Mark melangkah masuk ke ruang inap puterinya, menatap Debby yang tersenyum. Sesaat, ia berdiri di depan ranjang sang puteri, hanya ingin mengamati orang terkasihnya. "Daddy..." lirih Debby. Air mata menetes dari netranya. Mark mendekat, naik ke bed Debby, membiarkan puteri kesayangannya itu bersandar padanya. "Daddy, I'm so sorry... So sorry..." isak Debby. "Me too..." lirih Mark. Mark mengelus lembut rambut Debby, membiarkannya menangis sepuasnya. "Syukur alhamdulillah kankermu tak kembali. Daddy khawatir, nak." Lirih Mark. Debby mengangguk. "Daddy, Debby mau pulang." "Pasti, nak. Itu rumah kita, rumahmu.” Kemudian, keduanya sama-sama terdiam. "Pacarmu tak tau Daddy bisa bahasa Indonesia?" Debby menarik tubuhnya, menatap Mark lekat. "Siapa tadi namanya, Daddy lup