Makan Malam (1)

1027 Kata
“Gue pakai baju gini aja kali ya,” seru Alana yang sudah mengganti pakaiannya, menghampiri Gesya yang sedang menunggu dirinya di ruang tamu. Alana berada di hadapan Gesya, mengenakan blouse berwarna putih tulang dan rok beludru selutut. Gesya menengok, ia melihat penampilan Alana malam ini. “Lo kayak anak magang aja ya pakai hitam putih gitu,” ledek Gesya. “Oh iya kah? Ya udah deh gue ganti!” Alana cepat-cepat membalikan badannya. “Eh! Ga usah gak usah! Biarpun warnanya hitam putih gitu, masih cocok kok buat penampilan malam malam,” Gesya memberhentikan langkah Alana, dan Alana menghelakan napas. “Ya udah, oke deh kita langsung pergi,” Alana segera  mengaitkan tasnya ke bahunya. “Eh bentar deh Al, coba deh sekali-kali lo pakai warna lipstick yang agak cerah. Kenapa suka sekali memakai yang warna gelap-gelap gitu,” protes Gesya karena ini ke sekian kalinya melihat Alana memakai lipstick berwarna cokelat tua di bibirnya. Alana terkekeh, “Karena hanya lipstick itu doang yang gak bikin bibir gue kering,” balas Alana. “Lipstick lo merk apa?” tanya Gesya. “Iminong, Sya,” jawabnya singkat. Gesya membuka resleting tasnya dan tampak merogoh sesuatu di dalam sana. Tak lama kemudian, sebuah tissue dan lipstick bermerek iminong sudah berada di tangan kanan Alana. “Coba sini ya, gue hapus lipstick lo yang gelap ini, dan lo pakai lipstick gue,” Gesya berdiri tepat di depan Alana. Gesya membuka penutup lipsticknya, dan memutarkan badan lipstick tersebut ke arah kanan. Terlihat sebatang lipstick berwarna merah darah muncul setelah Gesya memutar badan lipsticknya. “Hapus dulu nih pakai tissue, apa mau gue yang hapusin?” tanya Gesya yang memberikan tissue tersebut ke tangan Alana. “Al, seriusan gue pakai lipstick lo? Gue kok agak takut-takut, ya …” Alana memundurkan badannya. “Kenapa ih?” tanya Gesya mengernyitkan dahinya. Menurut Gesya, ini hal yang biasa saja, sih. Soalnya semua teman-teman Gesya saat di kampus pun tampak wajar ketika saling bergantian lipstick. Malahan ada yang lipsticknya sampai gak balik alias kena colong tanpa direncanakan. “Seperti yang kita ketahui sendiri, bibir itu tempat berkumpulnya bakteri-bakteri kotor dan di dalamnya terdapat pembuluh darah yang begitu luas di permukaan kulit yang tipis. Misal nih ya, ketika lo pakai lipstick lo sendiri beberapa minggu yang lalu, dan masih ada bakteri virus yang menempel di lipstick itu, otomatis gue akan kena penyakit menular kayak sariawan, bibir pecah-pecah, bibir kering, bahkan sampai ke herpes,” tukas Alana yang sempat-sempatnya memberi materi soal penyakit bibir. “Dih, cerewet amat lo ya. Orang mau dibikin cantik, malah nasehatin gue. Al, lipstick ini hanya gue yang pakai, gue gak ngasih ke temen-temen gue yang lain karena takut kena colong yang ke sekian kalinya. Ini bersih kok, gak ada bakteri virus kayak yang lo bilang tadi. Bibir gue bersih! Lo gak bakal ketularan penyakit apapun … paling penyakit jadi jomblo doang, hahah,” timpal Gesya yang menganggap penjelasan Alana tadi adalah lawakan. “Beneran nih ya?” Alana meletakan telunjuknya di depan wajah Gesya. “Beneran Al, lima ratus persen deh! Udah cepetan hapus lipstick lo pakai tissue!” Gesya meninggikan nadanya. “I … I … iya deh,” Alana pun mengiyakan perintah Gesya, dan menghapus lipstick cokelat gelap yang ada di bibirnya. Setelah itu, Gesya langsung mengoleskan lipstick miliknya itu ke bibir tipis Alana. SRET! SRET! Hanya dengan dua kali olesan di bagian bibir atas dan bibir bawah, lipstick berwarna merah darah itu sudah rapi tertempel di bibir Alana. “WAH! AL! LO KAYAK GINI CANTIK BANGET! ADA AURA-AURA KEMENANGAN DI DALAM DIRI LO!” Gesya begitu takjub melihat perubahan Alana, walaupun hanya berganti lipstick. “Hah? Aura kemenangan gimana maksud lo?” Alana bingung, ia segera menatap dirinya ke cermin karena tampak kaget juga dengan ekspresi Gesya. Alana memandang dirinya, begitu menyala dengan lipstick merah darah di bibirnya. “Ternyata gue mirip kayak perempuan superhero yang gagah dan berani itu,” Alana juga senang dengan hasil polesan Gesya. “Nah kan, apa juga gue bilang. Udah deh, ayo kita berangkat makan malam, ntar kemaleman loh! Besok harus buka butik pagi-pagi,” seru Gesya dan menaruh kembali lipsticknya ke dalam tasnya. Alana pun mengikuti jalan Gesya dari belakang. *** Situasi di rumah Bu Vivian dan Pak Niko malam ini tampak hangat. Rumah yang mewah disertai banyak corak-corak batik di pilar rumahnya itu, dialunkan musik romantis dari saxophone. Musik saxophone, adalah satu-satunya musik dan menyenangkan bagi Bu Vivian dan Pak Niko. Pasalnya, Pak Niko melamar Bu Vivian kala itu diiringi musik saxophone dengan instrument Marry Your Daughter. Jadi, tiap kali Bu Vivian mendengarkan musik dengan saxophone, ingin rasanya terbang ke masa lalu, ke masa muda, bersama Pak Niko. Ecie, sudah tua tapi masih so sweet aja yang gengs. “Mami sudah kabarin Gesya kan kalau malam malamnya di rumah saja?” tanya Pak Niko. “Oh iya, Mami lupa kabarin. Gesya tahunya makan malam di restoran. Bentar, bentar,” jawab Bu Vivian. Bu Vivian lekas mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan singkat ke Gesya. Sayang, makan malamnya di rumah saja ya. Tadi Mami sudah menelpon beberapa restoran Jepang, tapi sudah penuh semua. Mami dan Papi tunggu di rumah, ya. “Sudah, Pap. Kayaknya Gesya bakal protes nih soalnya gak sesuai dengan rencana awal, hihi,” ujar Bu Vivian. “Hehehe, iya tuh. Orang yang pertama ngambek kalau gak sesuai rencana awal adalah Gesya,” timpal Pak Niko. Menunggu kedua anaknya ditambah Alana itu datang ke rumah, rupanya Bu Vivian dan Pak Niko terbawa suasana romantisnya malam ini. Di atas meja makan yang panjang itu, terdapat banyak makanan seperti udang, ayam, kepiting, dan sebagainya, dan gelas-gelas kaca yang sudah berisi jus buah-buahan. Ditambah lagi adanya lilin-lilin yang menyala, sehingga suasana itu menjadi hangat jua. “Mami, Papi ingin deh balik ke masa muda lagi bersama Mami, kita bisa jalan-jalan ke kota-kota besar yang ada di Indonesia,” kata Pak Niko. Bu Vivian menatap Pak Niko dalam-dalam, ia mengetahui ada begitu banyak rencana-rancana lain yang belum terealisasikan sampai sekarang. Bersama Bu Vivian, Pak Niko mempunyai mimpi bisa keliling Indonesia bahkan dunia. Namun, kala masih muda dulu, mereka berdua hanya sanggup keliling Indonesia saja. Untuk keliling dunia, belum ada uang lebih hehehe.    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN