Kepikiran

2026 Kata
Freya mentap Agam yang saat ini juga sedang menatap dirinya dari atas hingga bawah. Mata kemarahan Agam sangat terlihat jelas sekarang. Freya menelan ludahnya dengan susah payah. Ia sangat takut sekarang. Bagaimana bisa Agam sudah berada disini sekarang. Agam yang melihat keberadaan Freya langsung menarik tangan Freya keluar dari tempat kerumunan itu. Mereka berada tepat di depan toilet sekarang. Agam menata Freya tajam. Bahkan dengan tatapan Agam saja, mampu membuat Freya takut. "Lo ngapain di sini?" Tanya Agam. Suara dingin Agam membuat Freya sangat sulit untuk menjawab pertanyaan simple tersebut. "Gue.. gue diajak tadi." Balas Frea dengan susah payah. "Lo ngapain pakai baju beginiann, Freya. Lo ngapain mau diajak kesini? Lo tau kan ini tempat bahaya banget buat lo. Gue gak habis pikir sama lo. Bisa-bisanya lo ke sini." Tutur Agam dengan kemarahannya. Freya tidak bisa berkata-kata lagi. Ia tau ia salah. "Gue minta maaf.. Tadi gue kesini sama Darel. Dia ngajak gue buat main kesini. Temen-temen Darel juga ikutan kok. Gam, lo gak usah khawatirin gue. Gue bisa jaga diri kok. Lagian gue kan udah dewasa dan gue tau yang mana yang baik dan buruk buat diri gue." Balas Freya. Ia sebenarnya tau jika Agam mengatakan hal itu demi kebaikan dirinya. Tetapi ia juga ingin kebebasan. Ia tidak mau Agam yang selalu ngelindunginya dan melarangnya untuk melakukann sesuatu yang menurutnya buruk. Freya juga ingin bergaul dengan orang-orang yang bahkan belum pernah ia temui. "Oke.. gue ngerti. Lo ngerasa gue terlalu ngekang lo, kann? Gue tau lo udah dewasa. Gue tau semua itu. Sekarang, lebih baik lo pulang. Atau lo gue antar sekarang." Ucap Agam lagi. Ia hendak menarik tangan Freya. Tetapi Freya langsung menghempaskan tangan Agam. " Gue pergi ke sini sama Darel. Setidaknya gue harus bilang ke dia dulu. Gue takut dia khawatir sama gue." Ucap Freya. Agam yang mendengar itu langsung mengacak rambutnya kasar. Freya benar-benar menguji kesabaran dirinya. "Lo kan bisa kabarin lewat telpon nanti. Gue gak mau tau. Pokoknya lo harus ikut sama gue." Putus Agam. Setelahh mengatakan itu, Agam kembali menarik tangan Freya. Tapi kali ini Freya tidak menolak. Ia pun mengikuti Agam untuk keluar dari tempat ini. Ketika Freya dan Agam hendak keluar dari club, Darel melihat mereka dan langsung mencegah Agam untuk membawa Freya balik. "Lo gak bisa bawa Freya gitu aja." Ucap Darel ketika sudah berada tepat di hadapan Agam dan Freya. "Apa hak lo bilang gitu ke gue. Lebih baik lo minggir sekarang. Gue lagi gak mau berantam sama lo." Balas Agam lagi. Freya yang mendengar itu langsung melebarkan kedua bola matanya. Ia tidak percaya Agam berkata seperti itu kepada Darel. "Hak gue? Freya kerja sama gue. Jadi gue punya hak untuk itu. Dan satu lagi, harusnya gue ang bilang itu ke lo. Lepasin tangan Freya sekarang aau gue gak segan-segan buat lo babak belur di sini. Lo pilih sekarang." Balas Darel. Agam yang mendengar itu langsun tertawa. Ia malah semakin menantang Darel. "Lo pikir gue takut sama lo? Akh.. atau karena gue selama ini diam sama lo, lo pikir lo itu jagoan? Lo salah besar. Gue diam karena gue takut nanti lo gak bisa main sama wanita-wanita lo di luar sana. Lo kan pria b******k yang suka main wanita." Ucap Agam lebih berani. Ia tersenyum sinis ketika melihat Darel yang mulai terpancing amarahnya. "Lo mulai berani sama g--" Ucapan Darel terotong ketik Freya mengintrupsi. "Please jangan buat yang aneh-aneh disini. Gue gak mau ada keributan di sini. Dan gue rasa gue akan pulang sama Darel. Karena gue ke sini bareng dia. Gam.. please lepasin gue." Ucap Freya. Mendengar ucapan Freya membuat Darel senang. Ia menatap Agam seolah Agam sudah kalah dengannya. Sedangkan Agam, Ia malah kesal kepada Freya. Ia menatap Freya dengan mata tajamnya. "Frey, lo lebih milih dia dari pada gue?" Tanya Agam dengan kesal. "Gam.. gue gak mau lo terluka. Please.. gue akan baik-baik aja disini." Balas Freya. Ia tau jika mereka berdua bertengkar, Darel akan mendapatka banyak pukulan di wajah ataupun badannya. Karena itu, ia tidak ingin Agam mendapatkan semua itu. Agam merasa Freya benar-benar sudah berubah. Freya sekarang tidak mau menuruti dirinya dan lebih memilih dengan pria yang sangat ia benci. "Oke, Fine. Have fun ya." Ucap Agam. Ia menghempaskan tanga Freya kasar. Stetelah itu Agam berjalan melewati Darel dan menabrak bahu Darel dengan sengaja. Ia pun pergi meninggalkann club. Sedangkan Darel, ia mendekati Freya dan mengelus lembut pipi Freya. Tersenyum lembu kepada Freya. "Kita balik lagi ke sana?" Tanya Darel yang menunjuk lantai di mana ia menari tadi. Freya langsung menggelengkan kepalanya. "Kita balik ke atas aja , ya. Gue capek dan haus. " Balas Freya. Ia sudah tidak berniat untuk menikmati apa yang ada di club ini lagi. "Oke." Darel pun langsung setuju. Ia membawa Freya menuju tempat mereka duduk tadi. Sesampainya di ruangan tersebut, Freya langsung meneguk habis minumannya. Ia merasa sangat haus ketika berada di dekat Agam. Tidak beberapa lama kemudian, ketiga teman Darel langsung datang dan duduk. Mereka terlihat sangat khawatir. Tetapi ketika melihat Freya, mereka langsung terlihat lega. "Lo kemana aja sih? kita dari tadi nyariin lo, tuan puteri." Ucap Zein kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung terenyum kikuk. Ia tidak berniat sama sekali membuat mereka khawatir seperti ini. "Sorry.. gue tadi ketemu sama temen gue. Gue gak bermaksud buat kalian khawatir. Sorry banget ya.." Ucap Freya dengan rasa bersalahnya. Ia menatap ketiga teman Darel dengan rasa bersalahnya. "Oh.. gak papa santai aja. Lagian lo kan udah ketemu. Tapi lain kali, kalau ada apa-apa lo harus langsung hubungi Darel. Disini bahaya. Apalagu untuk lo yang polos seperti ini." Ucap Aldo. Freya tersenyum kepada Aldo. Aldo ialah pria yang Freya sukai dari ketiga teman Darel ini. Tutur kata nya yang lembut dan terlihat dewasa. Mereka pun akhirnya kembali menikmati waktu mereka denngan canda dan tawa sama seperti tadi. Freya tertawa di depan Darel dan teman-temannya itu. Tetapi sebenarnya ia sangat khawatir sekarang. Ia sangat ingin bertemu dengan Agam dan menceritakan semuanya. Ia tidak mau Agam akan salah paham kepadanya. Freya merasa bersalah sekarang. Bagaimana bisa ia berkata seperti itu kepada Agam. Kalau Agam benar-benar tidak akan perduli lagi dengan dirinya, Freya tidak tau harus berbuat apa lagi. Agam sangat penting untuk dirinya. --- Freya menggandeng tangan Darel ketika mereka hendak keluar menuju parkiran. Ketiga teman Darel juga berada dengan dirinya. Mereka sudah puas dengan party mereka malam ini. "Lo sering-sering ngajak Freya, Rel. Dia seru juga ternyata." Ucap Kevin kepada Darel. Freya yang mendengar itu langsung tersenyum. Ia juga tidak tau kalau ketiga teman Darel nisa seru seperti ini. "Gak deh. Bahaya kalau gue terlalu sering jumapi Freya sama kalian." Balas Darel. Ia melepaskan tangan Freya dari lengannya dan malah merangkul Freya dengan mesra. Ketiga teman Darel yang melihat itu langsung tertawa. Mereka tidak tau kalau sahabatnya ini bisa bucin juga. "Iya deh yang baru memulai dari awal. Freya gue saranin nih ya.. Lo harus pantau Darel lebih dekat lagi. Takutnya ia cari yang lain lagi." Ucap Aldo dengan tawanya. Tetapi kali ini hanya Aldo saja yang tertawa dengan keras. Freya, Darel, Kevin dan Zein malah diam dan menatap ke arah Aldo. Kevin menatap Aldo tajam seolah-olah mengatakan untuk diam dan tidak berbicara apa-apa. Aldo yang melihat mereka tidak ikut tertawa, ia pun langsung menghentikan tawanya. Ia langsung menepuk pundak Zein. Ia tidak tau harus melakukan apa lagi. Zein langsung menyingkirkan tangan Aldo dengan kasar. Detik berikutnya Aldo langsung diam dan menundukkan kepalanya. Freya yang melihat itu langsung tersenyum tipis. Melihat ekspresi Aldo sekarang membuatnya sangat ingin tertawa sekarang. "Gue ambil mobil dulu. Lo tunggu sini aja." Ucap Darel. Freya langsung menganggukkan kepalanya. "Gue ikut. Gue mau ambil mobil juga." Ucap Zein. Zein dan Darel pun oergi meninggalkan Freya dengan Kevin dan Aldo. Sepergian Darel dan Zein, Aldo langsung mendekat kearah Freya. Ia tersenyum menggoda kepada Freya. "Lo tau? Lo wanita pertama yang diajak Darel untuk ngumpul bareng kita." Ucap Aldo kepada Freya. Kevin yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya. "Gak mungkin lah. Gue tau kali reputasi Darel dan kalian pada. Playboy.. Sukak mainin wanita. Dan gue gak percaya kalau gue yang pertama nongkrong bareng kalian." Balas Freya. "Ya emang sih. Lo gak salah juga. Kita emang Playboy dan sukak main sama wanita-wanita di luar sana. Bahkan di dalam club ini. Tapi kita sama sekali gak pernah bawak tuh wanita ke tongkrongan atau ngumpul sama kita-kita. Lo beruntung. Dan satu lagi.. Darel sepertinya udah benar-benar tergila-gila sama lo." Jelas Aldo. Freya mengernyitkan dahinya. Darel terhila-gila padanya? Freya sama sekali tidak percaya akan hal itu. "Pembohong." Ucap Freya. Ia memutar bola matanya. "Lo gak percaya. Lo tau.. Semenjak lo hadir di kehidupan dia. Dia masih belum pernah tidur sa--" "Aldo." Ucapan Aldo terpotong karena Kevin langsung menatapnya. Ia mmenggelengkan kepalanya. Tanda agar Aldo tidak kelewatan batas berbicara dengan Freya. "Tidur sa? Sa apa?" Tanya Freya. Aldo langsung diam. Ia tidak berani melanjutkan perkataanya. "Sa.. Sa-itu sih Darel dah datang." Ngeles Aldo. Ia menunjuk mobil Darel yang berjalan menuju kearah mereka. Setelah mobil Darel sudah berada di depan mereka, Aldo langsung berjalan dan membukakan pintu mobil untuk Freya. Freya pun langsung masuk. "Bye Freya.. Jumpa lagi.." Ucap Aldo. Freya membalasnya dengan senyumannya. Ia benar-benar penasaran dengan apa yang akan Aldo katakan tadi. Freya dan Darel pun menuju ke apartemen Darel. Perkumpulan mereka sudah selesai. Freya dan Darel pun pulang menuju apartemen Darel. Di dalam perjalanan, Freya sama sekali tidak berbicara. Ia sedari tadi mengecek handphone nya. Berharap Agam menghubungi dirinya atau mengirimkannya pesan. Tapi semua itu tidak ada. Agam sama sekali tidak menghubungi dirinya. Sepertinya Agam benar-benar marah kepada nya. Darel menyadari kediaman Freya sekarang. Ia tau kenapa Freya diam dan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Setelah kepergian Agam, mood Freya langsung berubah. Ia bahkann tampak tidak terlalu menikmati waktu nya dengan Darel dan teman-teman Darel tadi. Tetapi Darel sama sekali tidak mengkhawatirkan hal itu. Ia tau Freya dan Agam memang sahabatan. Jadi menurutnya wajar saja Freya memikirkan bagaimana pandangan Agam nantinya tentang dirinya. Darel menoleh sebentar kearah Freya, Ia menghela napas panjang ketika melihat Freya yang menatap kosong ke arah jalanan. Sesampainya di apartemen darel, Freya langsung menuju kamar Darel. Ia mengambil baju nya untun mengganti pakaian. Belum sempat Freya menuju kamar mandi, Darel sudah dulauan masuk ke dalam kamar dan mencegat Freya. "Lo kenapa?" Tanya Freya dengan lembut. "Lo mau ngapain?" Tanya balik Darel. "Gue mau ganti pakaian. Setelah itu gue mau langsung pulang aja." Balas Freya. Darel yang mendengar itu langsung melihat jam di tangan kirinya. Ia langsung menggelengkan kepalanya. "Lo gak boleh pulang. Ini uda jam setengah satu malam, Freya. Gak baik lo pulang jam segini. Lo nginap aja di sini ya." Ucap Darel. Freya yang mendengar itu otomatis tidak setuju. Ia sangat ingin pulang sekarang dan langsung menghubungi Agam dan menjelaskan semuanya. "Ini masih belum malam banget kok. Lagian taksi kan aman. Lo tenang aja." Ucap Freya lagi. "Lo kenapa gak mau nginap di sini? Lo sampai sekhawatir itu sama Agam? Lo gak harus ngejelasin semuanya kan sama dia? Lagian lo ini punya kehidupan sendiri, Frey. Lo gak harus tiap saat ngelapor sama dia terus-terusan." Darel menggenggam hangat tangan Freya. Ia menatap Freya intens. "Gimana pun juga ia sahabat gue. Gue benar-benar merasa bersalah udah ngomong gitu ke dia. Gu--" Ucapan Freya terpotong ketika Darel memegang bibir nya dengan lembut. "Gue tau dia sahabat lo. Gimana kalau kita bicarakan hal lain aja dari pada bicara tentang Agam? Lo tau.. Gue udah gak bisa nahan diri gue lagi. Saya lihat lo menari di club tadi. Gue bahkan udah gak bisa ngontrol diri gue." Tutur Darel. Perlahan tangannya mulai turun dan menyentuh p******a Freya. Freya sama sekali tidak. Melarang atau pun menghentikan perbuatan Darel. Entah kenapa, pesona Darel membuatnya tidak bisa menolak apa yang akan Darel lakukan kepada dirinya. Freya memejamkan kedua matanya ketika Darel mulai berani meremas payudaranya. Darel yang melihat reaksi Freya langsung tersenyum tipis. Ia pun langsung mencium bibir Freya. Freya sama sekali tidak menolak. Ia malah membalas ciuman tersebut. Tidak beberapa lama, Darel melepaskan ciuman mereka. Ia mengelus pipi Freya lembut. "Gue senang kalau lo gak nolak gue. Ini yang gue mau. Gadis penurut." Bisakah Darel kepada Freya. Freya tidak membalas perkataan Darel. Detik berikut nya, Darel langsung mengangkat tubuh Freya ke kasur. Ia tidak akan melepaskan Freya malam ini. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN