06 : Buna Reya Cemburu dan Marah [2]

820 Kata
Setelah mencuci mobil Daffa langsung masuk kembali ke dalam rumah untuk mandi. Dirinya berjalan melewati ruang tamu, ruang keluarga lalu naik ke atas untuk ke kamarnya. Ketika membuka pintu Daffa melihat Reya sedang membereskan peralatan milik si kembar ke dalam keranjang kecil. Daffa tersenyum kecil, ia menghampri reya lalu memeluknya dari belakang. "Kamu marah ya hhm?" "Ngga," jawabnya ketus. "Lepas ah. Aku mau ke depan," Reya melepas pelukan Daffa. "Mandi sana kamu! Jorok banget abis begituan bukannya mandi malah kemana-mana," lagi, Reya berkata ketus. Daffa memberi Reya cengiran lebar. Lalu menyambit handuk di pinggiran ranjang. "Iya bunda ini aku mau mandi kok," "Itu handuk Qila kenapa kamu pake?!" Tanya Reya kala ia melihat Daffa sudah ingin melilitkan handuk itu di tubuhnya yang telanjang d**a. "Pinjem bentar nda. Ngga papa kan?" Reya melebarkan matanya. Ia mengambil handuk tadi dari tangan Daffa. "Nggak-nggak! Jorok kamu mah kalo make handuk!" "Yah terus aku pake handuk apa Buna?" "Ya handuk kamu lah! Itu kan ada di kamar mandi," Reya berjalan ke arah sofa. Duduk memperhatikan suaminya yang menatapnya dengan tampang memelas. "Bun pinjem bentaran," "Nggak!" Daffa menarik napas. Akhirnya ia mengalah. Dengan tanpa tau malu ia membuka celananya di depan Reya. Daffa mendekati Reya dengan tubuh yang sudah benar-benar naked. Ia mencium kening Reya, lantas memeluk tubuhnya sekilas. "I love you!" *** Daffa turun dari kamar sambil menyisir rambutnya yang basah menggunakan tangan. Ia duduk di meja makan sambil menuang segelas air putih ke dalam gelas. Yoona sedang berada di dapur dengan mbak Tiwi. Daffa bersikap biasa saja, toh memang itu bagian dari pekerjaan mereka. "Wi istri saya kemana?" Tanya Daffa kepada Tiwi yang langsung menoleh menatap Daffa. "Ooh itu pak tadi keluar katanya mau beli diaper nya Qila sama Qira," "Kok dia ngga bilang saya?" "Saya ngga tau pak," Daffa berdecak pelan. Ia bangkit dari kursi lalu menyambit kunci mobil di atas kulkas. "Pergi belinya kemana tadi?" "Ke minimarket depan pak," Tanpa ba-bi-bu, Daffa melajukan mobilnya untuk menjemput Reya. *** "Aa apaan sih?!" Daffa langsung menarik tangan Reya dari depan pintu minimarket kala perempuan itu berjalan keluar. Reya yang memang masih dalam mode marah pun risih dan merasa tidak terima. "Aku ngga mau kamu kayak gini lagi," kata Daffa. Saat ini mereka sedang duduk berdua di dalam mobil. Mesin mobil tetap dinyalakan, masa bodoh pada bensinnya yang mungkin akan berkurang akibat perbuatannya ini. "Kayak gini gimana sih? Toh aku cuma ke minimarket aja." "Justru itu, aku ngga mau kamu pergi ke minimarket sendirian. Ngga izin lagi. Aku ini suami kamu, aku berhak atas kamu," Daffa menatap Reya. Pandangannya tetap melembut dan penuh cinta meski sebenarnya ia sudah kesal setengah mati. "Bunda, please. Aku bukannya ngga suka kamu keluar rumah atau gimana. Aku cuma ngga mau kamu kenapa-kenapa karna pergi sendirian. Aku juga ngga suka pegawai-pegawai itu liatin kamu," "Liatin apasih A? Mereka liat juga wajar kali punya mata. Lagian mereka liat aku juga akunya masih berpakaian lengkap kan? Ketutup lagi. Emangnya kamu!" Reya sewot. "Kok aku sih?" "Ya emang kamu! Kamu lebih parah dari aku, kan?" Reya menatap tajam mata Daffa. Membuat Daffa mengerutkan keningnya. "Lebih parah gimana?" "Ck! Dasar lelaki! Habis ngelakuin pura-pura ngga tau!" Daffa menarik tangan Reya lalu menggenggam nya. "Demi Allah aku ngga tau aku salah apa bunda. Tolong kasih tau aku," "Ck. Tadi pagi maksud kamu nyuci mobil sambil telanjang d**a itu apa hah?! Mau cari perhatian sama si Yoona?! Biar apa sih?!" "-inget! Kamu tuh udah punya anak empat! Punya buntut, masih aja mau ganjen-ganjen sama cewek lain. Pake keluar ngga pake baju segala. Besok-besok sekalian aja telanjang di depan Yoona!" Daffa terpaku dengan bibir menahan senyum. "Kamu cemburu?" "Yaiyalah! Gimana aku nggak cemburu kalo Yoona liatin kamu udah kayak liatin makanan! Enak aja dia ngeliatin suami orang kayak gitu," Daffa tertawa. Ia menangkup pipi Reya dan memandang matanya. "Heei dengerin aku ya, aku nggak tau kalo misal dia bakalan liatin aku. Tapi aku minta maaf sama kamu karna udah bikin kamu kesel terus cemburu kayak gini. Besok-besok aku ngga akan keluar ngga pake baju lagi deh biar kamu ngga marah," "Bodoamat." Reya membuang wajah dari hadapan Daffa. Tangannya bersedekap di d**a. "Lagian kamu juga kenapa bisa sih ngga pake baju dulu?!" "Aku lupa sayang. Liat kamu keluar dari kamar terus langsung mandi aku malah kepikiran buat cuci mobil, makanya aku ngga ke atas dulu," Daffa berusaha menarik wajah Reya untuk menghadap ke arahnya. "Aku minta maaf ya. Udah jangan marah lagi, nanti cantiknya ilang lho!" "..." "Nda? Maaf ya?" Daffa menciumi punggung dan jari-jari tangan reya. "Maaf yaaa. Janji ngga akan kayak gitu lagi," "Bener?" "Iya sayang bener," "Yaudah, aku maafin. Kalo sampe ngulang lagi keluar rumah ngga pake baju gitu. Aku bener-bener marah. Dan-" "Dan?" "Ngga ada jatah selama sebulan!" Daffa tersenyum. Ia memeluk Reya. "Setahun juga ngga papa kalo misal aku masih kayak gitu," Daffa menciumi rambut Reya lalu mengusapnya. "I love you," "Love you too," kata Reya sembari membalas pelukan Daffa di tubuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN