UPSET

1495 Kata
   "Kamu nggak mau makan dulu?" Key menggeleng.    Rolfie hanya mengangguk-angguk pelan dan terus mengemudikan mobilnya untuk tiba di rumah. Hari ini Rolfie pulang agak cepat, sekitar jam dua siang tadi, tak ada kerjaan atau tugas lain yang harus ia selesaikan di kantor, semuanya sudah beres, paling-paling tinggal perintilan tugas-tugas kecil yang ia yakin bahwa karyawannya mampu menyelesaikan itu.    Alhasil, mumpung ada waktu yang agak banyak bagi dirinya, ia mengajak Key untuk pergi jalan-jalan keluar rumah, dan mereka berakhir di sebuah pusat perbelanjaan untuk membeli berbagai perlengkapan bayi bagi anak kedua mereka kelak. Beberapa minggu lagi usia kehamilan Key akan memasuki usia tua, yang artinya dalam waktu yang cepat atau lambat bayi mereka akan segera lahir.    Masih seperti biasa, Key masih saja cuek dan enggan berbicara banyak dengan Rolfie. Bahkan tadi, ketika mereka masih berada di pusat perbelanjaan, Key sama sekali tak mau bergandengan dengan sang suami, dimana hal itu adalah hal yang sangat umum bagi pasangan, apalagi kini Key tengah hamil besar, tak salah jika Rolfie lebih protektif padanya.    Hingga detik ini, detik dimana Rolfie mengendarai mobil untuk pulang ke rumah setelah sekitar dua jam bergelut dengan banyak barang di pusat perbelanjaan, Key masih saja tak mau bicara. Rolfie sampai bingung topik pembicaraan apa lagi yang harus ia buka agar Key mau kembali mengobrol dengan dirinya, rasa-rasanya semua topik pembicaraan saat ini terdengar sangat tidak bagus jika dibicarakan dengan Keyrina.    Rolfie yang fokus dengan jalanan di depannya masih sempat melirik ke arah Key, gadis cantik itu entah kenapa menoleh terus ke arah kaca jendela, bahkan sampai melengos ke belakang ketika mobil Rolfie kian menjauh. Rolfie mengekori arah pandang istrinya, ia lantas tersenyum kecil, lalu perlahan menepikan mobilnya di pinggir jalan. Key yang merasakan mesin mobil mati, langsung menoleh ke arah Rolfie dengan tatapan bertanya. Tapi Rolfie tak menjawab apa alasannya, hanya sekedar berpesan, "Jaga mobil bentar ya, aku keluar dulu," lalu ia turun dari mobil dan membiarkan Key di dalam.    Key yang masih bingung hanya bisa mengekori langkah kaki suaminya lewat kaca jendela, hingga kemudian langkah kaki itu berhenti pada sebuah kedai es krim street food yang sedari tadi Key lihat. Key tertegun dan hanya bisa terdiam bahkan hingga Rolfie kembali masuk ke dalam mobil dan memberinya se-cup jumbo sundae stroberi.    "Kamu dari tadi liatin tukang es krim terus, kalo mau bilang aja sayang," kata Rolfie sembari menyalakan kembali mesin mobilnya.    Key menerima cup sundae itu dengan tatapan mata yang agak terbelalak, ia lantas kembali menunduk ketika Rolfie kembali fokus menyetir.  Bagaimana bisa Rolfie paham keinginannya bahkan ketika ia tak berbicara apa-apa? Begitu setidaknya pikiran Key.    Disela sisa perjalanan, Key dan Rolfie masih sama-sama diam, Rolfie fokus menyetir sementara Key terus menyuap sendokan es krim itu ke mulutnya. Manis, perpaduan es krim vanila dan selai stroberi yang meleleh di mulut membuat Key tak henti-hentinya terus menyuap, ditambah potongan kecil-kecil buah stroberi yang warna merahnya nampak memanjakan mata. Ah, saking nikmatnya terus mencicipi es krim itu, Key sampai tidak sadar bahwa Rolfie sudah mengemudikan mobilnya sampai di depan rumah.    "Sebentar Tuan, ada mobil yang mau keluar dulu," miss Dossie yang sedang berdiri membuka gerbang langsung menghampiri mobil Rolfie dan berucap demikian.    "Loh, itu mobil siapa?" tanya Key, dan miss Dossie nampak bingung ingin menjawab apa. Key yang keburu penasaran lantas turun dari mobil, Rolfie sempat menahannya, sembari berkata, "Udah biarin aja, mungkin temennya papa atau mama."    "Ya aku harus tau! Siapa lagi sih yang dateng ke rumah kita?!" pekik Key kesal, lalu ia buru-buru turun.    Masih dengan es krim itu di tangannya, Key berjalan agak cepat sebelum mobil itu mundur dan pergi. Ia harus tau orang di dalam itu siapa, karena satu hal, ia tak suka orang-orang asing masuk ke dalam area rumahnya.    "Excuse me, who is this?" kata Key sembari mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil hitam itu. Namun balasan dari sang pengemudi di dalamnya adalah diam. Yap, pengemudi itu bahkan tak membuka jendela mobilnya dan berusaha secepat mungkin memundurkan mobilnya.    Key tak menyerah, ia terus mengetuk kaca jendela itu dengan perasaan kesal, sementara mobil hitam dengan pengemudi tak sopan itu juga masih terus berusaha pergi.    Rolfie yang melihat kejadian dan suasana kacau di depan sana lantas segera turun dan membiarkan sejenak mobilnya di luar gerbang. Ia berlari kecil menghampiri Keyrina dan berusaha menenangkannya, tapi emosi Key selalu lebih besar daripada kesabaran Rolfie. Alhasil, demi memuaskan rasa penasaran sang istri, Rolfie ikut berusaha menegur orang di dalam mobil itu untuk setidaknya menunjukkan siapa dirinya.    "Perimisi, Anda siapa? Ini rumah saya, ada urusan apa kemari?" kata Rolfie sopan, tak seperti sang istri.    Mobil hitam itu berhenti dari usahanya untuk terus mundur. Perlahan, kaca mobil itu turun dan memperlihatkan siapa si pengemudi yang dari tadi Key marahi.    Emosi Key sejenak redam. Ya, redam. Terganti dengan rasa terkejut yang memuncak hingga ujung kepalanya. Matanya agak melebar kaget, ia tak mampu berucap atau kembali memarahi si pengemudi yang beberapa menit lalu mengacuhkannya begitu saja.    Seorang lelaki muda, ya kisaran delapan belas atau sembilan belas tahunan, dengan seorang wanita bule paruh baya di sebelahnya.    Key menggeleng-gelengkan kepalanya tanda kecewa. Ia lantas buru-buru masuk ke dalam rumah dan membanting pintu. Membuat mama, papa, dan Angel yang berada di ruang tamu terkejut bukan main.    "Key? Kok ngagetin gitu sih," kata papa. "Sini sini, makan kue dulu nih, papa tadi abis jalan-jalan," lanjutnya.    "Jalan-jalan apa?! Itu dari tante Victoria kan?!" balas Key. Papa dan mama tertegun, tak bisa menjawab.    "Mama papa bilang kesini cuma berdua, nggak ada tante Victoria, kenapa sekarang dia ada di halaman rumah kita tuh sama Jackson?! Daniel sama Ellena juga ada di London kan, pah?!" bentak Key. "Mama! Om Surya juga ada di London kan?!" Masih, keduanya masih terdiam.    Key yang termakan emosi lantas tak peduli sikap bungkam orang tuanya, ia melangkah bergegas masuk ke dalam kamar dan kembali membanting pintu. Sementara itu di luar, Rolfie masih berdiri di sisi mobil yang Jackson kendarai. Ia sempat berbincang sejenak dengan mereka. Seperti, "Tante sama Jackson udah masuk ke dalem? Udah makan?" atau semacam "Maafin sikap Key ya, belakangan ini dia emang suka temperamen." Sikap yang masih saja sopan bahkan kepada orang yang istrinya benci.    "Loh, Key kemana?" tanya Rolfie yang sudah masuk ke rumah setelah Jackson dan ibunya pergi. "Dia masuk ke kamar, Fie," kata mama.    Rolfie lantas menghampiri Key setelah sebelumnya izin untuk pergi meninggalkan mama dan papa di ruang tamu. Ia membuka pintu kamarnya sesaat setelah tiba di depan kamar itu. Ia tak menemukan Key di kasur, di meja rias, atau bahkan kamar mandi. Tapi, suara isakan tangisnya yang berat terdengar lirih dan Rolfie bisa menebak gadisnya itu berada di mana. Balkon kamar.    Dengan langkah yang pelan, Rolfie menghampiri Keyrina yang duduk memeluk lutut di teras balkon. "Mendung Key, masuk ke dalem yuk, takut ujan," kata Rolfie, namun balasan Key masih saja diam.    Rolfie hela napas pelan, lantas berlutut dan duduk menjajari posisi Key. Es krim yang tadi ia belikan Key letakkan begitu saja di atas lantai hingga agak sedikit mencair. Rolfie mengambil cup es krim itu, menyendoknya sedikit demi sedikit dan menyuapinya ke mulut Key.    Key masih sempat menatap Rolfie sebelum membuka mulutnya, masih dengan bibir yang tak mau berucap. Lantas kemudian, suapan itu ia terima.    "Kamu nggak boleh gitu sama keluarga sendiri," kata Rolfie sembari menyiapkan sendokan selanjutnya.    "Aku sebel, Fie!"    "Kenapa?"    "Ya sebel aja, waktu mama papa dateng, mereka bilang mereka cuma berdua." Rolfie diam, tak tau harus menjawab apa.    "Kenapa jadi ada banyak banget orang sih?!" kata Key. Kemudian, ia menangis.    Rolfie memandang Key sejenak, lalu meletakkan es krim itu kembali di atas lantai. Dan perlahan, ia memberanikan diri untuk mengulur tangannya dan mengusap pundak rapuh gadis cantik itu. Hingga kemudian tangannya berhasil ia letakkan di pundak Key yang bergetar karena tangis, ia lalu mengusapnya. Dan satu keajaiban yang masih Rolfie tidak percaya, Key tidak menolak sentuhan itu.    Sejenak hening. Keduanya sama-sama bungkam, ya hanya suara isakan tangis Key saja yang memecah suasana. Hingga awan mendung di depan mereka perlahan mengeluarkan bulirnya. Ya, hujan turun.    "Key liat," kata Rolfie. "Hujan turun." Key masih diam, namun matanya memandang ke depan. Rolfie tertawa kecil. "Kamu inget nggak dulu kita pas kecil sering main ujan." Key masih juga diam.    "Dulu kita pernah sama-sama tunggu ujan turun di rumah aku, tapi hari itu langitnya justru cerah. Nggak lama, kak Richard jemput kamu, suruh kamu pulang, kata dia mama kamu mau dateng," ujar Rolfie lagi. "Kamu suruh aku tunggu kamu sebentar, tapi kamu nggak pernah balik lagi," lanjutnya.    Key mendongak menatap Rolfie yang masih menjatuhkan pandangan pada hujan di hadapan mereka. Satu yang ada di pikiran Key saat ini, bagaimana caranya Rolfie mengingat banyak momen lama di hidup mereka? Sebegitu besar kah ruang untuk Key di otaknya?    "Kamu masih inget nggak?" tanya Rolfie sembari menoleh pada Key yang bahkan belum sempat buang muka dari hadapan Rolfie.    Dan Key hanya mengangguk. Rolfie tersenyum, senang rasanya mengetahui bahwa Key masih mengingat momen lama itu. Lantas, waktu terus berjalan. Es krim di atas teras itu kian mencair, hujan pun kian menderas. Dan mereka berdua, kian tenggelam ke dalam masa lalu yang sulit terlupa. ***

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN