SURPRISE, AGAIN

1036 Kata
   Jam pulang kantor sudah tiba, Rolfie beralih dibelakang setir dan mengendarai mobil untuk tiba di rumah kini. Ia sudah sampai di komplek perumahannya, bahkan sudah hampir tiba di rumahnya.    Menginjak gas beberpa menit, ia lantas sampai di gerbang depan rumahnya, ia hampir saja berniat untuk turun dan membuka gerbang untuk kemudian memasukkan mobilnya, tapi ia mengurung niat itu ketika seorang gadis yang berdiri di gerbang membukakan gerbang untuknya setelah sebelumnya menatap sinis.    Yap, itu Keyrina. Ia sepertinya juga baru pulang, ia mungkin tadinya ingin langsung masuk sesaat setelah membuka gerbang, ya setidaknya sebelum Rolfie datang dan mengharuskan dirinya untuk membuka gerbang lebih lebar.    Keyrina berjalan agak cepat, seperti menghindar dari Rolfie. Rolfie yang baru saja turun dari mobilnya lantas menjajari langkah Key, tapi Key yang tersadar akan hal itu justru menapakkan kakinya lebih cepat.    "Key tunggu," kata Rolfie, dan Key semakin bergegas. "Kamu pelan-pelan jalannya, inget kamu lagi hamil."    Key tak menggubris omongan suaminya, ia terus saja melangkah dan membuka pintu untuk selanjutnya masuk. Wajahnya yang jutek langsung tertegun ketika melihat ruang tamu ramai. Jelas saja, Angel, Mama, dan Papa. Namun...    "Loh? Kak Nathan sama kak Jeslyn di sini?" ucapan Rolfie yang terkejut memecahkan suasana itu.    "Nathan lagi liburan, Fie. Kebetulan, dia ke Eropa, pas tadi dia telpon papa, papa suruh dia ke London," jawab papa bahagia.    "Apa kabar, Fie?" sapa kak Nathan. "Dek? Kamu sehat?" lanjutnya pada Key.    Key sempat menatap mereka semua dengan pandangannya yang masih saja jutek, lantas tanpa berucap apapun bahkan tak menjawab sapaan kak Nathan, ia langsung kembali bergegas dan pergi menuju kamarnya.    Rolfie dengan sigap mengikutinya, ia berbicara dengan nada agak berbisik ketika menjajari langkah istrinya, semacam. "Key, kamu kenapa? Kita kan bisa ngomong baik-baik." atau. "Key, berhenti dulu, ngobrol dulu sebentar sama kakak kamu." Bug!    Hingga langkah mereka berakhir di dalam kamar setelah Key membanting pintu.    "Kamu kenapa sih? Coba cerita," kata Rolfie menenangkan.    "Nggak ada yang mau aku ceritain!"    "Ya terus kamu sikapnya kenapa begini? Kamu marah sama aku?"    "Kamu bisa nggak sih sehari aja nggak usah banyak tanya? Aku cuma lagi nggak pengen ngomong!" Rolfie hela napas. "Oke oke. Tapi kamu nggak perlu teriak, nggak enak sama mama papa, ada kak Nathan sama kak Jeslyn juga di sini, nanti juga nggak baik kalo Angel denger."    "Ya terus kenapa?! Mereka mama papa gue! Nathan sama Jeslyn kakak gue! Ini rumah gue! Itu keluarga gue! Lo nggak ada hak ngatur-ngatur!"    Tikaman belati makin tertusuk tajam ketika kalimat lo-gue hadir lagi pada ucapan Key.    "Tapi nggak enak kalo nanti mereka denger."    "Bodo amat! Kalo perlu sekarang kita berantem depan mereka!" Rolfie mencoba kembali menenangkan, ia hampir saja menyentuh kedua pundak Key, namun tepisan tangan Key lebih dulu menyingkirkan Rolfie. "Nggak usah pegang-pegang!"    "Oke," kata Rolfie dengan nada suara yang masih tenang. "Tapi sekarang aku tanya, kamu tadi abis dari mana?"    "Pergi sama temen!"    "Kemana? Siapa temen kamu?"    "Pergi jalan-jalan biasa, kenapa sih?!"    Rolfie memandang istrinya lekat, bibirnya masih kelu, ia harus mengumpulkan segenap keberanian untul sekedar berucap. "Sama Aston?"    Yap, kalimat itu. Kalimat yang beresiko besar, dan ia tau betul bahwa akan mengundang kemarahan Keyrina.    "Lo nuduh gue selingkuh sama Aston?!" ketus Key.    "Kan kamu...    "Apa?! Lo mau ngomong apa lagi?!"    "Ya kan tadi kamu nggak suka kalo aku ngomongin keluarga kamu, sekarang aku cuma mau tau, tadi kamu kemana?"    "Bukan urusan lo ya! Gue mau kemanapun itu hak gue!"    "Tapi kan kamu lagi hamil, Key. Banyakin istirahat di rumah, hargain juga mama sama papa ada di sini buat kamu."    "Gue bilang itu hak gue! Gue pergi juga nggak pake duit mereka!"    Sementara itu di luar kamar, mama, papa, Nathan, Jeslyn dan Angel menatap prihatin dan sedih ke arah pintu kamar Key dan Rolfie. Berharap perdebatan itu segera berakhir dan mereka keluar lantas berbaur dengan keluarga itu di ruang tamu.    "Omah, papa sama mama belantem lagi," kata Angel lugu, lalu mama memeluknya tanpa bisa menjawab.    Papa menghela napas dan masih memandang kamar yang tertutup itu. Perdebatan dan bentakkan kasar Key terdengar meskipun samar, suara-suara riuh redam yang membuat mereka semua terdiam membisu.    "Ya tapi kamu nggak sopan kalo ninggalin mereka gitu aja." Kembali lagi dalam kamar. Key terdiam sejenak, memandang Rolfie semakin tajam, namun ada bulir air mata yang membuat bola mata indah itu berkaca-kaca. "Ninggalin mereka lo bilang? Hah?! NINGGALIN MEREKA LO BILANG?!"    "Key tenang dulu...    "Mereka yang ninggalin gue dari awal!"    Serentet kalimat yang diucapkan pelan namun penuh penekanan. Kalimat yang selanjutnya membuat Rolfie tak bisa lagi berkutik. Ia lantas diam, membiarkan sang istri melempar tas nya ke atas kasur dan pergi ke kamar mandi. Entah untuk mandi atau untuk menangis.    Rolfie hela napas panjang, ia mengusap wajahnya dan melepas dasinya dari kerah kemeja, menggantungnya begitu saja di gagang lemari dan kemudian mengganti pakaian.    Ia sempat berkaca dan melihat dirinya di hadapan cermin rias milik Key, melihat apakah wajahnya nampak sedih untuk keluar dan menyapa kak Nathan? Jawabannya tidak. Rolfie terlalu handal untuk menutupi kesedihannya. Clak!    Rolfie berjalan pelan menghampiri keluarganya di ruang tamu. Ia mencoba untuk tersenyum dan menatap mereka penuh bahagia.    "Papa!"    Rolfie langsung menggendong Angel ketika gadis kecil itu berlari menghampirinya. Mereka berdua berjalan pelan hingga kemudian duduk dan berbaur di ruang tamu.    "Key mana?" tanya kak Nathan.    "Dia lagi mandi kak," jawab Rolfie singkat.    Detik-detik berikutnya ditelan oleh suasana canggung. Anggota keluarga yang seharusnya harmonis dan hangat langsung beku seketika hanya karena terjadi sebuah pertengkaran yang bahkan tak seharusnya mereka ketahui.    "Ini dimakan nih, Fie. Nathan bawain, katanya kalo di Spanyol ini camilan paling laris," kata papa. Rolfie tau, sejatinya itu semua hanya untuk mencairkan suasana.    "Cobain, Fie. Enak loh," kata mama, lalu menyuapkan camilan sejenis bulatan coklat itu ke mulut Rolfie.    "Angel mau, omah. A~" kata Angel, yang selanjutnya dibalas suapan oleh sang nenek.    Rolfie masih saja canggung. Ia bahkan tak tau harus bicara apa di sini sekarang. Mama yang duduk di sebelahnya seakan-akan paham bahwa Rolfie sedang gundah. Tak banyak yang bisa ia lakukan, hanya mengusap pelan punggung Rolfie dari belakang.    "Papa besok-besok nggak boleh belantem lagi sama mama," kata Angel lugu, membuat Rolfie buyar dari diamnya. Rolfie memandangnya penuh cinta. "Iya, nggak lagi."    Angel lantas tersenyum cerah, dibalas senyuman hangat dari Rolfie yang merasa berhasil menenangkan gadis kecilnya. Ya, karena sejatinya dirinya sendiri tidak pernah tau kebenaran ucapan itu kedepannya. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN