dengan senang hati mau." Jelas Agam. Freya yang mendengar itu langsung menghentikan makannya. Ya.. Agam memang selalu berkata jika ia akan kembali ke kampung halamannya setelah lulus kuliah. Ia ingin selalu dekat dengan keluarganya di sana. "Lo gak bisa temanin gue disini aja? Gue gak bisa bayangin gimana kehidupan gue kalau lo pergi ninggalin gue." Ucap Freya. "Lo tau kan, ini cita-cita gue dari dulu. Kerja di sana dan buat kehidupan baru di sana. Gue gak bisa ngehancurin mimpi gue. Makannya itu, gue ajak lo untuk mulai kehidupan di sana. Gue janji akan jaga lo. Gue akan cari pekerjaan buat lo dan kita akan memulai semuanya dari awal." Jelas Agam kepada Freya. Freya yang mendengar itu sangat tertarik. Ia sangat ingin melihat kehidupan yang Agam janjikan itu. Tetapi semuanya tidak mudah. Ia sangat mencintai berada di sini. Apalagi di sini ada Darel. "Akan gue pikirkan." Jawab Freya. Freya tidak bisa menjanjikan sesuatu yang ia tidak tau apakah itu akan terjadi atau tidak. Jadi menurutnya ini adalah jawaban yang terbaik yang bisa ia katakan kepada Agam. Freya tersenyum kepada Agam. "Gue ngerti. Jadi jangan paksa diri lo untuk ikut sama gue. Karena lo, juga punya kehidupan sendiri." Ucap Agam lagi. Setelah itu Agam kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Freya ia menatap Agam. Agam benar, ia punya kehidupan sendiri. Tapi ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan nya tanpa sosok Agam di dalam. "Gimana kalau selesai kita sarapan lo temenin gue belanja bahan makanan? Gue rasa gue udah harus stok bahan makanan lagi. Soalnya tinggal sedikit di kulkas. Giamana?" Tutur Freya. Ia mengalihkan pembicaraan agar pembicaraan diantara mereka tidak canggung lagi. "Boleh. Gue dengan senang hati mau nemenin lo kemana aja." Jawab Agam. Freya tersenyum mendengar itu. Ia pun melanjutkan makannya dengan lahap. --- Sesampainya di salah satu pusat perbelanjaan, Agam mengambil satu troli dan membawanya. Sedangkan Freya, ia berjalan di samping Agam. Freya sudah mencatat beberapa bahkan yang akan ia beli. Mereka memulai dari sayur-sayuran. "Itu keknya bagus deh." Ucap Agam kepada Freya. Freya dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kita kenapa lewat dari sini? Di list gue gak ada sayuran kok. Kita ke sana aja, yuk." Ajak Freya. Tetapi Agam langsung memegang tangan Freya agar Freya tidak pergi. "Sayuran bagus buat lo." Ucap Agam. Freya langsung menganggukkan kepalanya lagi. "Gue tau sayuran bagus. Tapi gue gak suka. Kita ke sana aja ya.." Balas Freya. Agam menggelengkan kepalanya. Ia mendekat ke arah sayuran dan memilih beberapa untuk Freya. Ketika Agam hendak memasukkan sayuran ke dalam troli, Freya langsung menghadang nya. "Gue gak suka, Gam." Ucap Freya kepada Agam. Tetapi Agam sama sekali tidak perduli. Ia memasukkan sayuran tersebut ke dalam troli. "Nanti gue masakin sayuran nya yang enak biar lo mau makan." Ucap Agam dan kembali mendoromg troli tersebut. Freya menghela napas mendengar itu. Mereka pun melanjutkan di bagian daging-dangingan. Dibagian ini tentu saja Freya sangat semangat memilihnya. Agam tersenyum melihat semangat Freya. Mereka berdua sangat menikmati berbelanja. Padahal hanya hal sederhana seperti itu. Tetapi mampu membuat Freya dan Agam bahagia untuk sesaat. Selesai berbelanja, Freya dan Agam menuju salah satu cafe untuk bersantai sebentar. Sesampainya di cafe, Freya dan Agam langsung memesan minuman dan beberapa cemilan untuk mereka makan. "Lelah banget gue belanja beginian aja padahal." Ucap Freya. Agam menganggukan kepalanya. Setuju dengan perkataan Freya. "Padahal belanjaan kita sedikit yakan? Tapi capek nya udah kayak belanja untuk satu kelurahan." Tutur Freya lagi. Agam tertawa mendengar itu. Tidak beberapa lama kemudian, makanan dan minuman yang mereka order datang. "Selamat menikmati." Ucap pelayan tersebut. "Terimakasih.." Ucap Freya dan Agam bersamaan. Setelah itu mereka langsung meminum minuman yang mereka pesan. Freya meminum dengan sangat cepat. Nampak sekali jika ia kehausan. "Ah.. Gila seger banget." Ucap Freya setelah meminum separuh minumannya. "Haus banget lo kelihatannya." Ucap Agam. "Memang. Ini gye rencananya mau pesen satu gelas lagi." Tutur Freya. Agam tertawa mendengar itu. "Pesen aja sepuas lo, hari ini gue yang traktir." Ucap Agam. "Perasaan emang selalu lo yang traktir gue. Gue nya kapan traktirin lo?" Tanya Freya. Yap.. Ketika mereka makan diluar Agam memang yang akan selalu mentraktir dirinya. Ketika Freya hendak membayar makanan, Agam langsung dengan tegas melarang Freya. Sebenarnya ia sangat malu jika terus ditraktir oleh Agam. "Namanya gue yang ngajak lo kesini. Jadi gue dong yang harus bayarin." Ucap Agam. "Alah.. Kalaupun gue yang ngajak, pasti lo juga yang bayarin. Gue gak enak terus menerus lo yang bayarin." Balas Freya. "Lo macam sama siapa aja. Ya kan gue yang senang hati ingin mentraktir lo. Lagian kan gue cowok. Gak enak lah minta bayarin cewek. Ya gak?" Ucap Agam disertai dengan kedipan matanya untuk Freya. Freya yang melihat itu langsung memutar kedua bola matanya. "Siap ini kita kemana?" Tanya Freya. Ia merasa sangat bersemangat hati ini jika jalan bersama Agam. "Lo bilang lo capek. Ya kita pulang lah." Balas Agam dan kembali meminum minuman nya. "Ya kan tadi. Sekarang gue gak capek lagi. Jadi kita kemana abang Agam yang ganteng bak dewa kematian?" Tanya Freya dengan senyuman menggodanya. "Gak ada akhlak lo, ye. Itu muji tapi akhirannya ngeri ya, bund." Balas Agam. Freya yang mendengar itu langsung tertawa lepas. Ia sangat senang jika menggoda sahabatnya ini. "Seneng lo ngetawain gue? Bahagia banget lo. Tapi emang gitu, orang yang ternistakan akan indah pada waktunya." Ucap Agam lagi. "Gak nyambung abang Agam sayang.. Udah nanti kita ke pasar malam aja gimana?" Tanya Freya. Agam langsung menggelengkan kepalanya. Ia sangat tidak suka ke pasar malam. Menurutnya entah apa yang seru di sana. "Gak suka gue. Gimana kalau kita makan di restoran enak, baru kita menjelajahi kota dari malam sampai pagi. Atau kita belajar aja. Bentar lagi kan kita tamat. Gue mau kita berdua jadi lulusan terbaik di kampus. Baru kita berdua dipanggil ke depan. Dan gue akan melakukan pidato berdua dengan lo. Baru kita dapat hadiah berlibur ke luar negeri. Baru kita jalan-jalan ke negeri orang dan rupanya kita tersesat setelah itu kita diculik dan dijual jadi b***k mereka. Dan akhirnya kita melarikan diri dan melaporkan ke kedutaan Indonesia dan kita akhirnya dikembalikan ke negeri asal kita. Gimana?" Freya yang mendengar itu mengedipkan matanya beberapa kali. Ia tidak mengerti dari mana pemikiran Agam yang sangat tidak berguna itu. Bagaimana bisa ia berbikir akan dijual dan kabur dengan gampangnya. "Lo sehat?" Hanya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Freya. Agam tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan semangat. "Sangat sehat. Gimana ide gue? Bagus gak?" Tanya Agam balik. "Lebih bagus gue gak usah dapat lulusan terbaik kalah ujung-ujungnya gue diculik. Ogah gue." Balas Freya. "Ya tapi kan akhirnya kita kabur dan dipulangkan ke Indonesia seperti semula. Dan kita pasti akan terkenal." Ucap Agam. "Terkenal dari mana, Agam.." "Ya terkenal. Nanti kita masuk televisi. Baru kita diundang di beberapa televisi untuk menceritakan pengalaman kita. Baru banyak yang kasihan sama kita dan kita dikasih pekerjaan. Dan lo tau, kita akan kaya mendadak. Gile.. Bagus banget ide gue." Ucap Agam lagi. Freya benar-benar tidak dapat memahami pemikiran dari Agam. Freya merasa jika kepala Agam sedang terbentur dan mengalami gangguan berpikir. Sehingga dia berkata seperti ini. "Gam.. Kalau lo mau diculik lo sendiri aja. Jangan ngajak gue. Gue akan setia nungguin lo di sini. Dan kalau lo terkenal, gue akan langsung datangi lo dan kita menikah. Gimana? Ide gue lebih bagus kan?" Tanya Freya. Ia mulai mengikuti alur kegilaan Agam.. "Enak di lo lah. Gue dah kaya lo mau jadi istri gue. Gak mau gue. Nanti gue cari istri gue sendiri. Gue cari seorang gadis yang di culik sama sama gue, baru gue aja dia kabur. Jadi kami terkenal berdua dan kaya berdua. gue gak akan mau lagi sama lo. Karena gue udah ada wanita yang setia sama gue. Dan kami pun hidup bahagia selamanya. Memiliki beberapa orang anak. Dan anak kami akan kami kirim juga ke luar negeri dan akan diculik dan akan terkenal juga." Jelas Agam. "Udah. Sampek cucu lo buyut lo sekalian. Tujuh generasi lo begitu terus. Stress gue denger cerita lo itu." Balas Freya. Agam tertawa mendengar perkataan Freya. Mereka berdua menikmati canda tawa mereka. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN