Erisa merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya dengan menatap satu titik pada langit-langit kamarnya. Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu mendesah panjang mengingat kejadian di Villa beberapa hari yang lalu. Erisa pernah melihat Syahir memarahinya tapi belum pernah sekalipun melihat cowok itu mengamuk seperti beberapa hari yang lalu. Mungkin, karena sudah lewat batas kesabarannya. Jadinya semua ucapannya terdengar putus asa dan seperti orang yang sudah kelelahan, ingin menyerah saja pada hidupnya. "Ck." Decak Erisa bergerak kecil, kini tidur menyamping menjadikan lengannya sebagai bantalan. Tatapannya menyayu saat mengingat kembali ucapan Syaqila yang terdengar tegas dan juga rada menakutkan. Apalagi gadis berkerudung itu seakan menyuruh Erisa dan Alena untuk menjauhi Syahir.