Hate, Love and Love

1438 Kata
"Terima kasih paman atas cokelatnya." kata salah satu anak tersebut. "Your welcome, ayo sekarang kalian harus segera pulang karena sebentar lagi hari akan gelap." ucap Devian. "Baiklah." Anak-anak itu menghampiri Syahquita karena tubuh mereka yang masih sangat kecil membuat Syahquita harus sedikit berjongkok agar sama dengan anak-anak itu. "Bibi, apa pria itu kekasih-mu?" tanya salah seorang anak. Syahquita tercengang lalu menatap Devian dan kembali menatap anak yang bertanya kepadanya, "Hmm, bukan. Pria itu temanku." "Pria itu baik sekali, bibi. Dia memberikan kami cokelat ini. Aku harap kau akan menjadi kekasihnya nanti." ucap anak itu lagi. Syahquita tertawa kecil menundukkan pandangannya, "Baiklah, ayo kalian harus pulang. Bukankah paman itu sudah menyuruh kalian untuk segera pulang?" "Baiklah, terima kasih bibi dan paman yang baik hati." ucap ketiga bocah lelaki itu kepada Devian dan Syahquita. Mereka berlarian pergi meninggalkan taman, tersisa Syahquita dan Devian. Mereka berdua memilih duduk di salah satu bangku taman. Keduanya hanya diam dengan pemikiran mereka masing-masing. "Indah bukan pemandangannya?" tanya Devian memecah keheningan di antara mereka berdua. Syahquita mengangguk-angguk setuju, "Yaph, kau betul sekali." "Sungguh, kau amat cantik jika tersenyum." ucap Devian yang lagi-lagi memuji Syahquita ketika ia tersenyum. Syahquita terdiam sambil menatap Devian, entah mengapa belakangan ini perasaannya menjadi tak karuan. Antara kesal dan bahagia. Syahquita berpikir mengapa perasaannya bisa seaneh ini ketika dekat dengan Devian. Syahquita menghela nafas lalu memalingkan wajahnya ke arah lain, ia menepis jauh-jauh pemikiran aneh dari kepalanya. "Hmm ini sudah tiga puluh menit aku harus kembali ke rumah." ucap Syahquita berpaling dari suasana yang membuatnya gugup. "Baiklah, ayo." sahut Devian seraya bangkit dari duduknya. Mereka berjalan ke tempat Devian memarkirkan motornya. Mereka langsung melaju ke rumah Syahquita yang jarak tak terlalu jauh dari taman itu. Lima belas menit, mereka sampai di depan gerbang rumah Syahquita. Wanita itu segera turun dan mengembalikan helmnya kepada Devian. "Terima kasih, senior yang menyebalkan nan baik hati." ejek Syahquita sambil tersenyum jahil. Devian tertawa kecil, "Ya, your welcome. Junior yang cantik." "Bye, see you letter." pamit Devian. Syahquita mengangguk pelan dan tersenyum kepada Devian, tak lama setelah itu motor Devian melaju pergi menjauh dari kediaman Syahquita. Syahquita masuk ke dalam alam rumahnya dengan perasaan yang cukup bahagia, saat ia membuka gerbang tanpa ia sadari ternyata Jessie dan Martha sedang memperhatikan kebersamaan Syahquita dan Devian "Hmm, sepertinya ada yang sedang bahagia." ledek Jessie dengan senyum menggoda. Syahquita memutar bola matanya bosan, ia mengabaikan kedua sepupunya itu dengan berjalan memasuki rumah tanpa peduli dengan teriakan dari kedua sepupunya yang meledekknya. Syahquita masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu itu agar Jessie dan Martha tak bisa mengganggunya. Syahquita menjatuhkan dirinya ke atas kasurnya yang empuk. Ia mengingat kembali moment saat ia bersama Devian di taman. Tanpa tersadar ia tersenyum ketika memikirkan hal tersebut. Pertanda apakah senyuman yang terukir di wajah cantiknya.                                                                                                 *** Ketika hati sudah memilih maka jiwa tak bisa melepaskannya.  Ketika cinta sudah bersemi maka hati tak bisa menolaknya. Waktu berjalan begitu cepat menyisakan kenangan pahit maupun manis bagi kehidupan seseorang. Setiap kehidupan akan berputar sesuai dengan roda kehidupan. Rasa benci yang dimiliki seseorang akan lenyap jika ia melihat satu kebaikan yang dilakukan oleh orang tersebut. Syahquita tak bisa membenci seseorang terlalu lama karena di dalam hatinya ia menyimpan sejuta kebaikan dan rasa kasih sayang. "Hii, mau ke kantin?" tanya seseorang dari belakang tubuh Syahquita. Wanita itu menoleh ke arah orang tersebut, ia tersenyum kecil ketika melihat orang itu, "Mereka sudah lebih dulu mem-bookingku." "Tidak, kami tidak mem-bookingnya." celetuk Jessie. "Come on, Jessie kita harus pergi." ucap Martha dengan tersenyum menggoda. Tersisa Syahquita dan orang itu, ia menghela nafas pasrah saat dirinya ditinggal oleh kedua sepupunya itu. "Ayo, sayang. Aku sudah sangat lapar." rengeknya seperti anak kecil. "Baiklah, ayo." jawab Syahquita lalu menarik tangan Devian dan membawanya ke kantin. Sepertinya Syahquita termakan oleh omongannya sendiri, ia dan Devian sudah resmi menjadi kekasih sejak kemarin. Hmm tidak, mungkin lebih tepatnya sejak 1,5 tahun yang lalu. Ya, seperti yang kalian ketahui kedekatan mereka di mulai sejak pertama kali mereka pergi ke taman. Dan di taman itu pula 1,5 tahun yang lalu Devian mengungkapkan isi hatinya tetapi Syahquita tak langsung menjawabnya. Ia memikirkan hal itu + tiga hari setelah Devian menyatakan cintanya. Seperti yang dikatakan keluarganya dahulu, jika rasa benci yang berlebihan akan berganti dengan rasa cinta yang tak terduga. "Kau mau pesan apa??" tanya Devian ketika mereka tiba di kantin. "Hmm apa saja." jawab Syahquita. Kemudian Devian pergi memesan makanan untuk dirinya dan wanitanya. Syahquita duduk sambil memperhatikan sekelilingnya. Dari kejauhan ia melihat Jessie, Martha dan beberapa temannya yang lain sedang makan bersama-sama, sungguh Syahquita ingin sekali berlari dan duduk bersama mereka tapi apalah dayanya yang harus menemani Devian. "Yuhuu, satu sandwich dan Orange juice kesukaanmu." ujar Devian memberikan makanan itu kepada Syahquita. "Thank you, honey." ucap Syahquita. Selama 1,5 tahun belakangan banyak hal yang Devian ketahui tentang Syahquita mulai dari apa yang disukainya, yang tidak disukainya hingga hal yang paling paling wanita itu sukai. Begitupun dengan Syahquita, secara bertahap ia juga mulai mengenal Devian lebih dekat dan lebih dalam lagi. Ada beberapa hal yang tak Syahquita sukai dari Devian yaitu ia tak suka jika sedang bersama Devian dilarang menggunakan ponselnya jika tidak maka ia akan menahannya sampai waktu yang ia tentukan sendiri. DRET... DRET... DRET... Ponsel Syahquita bergetar tanda pesan masuk, tanpa memikirkan Devian yang berada di depannya ia meraih ponselnya dari saku celananya. Fr : My Lovely Bro To : Me "Syah, selesai perkuliahan segeralah pulang. Aku akan menjemputmu pukul 14.00, lima belas menit lebih awal dari jadwal pulangmu. Kau sudah terlalu sering bersama Devian." Syahquita menghela nafas pasrah, meski umurnya sudah hampir 20 tahun tetap saja ia tak terlalu dibebaskan oleh keluarganya terutama Alfaz. Kakaknya itu tahu kalau Syahquita berpacaran dengan Devian namun ia tak akan membiarkan Syahquita terus menerus bersama Devian. Katakanlah Alfaz itu sosok kakak yang over protectiv kepada adiknya tapi apa yang ia lakukan demi kebaikan adiknya juga. Fr : Me To : Alfaz "Baiklah, Alf." Belum sempat ia mematikan layar ponselnya, Devian sudah lebih dulu menarik Ponsel itu dari tangannya. "Pacarmu itu, aku. Bukan Ponsel ini." ucap Devian yang terdengar sangat menjengkelkan di telinga Syahquita. "Ohh, Come on. Aku hanya membalas pesan dari Alfaz, Dev." geram Syahquita. Devian tak menggubris sama sekali, ia memasukkan ponsel Syahquita ke dalam saku celananya. Syahquita menghela nafas jenuh, ia akan sangat kesal jika Devian sudah seperti ini. Ia hanya bisa diam sampai Devian mengembalikan ponselnya. "Apa kita bisa pulang bersama?" tanya Devian. Syahquita terdiam sambil menundukkan pandangannya, baru saja Alfaz menyuruhnya untuk tidak terlalu sering bersama Devian tetapi di satu sisi Devian selalu menempel padanya. "Hei, mengapa kau diam?" tanya Devian memastikan. "Hmmm, ya akan aku usahakan." jawab Syahquita lesu karena ia memikirkan tentang pesan yang Alfaz kirimkan. Selesai makan mereka kembali ke kelas mereka masing-masing. Kembali mengikuti mata kuliah selanjutnya. Sedangkan Devian yang berada di semester akhir sudah mulai renggang jadwal kuliahnya karena ia hanya tinggal menyusun skripsi, sidang lalu wisuda tapi jika tidak mengulang. Jika Devian mengulang maka lain lagi ceritanya. Dua jam berlalu, perkuliahan sudah selesai, Syahquita terlihat diam sejak dari kantin tadi. Hal Itu pun memancing rasa penasaran dari kedua sepupunya yang over kepo. "Ada apa denganmu, Syah?" tanya Jessie. "Devian mengajakku pulang bersama tapi..." "Alfaz? Biar kami yang urus, kau tenang saja." kata Martha memotong penjelasan dari Syahquita. Syahquita tersenyum haru, ia tak tahu jika tidak memiliki sepupu seperti mereka maka akan seperti apa nasibnya. "Terima kasih kalian selalu membantuku." ujar Syahquita terharu. "It's oke. Itulah yang keluarga lakukan, bukan?" kata Jessie yang menambah keharuan yang terjadi pada Syahquita. Syahquita memeluk kedua sepupunya dengan erat, tapi moment mengharukan itu diganggu oleh Devian. "What's happen? Apa aku melewatkan sesuatu?" tanya Devian saat memasuki kelas mereka. "Ohh, Come on. Mengapa kau selalu datang di waktu yang salah." geram Syahquita. "I'm sorry." kata Devian. "Baiklah, kami harus segera pergi. Kami akan memberitahumu jika kami sudah pergi bersama Alfaz." sahut Jessie. "Okee, see you, Syah. Selamat bersenang-senang." ledek Martha. Syahquita tersenyum malu, "Thank you, guys." Jessie dan Martha pergi meninggalkan Syahquita dengan Devian. "Ada apa, sayang?" tanya Devian dengan wajah polosnya. Syahquita memukul lengan Devian secara pelan. "Awww, what's wrong?" tanya Devian lagi. "Mengapa kau selalu datang di waktu yang tidak tepat??" kesal Syahquita. "Aku minat maaf karena aku tak tahu jika kalian sedang berpelukan dengan hangat." ledek Devian. "Menyebalkan." kesal Syahquita lalu berjalan keluar kelas lebih dari Devian. Devian berjalan cepat agar langkahnya menyeimbangi langkah Syahquita. "I'm so sorry, honey." ucap Devian menghalangi langkah Syahquita karena ia berdiri di depan Syahquita. Syahquita menatap tajam pria itu, ia hanya diam lalu memalingkan wajahnya. Dengan secara mendadak Devian mencium pipi kanan Syahquita. "Aku benar-benar minta maaf." mohon Devian. Permintaan maaf Devian tidak dengan mudah diterima oleh Syahquita. Selain datang di waktu yang salah ia juga menciumnya secara mendadak yang menambah rasa kekesalannya kepada Devian. "Kauuuuuuuu!!!!!" seru Syahquita memukuli lengan pria itu. "Aku minta maaf, aku minta maaf." ujar Devian seraya menghindar dari pukulan Syahquita. Devian berlari menjauh dari wanita itu tanpa mereka sadari mereka saling mengejar satu sama lain seperti anak kecil yang sedang bermain di taman. Sungguh mereka sangatlah lucu karena tidak ingat umur mereka yang sudah dewasa tapi masih bertindak seakan mereka berumur 5 tahun. Mungkin yang dikatakan orang itu benar jika jatuh cinta akan mengubah sikap kita entah menjadi kekanakan atau mendadak dewasa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN