Dor!! Srassh!! Suara tembakan tersebut menggema di telinga Reina, meninggalkan sisa ketegangan yang mencekam. Namun Reina tidak menyadari bahwa tembakan tersebut tertuju pada musuh yang ada di sampingnya yang saat ini sudah terjatuh dengan luka tembakan di bagian d**a dan di perkirakan telah tewas. ‘Apakah aku sudah tiada?’ pikir Reina, Reina masih memejamkan matanya, tidak berani membuka mata sebab di pikirannya sudah bersarang satu peluru di dalam kepalanya. Seolah maut memang sudah mengambil satu nyawanya yang berharga. Namun, beberapa saat terasa sunyi setelah suara tembakan terakhir. Sebuah tangan kekar yang seolah Reina hapal sekali milik siapa, tiba-tiba melingkar di pinggangnya dan menarik Reina ke sisinya. “Sayang, mau sampai kapan kau akan menutup matamu?” sebuah kecupan ha