Ia seharusnya bahagia karena temannya telah menemukan seseorang yang pantas untuk dirinya. Ya dia memang semestinya berpikir seperti itu.
"Oke baiklah kita lupakan hal itu. Bagaimana apa kau akan ikut atau tidak? Aku harap kau akan ikut."
"Hmm, aku ingin sekali ikut Drake tetapi bagaimana dengan orang tuaku? Mereka begitu protective kepadaku setelah aku keluar dari rumah sakit."
Drake tersenyum kecil, ia sudah tahu apa yang harus dilakukan agar Syahquita bisa mengikuti kegiatan itu. "Aku bisa membantumu untuk meminta izin kepada orang tuamu."
"Apa kau yakin? Oh terima kasih, Drake."
Drake mengangguk mantap sambil tersenyum kepada Syahquita. Sebagai seorang teman Drake akan membantu Syahquita dalam hal ini sebisa mungkin. Ia akan sangat senang jika temannya bisa mengikuti kegiatan ini bersama-sama dengannya karena ia sudah gagal untuk tampil bersama Syahquita di acara amal Lund University.
Syahquita membalas senyum Drake, ia begitu senang karena di kelilingi dengan orang-orang yang begitu perhatian kepadanya salah satunya yaitu Drake. Mereka kembali melangkah hingga benar-benar menuju ke kelas mereka sebab lima menit lagi mata kuliah pertama akan segera di mulai.
***
Waktu semakin dekat dengan kegiatan Club pecinta alam, Syahquita dan Drake mengatur rencana sebaik mungkin agar dirinya bisa diizinkan untuk mengikuti kegiatan itu. Syahquita meminta Drake untuk datang ke rumahnya pada sore hari nanti setelah selesai perkuliahan.
"Drake, hanya kau harapanku satu-satunya. Aku sangat berharap kau bisa meyakinkan orang tuaku bahwa aku akan baik-baik saja selama melakukan kegiatan itu." ujar Syahquita kepada Drake dengan berbisik sebab mereka masih berada di dalam kelas Mr. Bams – dosen Manajemen SDM.
"Kau tenang saja aku akan melakukannya dengan sangat baik." sahut Drake dengan berbisik juga.
Syahquita mengangguk mantap mendengar jawaban dari Drake, ia sangat mengharapkan orang tuanya akan mengizinkannya untuk mengikuti kegiatan itu. Syahquita ingin menghirup udara yang segar dari hutan Baggarmossen selain itu ia butuh refreshing karena rencana pernikahannya dengan Devian membuat beban bagi dirinya sendiri.
Perbincangan mereka terhenti karena Jessie dan Martha yang menatap tajam ke arah mereka berdua. Syahquita duduk di deretan yang sama dengan Jessie dan Martha sedangkan Drake duduk di depan Syahquita. Dan perbincangan mereka yang terlalu kecil membuat kedua sepupu Syahquita curiga dengan perbincangan di antara mereka.
Drake dan Syahquita kembali memfokuskan mereka untuk mengikuti mata kuliah Mr. Bams yang baru saja di mulai lima belas menit yang lalu.
Tiga puluh menit kemudian, mata kuliah Mr. Bams sudah selesai. Drake dan Syahquita kembali berbincang-bincang, sungguh Jessie dan Martha sama sekali menyukai kedekatan Drake dengan Syahquita. Mereka berdua beranggapan bahwa Drake adalah pria aneh nan misterius tapi Syahquita mau berteman dengan pria seperti itu. Tapi apa yang bisa mereka lakukan untuk menjauhkan Syahquita dari pria aneh itu, Syahquita dan Drake sangat dekat terlebih mereka mengikuti dua club yang sama. Hal itu menambah kedekatan di antara mereka berdua.
"Syah, Mr. Frank sudah berada di depan kelas." tegur Jessie kepada Syahquita ketika ia asik mengobrol dengan Drake tanpa memperhatikan sekelilingnya.
Syahquita menyudahi perbincangannya dengan Drake, ia harus kembali focus pada dosen yang satu ini karena ia tak berani macam-macam saat Mr. Frank mengajar. Dosen killer yang satu ini akan terus mengincar satu mahasiswa jika ia tak memperhatikan apa yang Mr. Frank ajarkan dalam kelasnya. Dan Syahquita harus berfokus agar dirinya bisa aman dari dosen killer itu.
Selesai dengan mata kuliah Mr. Frank, Syahquita bernafas lega karena ia bisa berbicara sepuasnya dengan Drake. Sebelum memasuki mata kuliah terakhir ada waktu jeda tiga puluh menit untuk beristirahat.
"Syah, apa kau mau ikut ke kantin?" tanya Jessie.
Syahquita menggeleng pelan, ia mengeluarkan kotak makan yang sudah di siapkan oleh Sharon saat sebelum berangkat kuliah. Syahquita menunjukkan kotak makan itu ke arah Jessie, "Aku harus menghabiskan ini, kalian pergilah."
Jessie menangguk paham saat melihat kotak makan itu, ia dan Martha keluar dari kelas menuju ke kantin. Syahquita menghela nafas pelan sembari membuka kotak makan yang ada di hadapannya.
"Mengapa kau tidak diizinkan oleh orang tuamu?" tanya Drake.
Syahquita mengangkat pandangannya ke arah Drake, "Hmm dulu saat umurku delapan tahun, sekolahku pernah melakukan kemah di hutan Baggarmossen namun pada saat sedang melakukan jelajah aku kehilangan jejak teman-teman satu grupku. Alhasil aku hilang di hutan itu tapi aku bersyukur karena masih ada orang baik yang menyelamatkanku saat itu."
"Apakah orang tuamu berpikir bahwa kau akan hilang lagi di hutan itu?"
Syahquita menghela nafas pelan, "Mungkin, tapi aku rasa mereka tidak mengizinkanku karena kondisiku belum stabil untuk mengikuti kegiatan apapun. Huuhh, aku sangat berharap bisa ikut kegiatan itu."
Drake menangguk paham dengan apa yang dikatakan Syahquita, "Baiklah kalau begitu aku paham sekarang."
"Apa kau mau?" Syahquita menawarkan isi kotak makannya kepada Drake.
Drake melihat ke arah Syahquita lalu ke arah kotak makannya dan kembali menatap Syahquita, ia mengambil satu roti isi dari dalam kotak makan Syahquita. Mereka menghabiskan waktu istirahat untuk memakan roti isi milik Syahquita karena sejujurnya ia masih sangat kenyang tetapi ia juga harus menghabiskan isi kotak makannya, jika tidak maka Sharon akan menyuruhnya untuk makan yang banyak. Mungkin inilah yang Drake sukai dari Syahquita, kebaikan dan ketulusan hatinya dan tidak sombong sama sekali.
***
Selesai perkuliahan Syahquita dan kedua sepupunya segera pulang tanpa ke mana-manapun, dengan Alfaz yang senantiasa menjemput mereka. Entah bagaimana Alfaz masih mau mengantar dan menjemput ketiga gadis itu padahal mereka bisa naik bus untuk sampai di rumah. Sungguh Alfaz memang seorang kakak yang bertanggung jawab akan kewajibannya kepada ketiga adiknya.
Empat puluh lima menit kemudian, mereka tiba di depan pagar rumah yang bertuliskan "Charlie Valdez Campbell" pada dinding samping kanan pagar. Alfaz hanya mengantar ketiga gadis itu hingga ke depan rumah saja sebab masih ada urusan kantor yang harus ia selesaikan.
"Bilang pada Mom aku langsung kembali ke kantor karena masih banyak yang harus aku kerjakan. Dan akupun akan pulang terlambat nanti." ucap Alfaz kepada Syahquita sebelum wanita itu turun dari mobilnya.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati." sahut Syahquita lalu bergegas turun dari mobil Alfaz. Dan berjalan mengikuti jejak Jessie dan Martha yang sudah masuk lebih dahulu.
Syahquita menutup kembali pagar besi rumahnya setelah mobil Alfaz pergi dari depan pagarnya. ia segera melangkahkan kakinya menelusuri halaman barulah setelah itu ke dalam rumahnya.
"I'm home." teriak Syahquita begitu memasuki rumah. Ia menutup kembali pintu rumahnya karena memang ia yang paling akhir masuk ke dalam rumah.
"Kalian sudah pulang?" ujar Sharon yang keluar dari arah dapur.
Syahquita melihati ke arah Sharon berada, "Yes, Mom." Syahquita menghampiri Sharon untuk melihat apa yang sedang Sharon lakukan di dapur.
"Apa kau memakan makananmu?" tanya Sharon kepada Syahquita saat putrinya berada di depannya.
Syahquita mengangguk mantap, ia mengeluarkan kotak makan dari dalam tasnya lalu memberikannya kepada Sharon, "Yaph, sudah habis." Padahal bukan dia yang menghabiskan melainkan Drake yang menghabiskan sebagian besar makanan dalam kotak itu.
Sharon mengambil kotak makan itu dari tangan Syahquita, "Sebaiknya kau beristirahat." saran Sharon.
Tanpa bersuara Syahquita mengangguk mantap lalu pergi dari dapur menuju kamarnya. Syahquita merasa beruntung memiliki ibu seperti Sharon yang begitu perhatian dan pengertian kepadanya. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk, Syahquita meraih remote Ac yang berada di sisi kirinya. Ia menyalakan Ac di dalam kamarnya pada agar suhu di kamarnya bisa sedikit sejuk.
Syahquita bangun untuk mengambil tasnya yang ada di meja belajarnya, ia mencari ponselnya karena ia harus mengirimkan pesan kepada seseorang. Ia mencari kontak dengan nama yang berawalan huruf "D".
To : Drake
Fr : Me
"Drake datanglah kerumahku pada pukul 19.00 nanti karena pada jam itu ayahku sudah pulang dari kantor. Siapkanlah mentalmu agar kau bisa membujuk orang tuaku. Thank you, Drakie."
Syahquita menekan tombol send pada layar ponselnya, ia meletakkan ponselnya ke atas meja nakas yang berada di sebelah kasurnya. Ia terduduk di tepi tempat tidurnya, ia mulai bingung harus melakukan apa sebab ia begitu lelah dan hanya ingin bermalas-malasan di dalam kamarnya hingga sore nanti.
Syahquita kembali naik ke atas kasurnya, ia menarik selimutnya untuk menutupi dirinya. Ia meraih remote tv dari bantal yang ada di sisi kirinya dan memencet tombol on pada remote itu. Ia terus memencet tombol-tombol pada remote itu untuk menemukan acara yang menarik untuk di tonton.
Ia berhenti mengganti channel saat menemukan siaran tv yang membuatnya tertarik untuk menonton. Syahquita begitu tertarik dengan film yang mempunyai banyak episode, apalagi jika menayangkan tentang makhluk supranatural seperti vampire, werewolf, fairy tale atau witches dan lain-lainnya.
Suasana kamarnya yang begitu sejuk dan matanya yang mulai kelelahan membuat Syahquita perlahan-lahan namun pasti menutup matanya hingga akhirnya ia terlelap dalam tidurnya. Dan ia membiarkan tv nya menyala begitu saja. So bisa dikatakan bahwa tv lah yang menonton Syahquita bukannya ia yang menonton tv.
***
Jarum jam sudah berada diangka 18.50, namun wanita itu masih terlelap dalam tidurnya. Entah mimpi apa yang sedang berputar dalam tidurnya sehingga ia lupa dengan waktu.
Drake berulang kali menghubungi nomor Syahquita namun tak juga diangkat atau mendapat balasan dari panggilannya itu. Sudah berapa kali ia menghubungi wanita itu. Tapi Drake tak mau mengecewakan Syahquita, ia terus menghubungi nomor wanita itu hingga mendapat jawaban dari panggilannya itu.
DRETTTTTT... DRETTTTT... DRETTTTT... Ponsel Syahquita bergetar untuk sekian kalinya, dan ia baru menyadari jika ponselnya terus bergetar sedari tadi. Syahquita meraba-raba ponselnya yang terus bergetar itu, dengan pandangan kabur ia melihat ke arah layar ponsel.
"Hallo." ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Halo, Syah. Kau dari mana saja? Aku terus menghubungimu tapi kau tak mengangkatnya. Aku sudah berada tak jauh dari rumahmu." kata seseorang dari seberang telepon.
Mata Syahquita sukses terbuka lebar saat mendengar perkataan dari sang penelpon, Syahquita melihat ke layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya.
"Oh my God! Maaf, Drake. Aku ketiduran. Oke sekarang kau ke rumahku, aku akan bersiap-siap dulu. Bye."
Syahquita langsung loncat dari atas tempat tidurnya kemudian berlari menuju kamar mandinya, ia harus mandi kilat karena Drake sudah hampir sampai ke rumahnya. Selesai mandi dan berpakaian, ia segera keluar dari kamarnya untuk turun ke bawah.
"Syah, ada temanmu." teriak Sharon dari bawah.
"Yes, Mom. Aku datang." sahut Syahquita sambil berlari kecil saat menuruni tangga.
"Terima kasih, Mom." ujar Syahquita kepada Sharon karena telah membukakan pintu untuk Drake. Sharon meninggalkan Drake dengan Syahquita, ia harus membereskan pekerjaannya di dapur karena waktu makan malam sebentar lagi.
"Drake, bagaimana ini?" ucap Syahquita begitu panik.
"Keep calm, serahkan semuanya padaku." sahut Drake begitu tenang.
Syahquita mengajak Drake menuju ruang tamu yang kebetulan sedang ada Charlie yang sedang bersantai selepas bekerja. Syahquita dan Drake duduk di sofa seberang dari posisi Charlie duduk saat ini.
"Dad, kenalkan ini teman satu kampusku. Drake namanya, Drake ini ayahku." ujar Syahquita memperkenalkan satu sama lain antara Drake dan Charlie.
"Hii, Paman. Aku Drake temannya Syahquita." Drake melayangkan tangannya kepada Charlie selayaknya orang berkenalan pada umumnya.
Charlie menjabat tangan Drake, "Aku ayahnya Syahquita, ada bisa aku bantu?" tanya Charlie to the point.
Syahquita melirik Drake sesaat ia begitu khawatir dengan apa yang akan Drake katakan, semoga saja Drake mampu membantunya.
"Hmm begini paman, satu bulan lagi kampus kami atau lebih tepatnya club pecinta alam akan mengadakan kegiatan tahunan yaitu jelajah ke hutan Baggarmossen."
Charlie mendengar dengan sangat baik apa yang Drake katakan, ia belum mengetahui maksud kedatangan ini karena Drake berbicara setengah-setengah.
"Maksud kedatanganku ke sini untuk meminta izin pada paman, apakah boleh Syahquita mengikuti kegiatan ini?" tanya Drake hati-hati.
Charlie mulai mengerti sedikit apa yang coba Drake katakan padanya, "Jelajah ke hutan Baggarmossen? Hmm bukan paman tak mengizinkannya untuk mengikuti kegiatan ini tapi kau tahu sendiri bukan bahwa Syahquita baru saja mengalami sebuah kecelakaan yang berefek parah pada dirinya."
Drake mengangguk paham saat Charlie mulai menjelaskan sesuatu kepadanya. Ia mendengarkan dengan baik apa yang Charlie katakan, "Iya paman aku mengerti akan kejadian itu, tapi aku bisa pastikan bahwa aku akan menjaga Syahquita selama kegiatan berlangsung."
"Aku senang jika putriku memiliki seorang teman yang begitu tanggungjawab, tapi paman tidak ingin mengambil resiko apapun Drake. Mengingat kondisi Syahquita yang belum stabil." sahut Charlie.
Syahquita sudah berpasrah dengan kenyataan bahwa dirinya tidak akan diizinkan untuk mengikuti kegiatan itu. Sudah dari awal ia sangat yakin akan hal ini, tapi ia harus usaha lebih keras lagi untuk meyakinkan keluarganya.
"Jadi paman tidak mengizinkan Syahquita untuk ikut kegiatan ini?" tanya Drake memastikan.
Charlie mengangguk pelan dengan santai, "Tentu kau sudah mengetahui apa jawaban paman. Maafkan Dad, Syah. Kau tidak akan mengikuti kegiatan itu."
Syahquita menundukkan kepalanya sambil menghela nafas berat, ia sudah mengira bahwa ayahnya akan mengatakan hal itu. Sungguh keputusan Charlie sangat mengecewakannya untuk pertama kalinya.