THE PRINCESS WANTS A DIVORCE

1505 Kata
   "Hari ini mama yang masak loh Key," kata Rolfie yang tengah memakai baju karena habis mandi.    "Hm."    "Katanya mama masak kesukaan kamu."    "Hm."    Rolfie hela napas memandang Key yang bahkan enggan menghadap ke arahnya. Ia kini fokus bermain dengan ponselnya, tanpa mempedulikan suaminya.    "Oh iya, lusa papa aku ada kerjaan di Dubai, mama juga ikut, jadi kemungkinan lusa malem aku pulang agak telat, mau temenin mereka ke bandara," perjelas Rolfie, sekalian meminta izin.    "Lusa?" Rolfie mengangguk. Key mengalihkan pandangan dari ponsel kepada Rolfie. "Besok jemput mama papa kamu ke sini, ada yang perlu kita omongin, mumpung mama sama papa aku juga ada di sini. Kita ngobrol bareng-bareng aja," kata Key. Rolfie tersenyum cerah, lalu duduk di sebelah Key di sisi ranjang. "Mau ngomongin apa emangnya?"    Yang ada di pikiran Rolfie adalah, Key akan membicarakan tentang kelahiran bayi mereka, atau satu-dua hal lain yang mampu mempererat keluarga. Karena tadi ia bilang, mumpung mama dan papanya juga ada di sini. Ya apa lagi kalau bukan kumpul keluarga.    "Aku mau pisah sama kamu." Dan senyuman Rolfie memudar. Hatinya hancur.    "Kenapa Key?" tanyanya nanar.    "Kita udah nggak bisa bareng, Fie."    "Tapi gimana nanti sama Angel?"    "Kamu yang urus."    Ada sebuah pedang yang begitu tajam dan tipis menghantam batin Rolfie. Ia tak bisa lagi berkutik. Ia ingin menangis tapi rasanya tak mungkin jika di depan Keyrina.    "Nggak usah bilang apa-apa dulu sama mama papa. Biar nanti kita omongin bareng-bareng pas mama papa kamu dateng," pinta Key. Rolfie masih saja terdiam.    Sementara Keyrina nampak santai, nampak sama sekali tidak bersalah seusai mengutarakan hal yang membuat Rolfie diam seribu bahasa.    Key bangun dari duduknya dan membuka pintu untuk selanjutnya keluar. "Nanti pas sarapan usahain kita kayak biasa aja," kata Key lagi, lalu lanjut jalan untuk menghampiri ruang makan.    Rolfie dengan berat hati akhirnya bangun juga, meskipun rasanya tubuh proporsionalnya tak mampu lagi berdiri. Ia menghapus cairan bening yang bahkan belum keluar dari pelupuk matanya, mencoba untuk tetap biasa saja. Seperti yang Key minta.    "Sini sini sarapan, mama yang masak loh hari ini," kata Mama yang sedang sibuk menata piring di meja makan.    "Loh, Rolfie nggak pake baju kerja? Nggak ngantor hari ini?" tanya papa. Rolfie tersenyum lalu duduk di salah satu kursi. "Berangkat agak siang hari ini, jam sepuluhan nanti."    "Bagus dong, makannya jadi nggak buru-buru," timpal mama.    Rolfie hanya mengangguk mengiyakan sembari tersenyum cerah. Ia mencuri tatap ke arah Key yang duduk di hadapannya. Bagaikan orang asing, mereka bahkan saling canggung ketika menatap mata yang sudah bertahun-tahun mereka lihat. ***    Di kantor kini, tepatnya di ruang kerjanya. Rolfie terdiam dan lagi-lagi memandang foto dalam bingkai kecil di atas mejanya. Ia tak menyentuh foto itu, atau tersenyum kecil menatapnya. Tidak. Tidak sama sekali.    Ia hela napas, menatap langit-langit ruang kantornya dan membuat pikirannya makin terasa kacau. Ia memandang dengan tatapan kosong layar besar komputer di hadapannya. Mengerjakan sesuatu saja rasanya enggan detik ini.    Ia meraih kalender meja yang berdiri di atas meja kerjanya, menatap deretan tanggal itu sejenak dan membalik halamannya. Satu setengah bulan lagi Keyrina akan melahirkan, apa gadis cantik itu benar-benar yakin untuk memilih berpisah? Ya, begitu setidaknya yang ada di pikiran Rolfie.    Rolfie lantas bangkit berdiri, mengambil tas kantornya dan bergegas melangkah keluar. Seorang karyawan langsung membungkuk hormat ketika melihat Rolfie keluar dari pintu kaca ruangannya. Rolfie lantas tersenyum, masih saja handal menyembunyikan sakitnya.    "Saya mau pergi dulu, nanti berkas-berkas yang saya minta taruh aja di meja, tolong bilangin sama karyawan lain juga," kata Rolfie ramah.    "Oh iya baik mister, nanti saya sampaikan."    "Yasudah. Selamat istirahat makan siang ya."    Seusai mengucap kalimat itu, ia langsung bergegas pergi sesaat setelah karyawan tadi tersenyum dan menunduk hormat mengucap terima kasih.    Ia berjalan melewati lorong kantornya, setiap karyawan yang lewat terus saja membungkuk hormat kepadanya, dan yang Rolfie lakukan hanyalah tersenyum ramah pada mereka.    Siang ini Rolfie memilih untuk pulang. Setibanya ia di dalam mobil, ia langsung ambil alih kemudi untuk selanjutnya berjalan. Bukan, bukan untuk pulang dan bertemu istri juga putri kecilnya di rumah, melainkan untuk bertemu gadis lain yang ia cintai selain Keyrina.    Ia mengemudi agak ngebut, tak sabar untuk segera tiba dan bertemu perempuan itu. Kesayangannya.    Butuh waktu sekitar dua jam untuk sampai di kediaman perempuan itu. Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh dan waktu yang lumayan lama, Rolfie akhirnya tiba juga.    Satpam rumah itu langsung membuka gerbang ketika melihat mobil Rolfie datang. Rolfie lantas tak perlu turun dan terus saja menancap gas untuk selanjutnya memberhentikan mobil hitamnya di halaman rumah besar yang ia lihat sekarang.    Rolfie berjalan pelan menuju pintu rumah itu, berharap perempuan tersebut ada di dalam dan mau menerimanya untuk datang. Clak!    "Hey sayang, tumben ke sini? Bukannya seharusnya masih di kantor?" kata perempuan itu yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan mendapati Rolfie membuka pintu.    Rolfie tak menjawab, ia bahkan gagal untuk mencoba tersenyum di depan perempuan yang satu ini.    "Mom..." lirihnya.    Rolfie berjalan pelan menghampiri perempuan itu. Ya, mamanya. Dengan langkah yang seakan amat berat dan wajah yang lelah juga murung, ia datang kepada mamanya, memeluk tubuh mama erat dan membiarkan kepalanya tenggelam di pundak mama dalam dekapan itu.    Mama yang tadi melihat putranya murung lantas langsung berdiri dan membiarkan Rolfie jatuh dalam pelukannya.    Selayak bocah kecil yang dulu dimarahi papa akibat kebanyakan bermain, dipeluk erat oleh mama dan ditenangkan dengan usapan hangat tangan itu di punggungnya.    "Kenapa, Fie?"    Rolfie melepas pelukan itu dan menatap wajah mamanya. Ia tersenyum kecut, lalu kembali mencoba berlagak menutupi kesedihannya. "Papa masih di kantor?" Dan mama hanya mengangguk.    "Mama udah makan? Masak nggak hari ini? Rolfie makan di sini ya," lanjutnya lagi.    Rolfie lalu meregangkan dasinya, berjalan melewati mama dan duduk begitu saja di atas sofa, lalu mencicipi sekian camilan dalam toples yang tersedia di atas meja dekat sofa itu.    "Kamu ada masalah?" kata mama, yang seakan paham dengan tatapan putranya. Rolfie yang sedang mengunyah camilan langsung terdiam, lantas mengangguk. "Tapi cuma sedikit," katanya kemudian, lalu tersenyum. Mama duduk di atas sofa di sebelah Rolfie, masih memandanginya yang sibuk mengunyah camilan itu. Rolfie yang sadar di tatap lekat lantas langsung menatap balik, melepas tangannya dari genggaman toples itu dan membiarkan toples tersebut terletak begitu saja di atas meja.    "Soal Key, Mah. Ada masalah kecil antara Rolfie sama dia, besok kalo bisa mama sama papa dateng ke rumah kita ya, ada yang mau diomongin," kata Rolfie, masih berusaha menyembunyikan.    "Soal apa?" kata mama.    "Ada masalah kecil, mungkin Key mau minta saran mama papa, makanya diminta kerumah, mumpung orang tua dia juga lagi ada di rumah sekarang."    "Soal apa?"    "Bukan masalah besar kok Mah," Rolfie ambil jeda. "Coba aja rumah kita masih sebelahan ya, Mah. Pasti bakalan lebih gampang," lanjut Rolfie.    Memang benar. Mama dan papa Rolfie sudah pindah setahun setelah Rolfie menikah dengan Key. Mereka berdua tinggal di komplek yang lumayan jauh dari rumah Rolfie dan Key, sementara Rolfie dan Key, mereka berdua tetap tinggal di rumah lama Key hingga saat ini.    "Soal apa?" tanya mama lagi. Membuat Rolfie kehabisan alasan.    "Besok Key yang kasih tau, Rolfie juga nggak begitu paham."    "Soal apa?"    Rolfie seakan di tembak oleh peluru panas sehingga tak bisa lagi berkutik dan berpikir panjang mencari alasan. Ia lantas menatap mata mamanya yang sudah menatap dirinya sedari tadi. Tatapan sayu itu berhasil membuat Rolfie luluh dan tak mampu lagi berbohong.    "Key sama Rolfie mau pisah, Mah." sangat pelan ucapannya.    Mama terdengar menghela napas panjang. Rolfie melihat sang mama menyentuh dadanya, seakan benar-benar kaget dengan kabar buruk ini.    "Besok mama sama papa dateng ke rumah ya," pinta Rolfie.    "Kenapa bisa begini?" tanya mama yang matanya sudah berkaca-kaca.    "Mungkin Rolfie belom bisa jadi suami yang baik buat Key." Mama menatap kembali Rolfie. "Mama benci perceraian, Fie." Rolfie diam, menunduk.    "Kalo kamu sampe bener-bener pisah sama istrimu, mama benci kamu," lanjut mama. Rolfie kembali mendongak dan menatap sedih ke arah mamanya. Andai saja mama tau apa yang selama ini sudah terjadi. "Rolfie minta maaf. Tapi Rolfie nggak tau harus ngapain lagi," kata Rolfie.    "Apa usaha kamu untuk bertahan sama keluarga kamu sendiri? Kamu pikir selama ini mama sama papa nggak punya masalah sampe bisa terus bareng? Papamu aja bisa bertahan, kenapa kamu enggak?" tanya mama kecewa. Bukan Rolfie yang mau ini semua terjadi, mah. Begitu batinnya. Tapi satu alasan, ia tak mau Keyrina disalahkan.    "Rolfie minta maaf, Mah. Besok kita obrolin lagi bareng-bareng ya," pinta Rolfie. Mama diam.    "Besok pasti ada jalan keluarnya, kalo mama kecewa, Rolfie minta maaf," lanjut Rolfie lagi. Dan mama masih diam, bahkan tak menatap ke arah Rolfie.    "Mah... Rolfie minta ma-    "Pulang!"    Rolfie langsung terdiam bahkan sebelum menyelesaikan ucapannya. Ia mencoba mengambil kembali tatapan mamanya. Namun sepertinya perempuan kesayangannya ini sudah benar-benar kecewa.    "Tapi Rolfie sekarang kan udah pulang, Rolfie di rumah, Mah."    "Pulang ke rumah!"    "Ini juga rumah Rolfie, Mah."    "Pulang ke istrimu!"    Rolfie langsung tertegun ketika penekanan ucapan itu keluar dari mulut mama. Ia lantas langsung berdiri, bahkan masih sempat menutup toples camilan yang tadi ia makan dan meletakkannya di tempat semula. Ia tak banyak berucap, mamanya pun terlihat sangat marah dan kecewa hingga enggan menatap wajah putranya sendiri.    Rolfie hela napas, lalu dengan langkah yang tambah berat, ia pergi. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN