The Power Of Women (2)

2000 Kata
Setelah menjalanani serangkaian test, Alfaz diperbolehkan mendonorkan darahnya untuk Syahquita karena ia mempunyai golongan darah yang sama dan layak mendonorkan darahnya. Alfaz diperintahkan untuk beristirahat sebentar karena darah yang diambil sangat banyak. Di sela-sela menunggu hingga diperbolehkan keluar dari laboratorium, Alfaz mencoba memberitahu keadaan Syahquita dan posisinya sekarang kepada keluarganya. Lima belas menit kemudian, Alfaz keluar dari dalam Laboratorium. Ia kembali ke depan ruang Itu untuk mendengar kabar selanjutnya mengenai keadaan Syahquita. Perkataan dokter itu terus terngiang-ngiang dipikirannya, adiknya kritis disebabkan luka dan kehilangan banyak darah. Alfaz mengempalkan kedua tangannya sangat kuat, ia akan menghabisi para brandal itu jika berada di depannya saat ini. Tak peduli dengan jeruji besi, ia akan menghabisi siapa saja yang mencoba untuk menyentuh dan menyakiti adiknya sekalipun itu Devian. Alfaz tak mengerti bagaimana keadaan Syahquita bisa sangat parah dari Devian, apa yang dilakukan pria itu untuk melindungi adiknya. Jika ia melindungi Syahquita dengan baik maka keadaanya tidak akan seperti ini, batin Alfaz. "Alfaz, bagaimana keadaan Syahquita?" tanya Sharon yang baru saja tiba bersama yang lainnya. Alfaz tidak mampu menjawab pertanyaan Sharon, ia tak tahu harus mengatakan apa dan menjelaskan apa kepada ibunya itu. Alfaz tetap diam walau Sharon memaksa dan mengguncangkan tubuhnya agar mau menjawab hingga akhirnya ada seorang dokter keluar dari ruang ICU dan perhatian Sharon jadi teralihkan. Sharon menanyakan hal yang sama seperti yang tadi ia tanyakan kepada Alfaz, "Dok, bagaimana keadaan putriku?" "Keadaan putrimu sangat kritis, benturan di punggung dan kepalanya sangat parah. Di tubuh putrimu banyak sekali luka memar. Dia kehilangan banyak darah, tapi tak perlu khawatir karena kami sudah mendapatkan donor darah untuk putrimu." jawab Dokter itu. "Tolong selamatkan putriku, Dokter. Aku akan bayar berapapun itu. Tapi tolonglah selamatkan, putriku." sahut Charlie. Dokter itu mengangguk, "Tenanglah, kami akan melakukan yang terbaik untuk putrimu. Berdo'a lah supaya putrimu cepat melewati masa kritisnya dan kembali pulih." "Lalu bagaimana keadaan putra kami?" tanya Dessy-ibunya Devian. Dokter itu melihat ke arah orang tua Devian, "Keadaan putramu jauh lebih baik dari putri nyonya ini. Luka di tubuhnya juga sangat banyak, namun ia tak sampai kehilangan banyak darah. Saat ini mereka berdua sedang dalam penangan kami, tenangkanlah diri kalian dan perbanyaklah berdoa." Dessy menangis saat mengetahui keadaan anaknya jauh lebih baik dari keadaan Syahquita, ia sangat bersyukur bahwa putranya tidak kritis seperti Syahquita. Dessy mendekati Sharon yang sedang dalam pelukan Charlie, "Tenanglah, Sharon. Kedua anak kita pasti akan baik-baik saja. Lebih baik kita berdo'a agar mereka bisa cepat pulih." Sharon mengangguki perkataan Dessy, "Ya, kau betul." Mereka semua menenangkan diri dan berfokus memanjatkan do'a kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kedua anak mereka bisa segera pulih terutama Syahquita bisa melewati masa-masa kritisnya. Mereka semua menenangkan diri dan berfokus memanjatkan do'a kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kedua anak mereka bisa segera pulih terutama Syahquita bisa melewati masa-masa kritisnya. Dokter akan melakukan segala hal yang terbaik tapi dengan kekuatan do'a  yang akan membantu kedua anaknya itu. Alfaz memanjatkan do'a hanya untuk kesembuhan adiknya saja, ia tak peduli dengan Devian. Walau keadaan pria itu juga sedang dalam keadaan yang tidak baik tapi setidaknya keadaanya jauh lebih baik dari keadaan Syahquita dan hal itu membuatnya merasa sangat marah. Mengapa harus Syahquita? Mengapa tidak Devian saja yang kritis! batinnya. Alfaz juga berdo'a agar para polisi bisa menemukan titik terang dalam kasus ini sehingga ia bisa menghajar para brandal itu. Ia tak akan melepaskan mereka, ia akan terus mencari mereka hingga kelubang semut sekalipun. Alfaz akan melakukan apapun untuk menemukan mereka dan membalaskan dendamnya kepada brandal k*****t itu.                                                                                        *** Matanya tertuju dengan paras cantik wanita di depannya, wanita yang sangat ingin ia miliki namun di balik itu semua ada segelintir rahasia yang ia tutupi dari banyak orang yaitu alasan mengapa ia sangat menginginkan wanita itu. Selain wajah cantiknya, ketulusan hati wanita itu mampu mengubah segala hal yang dalam diri Devian. Devian merasa sangat bodoh telah mengabaikan wanita itu saat berada di dekatnya, kini perasaan itu justru berbalik. Devian sangat-sangat mencintai Syahquita sekarang ini, wanita yang ia sia-siakan, tapi wanita itu masih bersikap tulus dengannya. Dia ingin sekali memperbaiki semua hal bodoh itu. Wanita itu sangat dekat dengannya namun ia tak bisa menggapai wanita itu. "Syah, aku mencintaimu." teriak Devian. Syahquita hanya tersenyum kepadanya, kemudian ia menjauh sangat jauh dari Devian. Ingin sekali Devian mengejarnya tapi kakinya sulit bergerak seperti tak mempunyai tulang dan tenaga untuk berlari. "Syahquuuuiiiittttttttaaaaaaaaa..." Devian membuka matanya saat setelah meneriaki Syahquita yang menjauh darinya, ketika ia membuka matanya ia merasa bingung dengan tempat di mana ia berada saat ini. "Mom." lirik Devian pelan dengan suara seraknya. "Devian, kau! Dokter, suster. Please help me!" Dessy yang menyadari bahwa anaknya sudah sadar segera berlari keluar untuk memanggil dokter dan suster agar memeriksan keadaan Devian. Tak berapa lama Dessy kembali bersama seorang dokter dan suster, dokter itu memeriksa keadaan Devian dengan sangat teliti. "Bagaimana, dok?" tanya Dessy memastikan. Dokter itu tersenyum kepada Dessy, "Selamat nyonya, anakmu sudah sadar dan keadaanya sangat baik." Dessy tersenyum bahagia dengan meneteskan air mata tak percaya, "Terima kasih, dok. Terima kasih atas bantuanmu." "Ini berkat do'amu dan keluargamu juga, nyonya. Aku hanya melakukan hal yang terbaik untuk menyelamatkan anakmu." jawab Dokter itu. Dessy mengangguk setuju, "Sekali lagi terima kasih." "Baiklah, nyonya. Kalau begitu kami permisi dulu." Dokter dan suster itu pergi dari ruangan tempat Devian di rawat. "Aku di mana, Mom?" "Kau di rumah sakit, Nak." Devian kembali mengamati ruangan ini, ia belum mengingat bagaimana ia bisa berada di ruangan ini, "Di mana, Syahquita?" Dessy tidak tahu harus menjawab apa, ia tak mungkin mengatakan hal itu sekarang mengingat kondisi Devian yang baru saja tersadar. "Dia berada di ruangan lain." jawab Dessy. Devian berusaha bangun dari tidurnya, ia melepaskan selang oksigen yang berada di hidungnya. Dessy tak tahu apa yang akan dilakukan anaknya itu. "Kau mau ke mana, Nak?" "Aku ingin bertemu Syahquita." jawab Devian berusaha melepaskan infusan dari tangannya. Dessy menahan aksi Devian yang ingin melepaskan selang infus dari tangannya, "Baiklah jika kau ingin bertemu dengan Syahquita tunggu sebentar. Mom akan mengambilkan kursi roda untukmu." Devian menatap Dessy dengan tatapan yang amat serius, ia berhenti melakukan hal itu dan menunggu Dessy mengambilkan kursi roda untuk dirinya karena tubuhnya yang masih sangat lemah dan belum mampu banyak bergerak. Dessy datang kembali dengan membawakan kursi roda untuk Devian, ia membantu Devian duduk di kursi roda itu. Barulah setelah itu Dessy mendorong Devian menuju ruangan Syahquita di rawat. Ruangan itu tidak terlalu jauh dari ruangan Devian. Ketika berada di depan ruangan Syahquita, Devian mendengar sesuatu yang membuatnya sangat takut, khawatir dan cemas dengan keadaan Syahquita. Dessy membuka pintu ruangan tempat Syahquita berada. Mata Devian terbuka sangat lebar, perlahan jantungnya mulai berdetak lemah namun kembali berdetak cepat saat melihat keadaan Syahquita. "Devian, kau sudah sadar." kata Jessie yang baru menyadari kehadiran Devian. Pria itu tak menggubris apa yang Jessie katakan, ia bangkit dari kursi rodanya lalu berjalan menuju tempat tidur Syahquita. "Syah, ada apa denganmu?" Devian menitikkan air mata saat melihat kondisi Syahquita dari dekat. "Syah, bangunlah. Ini aku Devian, Please, buka matamu." lirih Devian mengguncangkan tubuh Syahquita pelan berharap wanita itu membuka matanya. "Jessie, apa yang terjadi dengan Syahquita? Mengapa ia bisa seperti ini?" histeris Devian. Jessie dan Dessy mencoba untuk menenangkan Devian yang begitu histeris saat melihat Syahquita. Pikiran Devian belum mampu mengingat semua hal yang terjadi sebelumnya dengan sangat baik. Ia tak sadarkan diri selama tiga hari dan sangat sulit mengingat semua hal setelah tak sadarkan diri walau hanya tiga hari. Dessy memeluk Devian sangat erat, "Tenangkan lah dirimu, Nak. Syahquita akan baik-baik saja. Dokter akan melakukan hal yang terbaik untuk Syahquita." "Apa yang sebenarnya terjadi, Mom?" tanya Devian. Dessy mendudukkan Devian di kursi yang ada di ruangan Syahquita. Dessy dan Jessie menjelaskan secara perlahan mengenai semua hal yang mereka ketahui pada saat malam kejadian di mana dirinya dan Syahquita diserang oleh sekumpulan orang tak dikenal. Ketika ibunya dan Jessie menceritakan semuanya barulah Devian mengingat sedikit demi sedikit kejadian yang ia alami sebelum ia tak sadarkan diri. Devian mengingat semua hal yang Syahquita lakukan untuk membantunya mengalahkan brandal itu, Devian juga sempat mendengar Syahquita membelanya saat brandal itu meremehkannya sesaat sebelum ia kehilangan kesadarannya karena sudah tak memiliki tenaga dan luka yang ia alami. Devian tak mampu mendengarkan semua cerita itu secara utuh, ia menghampiri Syahquita dan menggenggam tangan kanannya. Ia tak mengerti bagaimana dirinya bisa jauh lebih baik dari Syahquita padahal saat itu Devian sudah terkapar lebih dulu dengan luka yang cukup banyak di tubuhnya dan saat sebelum ia kehilangan kesadarannya, keadaan Syahquita masih baik-baik saja. Devian mencium tangan Syahquita dengan lembut, ia menangis saat mencium tangan wanita itu, "Aku mohon maafkanlah aku. Aku mohon selamatkan dia, aku berjanji akan menjaganya setulus hatiku. Aku berjanji akan mencintainya sepenuh hatiku, kembalikan dia padaku, Tuhan." Dessy mengusap-usap punggung Devian pelan seakan menyuruh anaknya untuk tetap tenang dan berdo'a agar Syahquita bisa cepat pulih. "Please, bangun Syah." Devian kembali mengguncang tubuh lemah Syahquita, masih dengan harapan bahwa wanita itu akan membuka matanya saat mendengar suaranya. Tapi sepertinya wanita itu berada jauh dari dirinya, mungkin ia sedang menikmati mimpi indahnya di alam bawah sadar sampai tidak mau membuka matanya untuk melihat tunangannya. Bukan hanya Devian yang berharap bahwa Syahquita akan membuka matanya saat mendengar suaranya namun seluruh keluarganya juga berharap hal yang sama seperti yang Devian harapkan. Mereka hanya bisa berdo'a agar wanita itu pulih dengan cepat.                                                                                             *** Indahnya taman dengan hamparan bunga berwarna-warni menghiasi setiap sudut dari taman itu, membuat siapapun yang melihatnya akan lupa dengan apapun. Wanita itu berlari ke sana kemari melalui hamparan bunga selayaknya kupu-kupu yang terbang melintasi bunga-bunga dengan sayap mungilnya yang indah. Ia terlihat sangat senang tanpa merasakan apapun, ia tidak tahu di mana ia berada sekarang karena apa yang ia lihat membuatnya lupa siapa dirinya dan dari mana asalnya. Mungkinkah ia berada di tempat ini? Ia sendiri tidak tahu bagaimana ia bisa berada di tempat yang seindah ini. "Hiii." sapa seorang pria yang tak tahu datang dari mana. Wanita itu meneliti pria yang menyapanya, ia mengamati dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wajah pria itu tidaklah asing baginya tapi bagaimana bisa ia sangat sulit untuk mengingat siapa pria yang menyapanya. "Siapa kau?" "Apa kau tak mengenalku?" tanya pria itu. Wanita itu mengangguk dengan wajah polosnya, ia tahu wajah itu namun ia tak mengingat dengan baik bagaimana ia bisa bertemu dengan pria itu dan lebih tepatnya kapan ia bertemu dengan wajah itu. "Hmm tentu kau tak mengingatku, tapi aku tak pernah lupa denganmu." kata pria misterius itu. Wanita itu tampak bingung dengan apa yang dikatakan pria itu, jika memang mereka pernah bertemu mengapa ia tidak bisa mengingatnya dengan baik. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya wanita itu penuh kebingungan. Pria misterius itu mengangguk mantap, "Ya, tapi tak apa lupakan saja. Aku tak mau mengganggu moment bahagiamu. Apa kau mau ikut denganku?" Pria itu mengulurkan tangannya seakan mengajak wanita itu untuk ikut bersamanya. Dengan kepolosannya wanita itu meraih tangan pria misterius itu lalu pria itu mengajaknya ke suatu tempat yang tak pernah ia lihat ketika di taman bunga tadi. Wanita itu mengamati tempat mereka berada sekarang, bangunanya seperti bangunan tua tapi masih terlihat sangat bagus dan indah seakan di rawat dengan baik oleh sang pemiliknya. Pria itu mengajak wanita itu berjalan hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah Gazebo yang sekelilingnya terdapat sebuah kolam besar dengan ikan-ikan hias yang berlarian ke sana kemari. Wanita itu seperti anak kecil yang ketika melihat hal-hal unik maka dia akan langsung terfokus pada hal unik tersebut dan melupakan dengan siapa ia berada. Pria itu memperhatikan wanita itu sangat dalam, ia begitu mengenali wanita yang sedang ia amati walau selama ini dirinya tak berada di dekat wanita itu. Ia menghampiri wanita itu, mereka bercengkraman dengan sangat akrab seakan-akan sudah saling mengenal selama bertahun-tahun lamanya.                                                                                             *** Terpacu dengan keadaan yang ada saat ini, Devian hanya ingin menghabiskan waktunya untuk menemani Syahquita di rumah sakit. Sudah dua minggu lamanya wanita itu tertidur tanpa sedikitpun berniat membuka matanya. Orang-orang di sekitarnya sudah sangat merindukan dirinya, terlebih-lebih Alfaz dan Devian. Dua pria itu seakan sedang bertarung untuk mendapatkan sesuatu yang sama, namun pada dasarnya hubungan antara dua pria itu sangatlah berbeda. Alfaz adalah kakak kandungnya Syahquita yang tak ada kata "mantan" dalam ikatan kakak-beradik sedangkan Devian hanya tunangan Syahquita yang mungkin saja kata "mantan" bisa terjadi dalam ikatan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN