Bab 20

986 Kata
Di tempat yang sama, Salsa dan Rafa memilih duduk di kursi taman yang tak jauh dari tempat Raina dan Arman berada, mengingat kondisinya yang sudah membaik ia menyetujui ajakan Salsa untuk jalan ketaman, mungkin maksudnya untuk melepaskan kejemuan hati keduanya. "Sebentar Arman dan Raina pasti akan sama-sama lagi, tinggal nunggu masalah waktu. " "Gua tau itu kok, Sal. Gua kenal Raina seumur hidup gua, dan gua bisa tau pasti kalau Raina masih ngejaga hatinya buat si Arman." "Mhhh, gimana kalau lo ikut tantangan gua?" "Tantangan?" "Iyaa, tantangan," Salsa menganggukan kepalanya, "kita berlaku seolah-olah kalau kita pacaran, selama 100 hari. Dan setelah 100 hari kita putus, dalam 100 hari itu kita akan tau rasanya berbagi satu sama lain, kita lakukan apa pun kayak mereka, kita jalan bareng ngerayain anniversary." Rafa masih diam, mencoba memikirkan apa yang di tawarkan Salsa, sepertinya tidak ada salahnya. Selanjutnya dia menganggukan kepalanya pertanda bahwa ia setuju. "Sekarang, gua panggil lo sayang dan lo panggil gua sayang, Deal?" Rafa tertawa sarkastis, "okee. Dan gua rasa ini hubungan terkonyol." Rafa merasa terhibur, setidaknya ini adalah salah satu cara agar ia bisa melupakan Raina secepatnya, meski itu berat ia akan tetap mencoba hingga rasa cinta itu hilang dengan sendirinya, seiring dengan perjalanan waktu yang terus bergulir. Layaknya sepasang kekasih, Salsa menyandarkan dengan manja kepalanya di bahu Rafa, menikmati suasana sore hari dengan embusan angin wangi pembawa semerbak bebauan bunga-bunga. Telak kedua tangan lelaki itu kini berasa di pipi Salsa, membelai pipi itu dengan sayang. "Cuman kita yang tau, biarin semua orang terkejut dengan apa yang terjadi," "Besok, gua jemput lo." "Gua masih nginep di rumah Raina, emang lo mau?" "Apa salahnya, kan mulai sekarang dan 99 hari kedapan lo pacar gua, jadi nggak bakal ada yang ngelarang." "Haha, kok gua jadi aneh gini ya. Meski pun gua udah tau kalau kita ini cuman berhubungan coba-coba tapi tetap aja rasanya aneh." kata Salsa konyol, mengundang tawa dari bibir Rafa. "Mending lo nikmatin aja sore ini, karena jarang kan lo gua perlakuin kayak gini." "Oke-oke sayang." *** Malam itu Arman masih berada di rumah Raina setelah makan malam, mereka memilih bermain bersama Ferrel di ruang tamu, pemandangan yang begitu sempurna, sprtu keluarga kecil yang sangat bahagia di dalam rumah dengan jagoan kecil, ruangan yang sering sepi itu kini sangat heboh dengan teriakan Raina dengan aksi lucu Ferrel. Bayi itu dibiarkan tidur bebas di atas karper berbulu bebal, kedua kakinya tidak bisa diam, subuk menendang-mendang membuat Arman kesusahan memasangkan celana pada sang bayi. Om Ardi yang sedari tadi melihat pemandangan itu sangat bahagia, membuatnya tidak sabar ingin memiliki seorang cucu sungguhan, menemaninya di sisa-sisa usia senja. "Hahaha, tuh kan kamu nggak bisa." lagi-lagi Raina menertawakan Arman, mengejeknya secara serta merta. "Kamu nantangin aku? Aku bisa kok pasangin celana sama bayi sekecil ini, aku itu cuman pelan-pelan kalau kakinya tiba-tiba copot gara-gara aku tarik giman?" "Gila kamu, kamu pikir bayi ini boneka berbie? Yang bisa kakinya dibongkar pasang?" "Ya kali. Tuh kan, aku bisa." Arman membanggakan dirinya, "ini mah pekerjaan gampang, jadi kalau nanti kita menikah dan punya anak, aku gampang ngurusnya," "Emang aku mau nikah sama kamu?" "Ya harus mau lah, kalau nggak mau ya aku paksa, aku culik kamu terus aku bawa kamu ke planet ploto biar jauh dari bumi." "Aku aduin ayah, aku." "Dih tukang ngadu, kamu." "Biarin." "Kalian ini, ribut terus kayak anak kecil. Lihat itu, kalian jadi tontonan anak kecil." dagu Om Rudi mengarah pada Ferrel yang menatap Raina dan Arman dengan ekspresi polosnya, wajahnya begitu menggemaskan kala itu. Terlihat bingung, namun tetap lucu di mata mereka. "Raina duluan tuh, Om. Raina yang kesal memilih mencubit keras lengan Arman, membuat lelaki itu meringis kesakitan, cubitan tangan Raina setara dengan cubitan ibu tiri jahat di tv-tv. "Aku pulang...." Salsa memasuki ruangan itu dengan bebas, berjalan bergandengan dengan Rafa di sampingnya, kening Raina mengerut bingung, "Rafa, Salsa kalian?" "Kenapa sama kita?" "Nggak biasanya kalian barengan," "Ohhh itu, iya gua bisa jelasin. Jadi, gua sama Rafa itu udah jadian tadi sore," Raina tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, mulutnya terbuka lebar membentuk huruf 'o', bukan karena ia cemburu melainkan tidak habis fikir, pdahal setaunya Rafa begitu kekuh menyatakan cintanya dan tidal mungkin semudah itu bisa berpaling pada Salsa, sedikit pun tidak ada Rasa cemburu, melainkan takut kala Rafa hanya akan mempermainkan perasaan Salsa. "Kamu kenapa, Rain? Biasa aja kali kagetnya." "Oh, ammm, kok bisa?" "Ya bisalah, emang lo sama Arman doang yang bisa pacaran." "Haduh, urusan anak muda. Ayah cari pasangan juga kali ya, biar nggak kalah sama kalian." ucap om rudi bercanda, tapi Raina menatap sinis pada Rudi. "Ayaaahh!" "Ayah becanda Rainaa, oke deh. Ayah nggak ikut campur meding ayah sekarang ayah pergi aja deh." Om Rudi memilih pergi, tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan anak muda seperti mereka, karena Om Rudi percaya mereka adalah anak baik-baik dan tidak akan mungkin melakukan hal yang tidak-tidak, diluar batas yang hanya akan merugikan diri sendiri. "Kalian beneran jadian?" "Ya ampun Rain, buat apa gua bohong, apa untungnya coba buat gua?" "Ya bagus deh, jadi lo nggak jomblo lagi." "Oh iya, lo sendiri udah baikan sama Arman?" "Yaa seperti yang lo liat," "Ya ampun, Rain. Itu si Ferrel, astagaaa pipinya nggak kuat gua pengen gua gigit rasanya," "Jangan macam-macam lo sama anak gua." "Anak? Gaya lo," "Emang kenapa, Sal? Raina kan sama gua minggu depan nikah. Jadi, nggak salah dong kalau dia jadi ibunya Ferrel." kata Arman angkat bicara, Rafa membulatkan kedua matanya, serasa tercekat, ini sangat dadakan, Raina dan Arman akan segera menikah? "Serius, lo?" "Jangan percaya. Arman bohong. Ya kali, Sal. Nunggu gua kelar kuliah dulu lah. Msa gua nanti ke kampus sambil gendong bayi. Nggak mungkin." "Pokoknya gua doain deh, langgeng buat lo berdua. Dan lo Arman, jangan pernah lo sia-siain Raina lagi." "Gua tau kok, dan lo bisa pegang ucapan gua, kalau gua nggak akan pernah sakitin dia." "Okeh..." **** Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN