Freak Man Virus (2)

2000 Kata
"Thank you." ucap Syahquita bersungguh-sungguh. "You're welcome." jawab Devian tersenyum. Lagi-lagi Syahquita terpukau dengan senyuman itu, entah baginya Devian terlihat mempesona saat tersenyum seperti itu. Devian yang menyebalkan lenyap begitu saja saat senyuman itu muncul. "Heiiiii, apa kau tak mau masuk ke rumahmu?" tanya Devian. "Ya, sekali lagi terima kasih wahai senior yang menyebalkan namun baik hati." ejek Syahquita. Devian tertawa kecil saat Syahquita mengatakan itu. "Baiklah, junior yang angkuh tapi cantik aku permisi dulu. Bye, see you letter." ucap Devian Syahquita mengangguk-angguk pelan mengiyakan yang Devian katakan agar pria itu cepat pergi dari hadapannya. Tak lama motor Devian kembali melaju meninggalkan kediaman Syahquita. Wanita itu menghela nafas sambil tersenyum melihat kepergian Devian, ia masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang aneh antara bahagia dan... Entahlah Syahquita sendiri tidak tahu harus menjelaskan apa karena yang ia rasakan sulit untuk diucapkan dengan kata-kata. Tapi itu bukanlah CINTA karena Syahquita tipe wanita yang sulit untuk jatuh cinta pada seorang lelaki. Wanita yang memiliki tipe seperti Syahquita biasanya saat jatuh cinta mereka akan sangat mencintai pasangannya dan tidak mudah melupakannya apa bila hubungan mereka tidak berjalan mulus. Hati wanita seperti ini tidak untuk dipermainkan ya semua wanita tidak patut untuk dipermainkan apalagi dalam masalah perasaan. Benar?                                                                                             ***                                                                                 Hujan tak selalu air                                                                              Kadang juga bisa cinta  Tapi bagi Syahquita hujan selalu air, sebab hampir 18 tahun ini ia tak pernah merasakan jatuh cinta karena baginya cinta orang tua, kakak, kedua sepupunya dan keluarganya sudah cukup baginya. Sebab itulah kebahagian Syahquita yang sesungguhnya, memiliki keluarga yang saling menyayangi satu sama lain adalah harta paling berharga baginya. "Morning Mom, Dad, Granny. OH MAY GOD, Grandpa." teriak Syahquita ketika menyadari ada kakaknya sedang duduk bersama di meja makan dengan yang lainnya. "Hii, nak." sapa Jonathan. Tanpa berpikir panjang Syahquita segera menghampiri Jonathan lalu memeluknya dengan sangat erat sebab sudah lama sekali ia tak bertemu kakeknya sekalipun Jonathan rektor di Lund Universitas tapi ia tak pernah bertemu dengan kakeknya. "Bagaimana dengan kuliahmu? Apa kalian bertiga menikmatinya?" tanya Jonathan kepada ketiga cucunya yang berkuliah di kampus yang dipimpinnya. "Not bad, Grandpa. Dosen di sana sangat menyenangkan." jawab Syahquita. "Terlebih ada Devian si Freak Man." ledek Jessie. Jonathan tertawa kecil saat mengetahui bahwa cucunya sedang tertarik dengan salah satu mahasiswa nya. Syahquita langsung memberi tatapan tajam kepada Jessie karena membicarakan Devian. "Devian Costa Barclay?" tanya Jonathan. "Iyaph, betul kakek. Senior kami yang menyebalkan tapi tidak bagi, Syahquita. Benar begitu, Syah?" kali ini Martha yang meledeknya. Mereka berdua seakan tak memberi celah bagi Syahquita untuk membantah akan hal yang menyebalkan ini. "Aku tahu anak itu, dia salah satu mahasiswa berprestasi juga. Apa kau berpacaran dengannya?" tanya Jonathan. Syahquita menghela nafas jenuh, "Tidak, kakek itu tidaklah benar. Aku sama sekali tak menyukainya." Jonathan tertawa kecil karena Syahquita begitu terbawa suasana padahal ia hanya menggodanya saja. Syahquita duduk dengan wajah tertekuk berlipat-lipat, ia tak suka jika semua orang di rumah ini menggodanya bahkan mengait-aitkannya dengan Devian. Syahquita mencoba untuk tenang dan sarapan bersama yang lainnya. "Kalian bertiga naik mobil bersama kakek saja, ya?" ucap Jonathan. Syahquita, Jessie dan Martha mengangguk sambil tersenyum karena mereka begitu senang atas kehadiran Jonathan yang jarang sekali datang ke rumah ini. Selesai sarapan ketiga gadis itu dan Jonathan langsung berangkat ke Lund Universitas. Kali ini Syahquita akan menjadi supir bagi saudara dan kakeknya. Ya, menyetir mobil adalah hal yang paling menyenangkan baginya sebab jika bersama Alfaz ia tak akan diijinkan membawa mobil. Empat puluh lima menit, berkendara akhirnya mereka sampai di Lund Universitas, mobil Jonathan memasuki parkiran kampus. Mereka semua turun dari mobil itu dan ada beberapa dosen yang tercengang akan kehadiran Jonathan bersama dengan ketiga gadis itu. "Morning, Sir." sapa salah seorang dosen. "Morning." jawab Jonathan dengan tersenyum penuh hormat. Jonathan dan ketiga cucunya itu berjalan bersama untuk menuju ruangan mereka masing-masing. Mereka terpisah di lantai 2. Ruang Jonathan berada di ujung koridor lantai 2 sedangkan para gadis itu harus menaiki satu lantai lagi untuk sampai di kelas mereka. Seperti biasanya mereka melakukan kegiatan mereka sebagai mahasiswa Ekonomi dan Manajemen Lund. Mulai dari mata kuliah pertama hingga mata kuliah terakhir.                                                                                                 *** Semua mata kuliah hari ini sudah berlalu, jika kemarin Jessie dan Martha yang mempunyai jadwal di luar perkuliahan maka hari ini Syahquita lah yang mempunyai kegiatan bersama Club keseniannya. Ia harus kumpul hari ini karena ini hari pertama clubnya melakukan pertemuan. "Twins, hari ini aku agak terlambat pulang ke rumah karena aku harus kumpul dengan Club-ku." ucapnya. "Okee, kalau begitu semangat yaa." ucap Jessie. "Siap, kalau begitu aku duluan ya, mungkin Clubnya sudah mulai. Bye." ucap Syahquita keluar kelas lebih dulu daripada Jessie dan Martha. Syahquita berlari kecil saat menuruni tangga, ia tak begitu tahu di mana ruangan tempat Club itu berkumpul yang ia tahu hanya lantai dasar di sanalah ia akan kumpul bersama clubnya. Syahquita mencari ke sana kemari ruangan itu hingga akhirnya ia lelah barulah ia menemukan ruangan itu. Ruangan yang ternyata berada di sudut lantai dasar itu sudah dipenuhi oleh beberapa mahasiswa yang Syahquita yakini bahwa mereka juga anggota Club kesenian. "Hii, I'm sorry. Aku terlambat." ujar Syahquita lalu bergabung bersama dengan yang lainnya. Mrs. Helena sebagai penanggung jawab dari Club ini menyampaikan beberapa kegiatan yang akan mereka lakukan untuk ke depannya. Club ini lebih ke arah dance modern tetapi ada juga kesenian lainnya seperti musik, drama dan lain-lain. Syahquita lebih memilih dance karena baginya menari sama saja dengan menyalurkan emosi melalui gerakan yang indah dan menakjubkan. Masing-masing bagian memisahkan diri agar mereka bisa mengetahui siapa saja yang berminat di dance, musik, drama, paduan suara dan lainnya. Syahquita bersama dengan member dancenya memisahkan diri di sudut kanan ruangan tersebut. Mrs. Helena meng-test mereka satu per satu untuk menunjukkan bakat mereka di dance. Mereka maju satu per satu dengan waktu satu menit, kini giliran Syahquita yang harus maju. Jujur ini pertama kali baginya menari di depan orang banyak sehingga membuatnya sedikit gugup. Syahquita mengeluarkan seluruh kemampuannya di seni tari ini. Mrs. Helena terpukau dengan gerakan Syahquita yang terlihat luar biasa berbeda dari teman-temannya yang lain. Ia mendapat pujian atas kemampuannya itu. Syahquita kembali duduk bersama yang lainnya, ia bernafas lega karena sudah berhasil menunjukkan bakatnya yang masih jauh dari kata SEMPURNA. Setelah selesai menunjukkan kemampuan mereka dalam menari, mrs. Helena memasangkan Syahquita dengan salah satu member yang bernama Drake untuk menjalankan suatu project yaitu dance Couple. Menurut mrs. Helena mereka berdua akan cocok jika digabungkan dalam satu misi. Secara kebetulan Drake adalah teman satu kelas Syahquita yang menurutnya biasa-biasa saja tapi ia tak menyangka jika Drake mempunyai kemampuan yang sangat bagus dalam menari. Drake menyapa dan berkenalan dengan Syahquita secara langsung sebab mereka tak pernah berkenalan dengan resmi. "Hii, aku Drake." ucap Drake mengulurkan tangan kanannya kepada Syahquita. Syahquita menatap tangan yang mengudara itu, tanpa banyak berpikir ia menjabat tangannya Drake sambil tersenyum "Aku Syahquita, senang berkenalan denganmu Drake." Drake mengangguk pelan sambil tersenyum, "Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik."  "Iya, kita bisa melakukannya." Syahquita melepaskan tangannya dari tangan Drake. Meski satu kelas mereka belum dekat sama sekali, bahkan bicarapun tak pernah. Sebab hampir kurang dua bulan komunikasi Syahquita hanya dengan orang-orang terdekatnya seperti Jessie, Martha dan beberapa orang yang duduk dekat dengannya. Pukul 16.30 waktu setempat mereka selesai melakukan kegiatannya. Syahquita keluar lima menit lebih lama dari yang lainnya. Saat ia keluar dar ruangan tersebut suasana kampus sudah sepi padahal untuk semenit yang lalu masih banyak suara mahasiswa yang berkeliaran di lorong bawah. Syahquita mengamati sekelilingnya, terselip rasa takut ketika melihat lorong bawah sudah tak ada mahasiswa. Ia tahu betul bahwa bangunan kampus ini bangunan tua yang mungkin saja ada penunggu yang terlihat oleh matanya. Syahquita berjalan cepat di lorong tersebut agar bisa sampai di gerbang secepat mungkin. Berjalan seorang diri membuat bulu kuduk Syahquita berdiri untuk sesaat karena ia begitu takut melihati lorong yang sedikit gelap. DEGGGG... Langkah Syahquita terhenti ketika ada sesuatu yang menyentuh bahu sebelah kirinya. Jantungnya mulai bergedup tak berirama, ia ingin menengok tapi nyalinya terlalu kecil sehingga membuatnya hanya berdiam diri. Syahquita ingin sekali berlari tapi entah mengapa kakinya seakan tak kuat untuk melangkah ke manapun. "Aku mohon jangan ganggu aku. Aku tak menganggu kalian" ucap Syahquita tergesa-gesa dengan menutup matanya. "Heiiiii, apa yang kau katakan?" terdengar suara yang Syahquita amat kenal. Syahquita memutar tubuhnya dengan mata yang masih tertutup, ia membuka matanya secara perlahan-lahan agar bisa mengetahui sesuatu yang ada di hadapannya. Jika itu memang hantu maka sebelum matanya terbuka lebar ia bisa langsung melarikan diri. Syahquita membuka matanya lebar-lebar, "Arrrrrggggghhhhhh." teriaknya karena ia amat terkejut dengan yang dilihatnya. Seseorang yang di hadapan Syahquita tertawa terbahak-bahak melihat Syahquita yang ketakutan tingkat akut. "Oh god! Terima kasih." Syahquita menghela nafas lega karena yang ia lihat adalah Devian. Dan teriakan itu apa maksudnya? "Kau! Apa yang kau lakukan?" geram Syahquita sesaat kemudian. Devian tertawa kecil karena sejujurnya ia amat menikmati wajah Syahquita yang tadi ketakutan, "Apa kau baru saja ketakutan? Sungguh itu sangat menggelitik." Syahquita menekuk wajahnya karena tak suka dengan perkataan Devian, "Ya aku akui aku ketakutan, sebab saat aku keluar dari ruang kesenian tak ada seorangpun di lorong ini dan kau tiba-tiba muncul di belakangku tanpa berbicara. Siapapun yang mengalaminya akan mengira jika kau hantu." Devian tersenyum kecil, "Baiklah aku minta maaf atas kejahilanku. Mengapa kau belum pulang?" "Aku habis berkumpul dengan klub kesenian. Dan kau mengapa belum pulang?" tanya balik Syahquita. "Rupanya kau juga perhatian ya. Aku habis bermain futsal dengan teman-temanku." jawab Devian. Syahquita mengangguk paham, ia memutar tubuhnya kembali dan berjalan perlahan menelusuri lorong itu tanpa rasa takut karena ia bersama Devian. "Tidak di jemput lagi?" tanya Devian menyeimbangi langkahnya dengan Syahquita. "Ya, mungkin Alfaz sudah berada di rumah." jawab Syahquita dengan tatapan lurus. "Butuh tumpangan? Aku siap mengantarmu lagi." kata Devian menawarkan bantuan yang saat ini memang Syahquita butuhkan. Syahquita melirik ke arah Devian sejenak memikirkan tawaran yang diberikan, "Hmm." "Oke, baiklah." Devian menarik tangan Syahquita menuju parkiran motor padahal Syahquita belum menjawab tawaran darinya. Syahquita terkejut atas sikap Devian, tanpa ia sadari sebuah senyum berkembang saat Devian menarik tangannya dan mengajaknya berlari kecil menuju parkiran. Apa arti dari senyuman itu? Ketika sampai di parkiran motor barulah Devian melepaskan tangan Syahquita dan wanita itu mulai mengajukan protes atas sikap Devian, "Mengapa kau menarikku hingga ke sini? Aku bahkan belum menjawab tawaranmu." "Tadi kau menjawab, hmm yang aku artikan sebagai penerimaan atas tawaranku. Karena aku yakin kau membutuh tumpanganku saat ini." ujar Devian percaya diri lalu memberikan helm kepada Syahquita. Syahquita menatap serius Devian yang tersenyum kecil. ia menerima helm yang Devian berikan. Untuk sesaat ia amat bahagia karena belakangan ini Devian tidak menjengkelkan seperti kemarin-kemarin. Sikapnya sudah sangat berkesan di hati Syahquita, mulai dari yang menjengkelkan, menyenangkan, dan bahkan membuatnya terkesan karena selama ini ia berpikir bahwa Devian hanya akan menjadi pengganggu bagi kehidupannya di kampus. Tapi Syahquita salah, Devian mampu menolongnya di saat ia membutuhkan sesuatu seperti tumpangan saat ini. Syahquita naik ke atas motor Devian, tak lama setelah itu motor Devian pun melaju keluar dari area kampus. Tanpa bertanya apapun Devian sudah tahu di mana ia harus menurunkan wanita itu. Di tengah perjalanan Devian menanyakan sesuatu kepada Syahquita, "Apa kau sibuk saat ini?" Syahquita memajukan wajahnya ke bahu Devian, "Tidak, kenapa?" "Apa kau mau ikut denganku ke taman yang tak jauh dari rumahmu, hanya sebentar saja. Aku janji hanya tiga puluh menit." ucap Devian. Syahquita mengangguk tanpa memikirkan apapun lagi, "Baiklah." Devian tersenyum bahagia karena ia bisa menghabiskan waktu bersama Syahquita walau hanya sebentar. Motor Devian mengarah ke taman yang ia maksudkan. Lima belas menit kemudian, mereka sampai di taman yang jaraknya 1 km dari rumah Syahquita. Di sana mereka berjalan pelan mengelilingi taman yang banyak sekali anak-anak kecil berkumpul untuk bermain bersama dengan temannya. Di tengah-tengah taman itu ada air mancur yang cukup indah untuk di lihat sambil menikmati sejuknya udara karena banyak pohon-pohon besar di taman tersebut. Saat memutari air mancur tersebut ada beberapa anak yang sedang bermain di sana dan salah satu dari mereka tak sengaja menyipratkan air ke wajah Devian. Syahquita terkejut saat melihat hal itu, ia pikir Devian akan marah karena sikap anak tersebut tapi ia salah Devian justru bermain dengan anak-anak itu tanpa mengingat umurnya saat ini. Ketika itu Syahquita melihat sisi lain dari seorang Devian yang menyebalkan, ternyata pria itu mempunyai selera humor yang sangat tinggi. Buktinya anak-anak itu bermain dengan akrab bersama Devian padahal mereka tidak mengenal Devian. Lelah bermain dengan anak-anak itu Devian duduk di tepi kolam air mancur itu, ia mengeluarkan beberapa cokelat dari tas lalu memberikannya kepada anak-anak tersebut. Sungguh Syahquita sangat terpukau dengan semua hal yang Devian lakukan sekarang ini. Tak ada kebencian di hatinya saat ini, ia amat terkesan dengan sosok Devian yang selalu membuatnya kesal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN