Part 1 : Cinta yang Hangat di musim yang dingin ( eps. 4 )

1478 Kata
Episode 4 Pemandian Air Hangat “ Aku mengenalmu ..... kau hanyalah beban bagi keluargamu ..... “ Dahulu , aku tidak pernah mimpi buruk karena aku sudah memutuskan untuk membuka lembar baru. Namun sejak aku kembali muda , aku mengalaminya. Dihantui oleh bayang-bayang , dan kenangan buruk masa lalu. “ Diaaaam!” Aku seketika terbangun tanpa busana di kolam pemandian itu. “ wow Bung , santai , kisana mengigau sangat keras. Santai , tenangkan pikiran , minumlah whisky ini “ Pria muda itu menawarkan Whisky mahalnya padaku. “ ah terima kasih Bung “ kuterima tawarannya lalu kuteguk Whisky itu. Aku mengenal orang itu. Raden Mas Mandala Putra , Adipati Bogor yang baru 20 tahun. Kolam pemandian sebenarnya adalah tempat bersenang-senang para bangsawan . Tempat para bangsawan lari dari kesibukannya , dan bersantai tanpa busana di kolam hangat. “ Nuhun Kang , boleh kita bantu? “ Dan dua terapis manis berdarah timur lalu menghampiri kami. Tempat pemandian memang sering menjadi sarana prostitusi bagi para bangsawan. Para terapis sebenarnya hanya bertugas mencuci dan memijat tubuh pengunjung , namun tentu saja mereka bersedia melayani pengunjung dengan sedikit uang tambahan. Dalam hal ini , biasanya mulai dari 200 ribu. Para terapis biasanya hanya mengenakan bikini , dan sesekali mengenakan lingerie. Kebanyakan terapis biasanya berdarah timur , karena gadis lokal lebih banyak bekerja di rumah bordir “ tentu , kenapa tidak.” Adipati muda itu lalu memilih terapis bertubuh semok “ Akang temen Luna kan? Aku temennya Luna , Mia Wong. “ terapis itu sebenarnya jauh lebih tua dari Luna , jadi aku cuma tertawa sambil mengangguk-ngangguk saja. Mia Wong “ Kisana kenal dengan gadis ini? “ tanya sang Adipati “ begitulah “ Dan tanpa aku menerima tawarannya , Mia langsung duduk manja di atas pangkuanku. Itu artinya aku harus membayarnya paling tidak 200 ribu. Mia lalu menuangkan Whisky itu kecangkirku lalu ia minumkan ke mulutku dengan centil dan manja. Lalu ia oper whisky itu ke temannya dan temannya pun ikut meminumkan Whisky itu kepada Sang Adipati. “ Mari kita pesta , tolong pesankan sebotol Whisky lagi” Dan akhirnya kami pun akhirnya minum-minum bersama di kolam pemandian. Sang Adipati bercerita tentang kesehariannya. Ia tinggal di gedung 20 lantai setinggi 100 meter , yang merupakan bangunan beton tertinggi yang pernah dibuat pada zaman kerajaan. Kediamannya sendiri berada di lantai paling atas. Dia sudah memiliki istri dan empat selir , namun ia mengaku masih tertarik untuk mencari selir baru. Ia pun mengaku masih perlu menyesuaikan diri , karena ia baru saja diangkat menjadi Adipati. Ayahnya gugur lima tahun yang lalu , ketika menumpas separatis republikan di Malang , Jawa Timur. Selama lima tahun itu pula, gelar Adipati dipegang oleh pamannya , dan dikembalikan ketika ia cukup dewasa. “ Tapi cukup tentangku , ayolah ceritakan kami sepatah atau dua patah tentang dirimu “ Adipati muda itu memintaku untuk menceritakan sedikit tentang diriku. Aku bilang “ aku bukan siapa-siapa Tuanku. Hanya seorang pria yang gemar menikmati alam liar “ jawabku “ haha , menikmati alam di usia yang masih muda. Kisana memang luar biasa “ pujinya “ Sepertinya , saya harus naik lebih dahulu , jadi , permisi Tuan..... “ “ Edi , nama saya Edi “ sahutku. “ Baiklah , permisi Tuan Edi .....” Ia naik ke kamarnya dengan gadis itu. Ia sangat mabuk dan sepertinya sudah tak mampu lagi birahinya. Mia lalu mengalungkan kedua lengannya , kemudian berbisik dengan manja. “ Kamu juga mau aku pijit di kamar? “ aku mengangguk. Mia lalu menutup kemuluanku dengan handuk , kemudian menuntunku naik ke kamarku. Ia kunci pintu kayu itu , lalu melepaskan bikininya. Ia lepaskan handukku , dan ia baringkan tubuhku di atas matras. Ia lumuri tubuhku dengan minyak dan ritual pemijatan pun di mulai. “ Jarang sekali ada pemuda yang mampir ke pemandian ini. Biasanya adipatilah yang paling muda. Dan jarang pula ada pemuda yang punya nyali untuk masuk ke kampung kami .... “ Mia sepertinya tinggal di kampung yang sama dengan Luna. Ia melihatku mengantar Luna ke kampung itu , dan ia rupanya masih mengenaliku waktu kami bertemu di kolam . “ Bisa bahasa mandarin ? Kamu tinggal di kampung itu ? “ aku bertanya dengan bahasa mandari agar lebih akrab dengannya “ aku bisa bahasa mandarin , hokkien , kantonis pun aku bisa. Sejak lahir aku tinggal di kampung itu. “ Sahutnya dengan bahasa mandarin yang baik dan benar. “ Kamu dan Luna tinggal berdekatan ya? “ tanyaku “ Bukan lagi , aku dan Luna itu sangat dekat. Walaupun sebenarnya umur kita tu beda ampir sepuluh tahun. Tapi Luna itu udah kayak adik aku. Dan dia jadi kayak gitu, juga gara-gara aku.” Dan nada bicaranya pun menurun. Ia menghentikan pijatannya . “ lho? Kenapa?” “ Dulu , waktu dia masih di sekolah rakyat, Luna sempet naksir cowok. Mereka pacaran waktu Luna tamat sekolah rakyat. Tapi dua tahun pacaran , mereka putus. Kira-kira tiga hari setelah Luna ulang tahun. Luna tahu cowok itu sudah punya jodoh, tapi waktu mereka lulus, Luna masih mau waktu si cowok nembak duluan. Eh dua tahun pacaran , setelah Luna hilang perawannya , mereka putus cuma gara-gara si cowok gak bakal bisa nikahin Luna. Luna kepukul banget . Sampe-sampe , dia bilang dia mau gabung kerja di tempat pemandian aja. Tapi di sini pun dia di tolak. Dan itulah kira-kira dua bulan lalu , dia jalan kaki ke bogor , cuma bela-belain mau kerja di rumah Bordir.... “ Begitulah kira-kira yang ia ceritakan waktu itu. Aku sedikit kesulitan dalam menuliskannya kembali karena ada beberapa kata yang tidak bisa aku terjemahkan. Ada beberapa kata dari bahasa Hokkien dan kantonis yang sulit aku artikan. Namun disini aku dapat menarik kesimpulan kalau “ Luna itu... kayaknya dia kecil hati waktu dia tidak bisa menikah dengan pria itu? “ “ Iya bener” sahut Luna. “ Kamu tahu kan ya perawan itu berarti banget buat cewek , yah walaupun di zaman kayak gini. Luna itu emang sering cerita sama aku tentang cowok itu. Dan aku selalu peringatin kalau dia itu orang ningrat , ganteng pula , pasti udah punya jodoh. Tapi namanya anak muda mabuk cinta , susah dibilangin. Dia bangga banget waktu punya cowok orang ningrat , eh waktu putus , barudeh dia cerita kalau dia udah ditidurin ama itu cowok. Cowok kaya mah gitu , habis manis sepah dibuang “ Yah , jadi bisa dibilang kalau di zaman apa pun , pria-pria b******n itu tetap ada. Pacarin , tidurin , tinggalin. Mendengarnya saja , aku menjadi simpati dengan Luna. “ Aku ramal , kamu kayaknya sama kayak cowok itu. Masih cilik tapi hobinya nidurin anak orang. Hayo ngaku!!!” Dan tiba-tiba ia membentakku sambil meremas buah zakarku keras-keras. “ ARRRGHHH!! AMPUN!” teriakku “ Aduh! Aduh! Maaf! Kekerasan ya? Aku cuma becanda kok .....” Dan mia pun langsung meminta maaf. “ Yah begitulah , kurasa kucing mana yang tidak suka makan ikan ? Tapi seenggaknya aku gak pernah ngebuang cewek begitu aja , kayak b******n itu “ sahutku santai. Mia tertawa geli. Sambil mulai mengocok-ngocok batang penisku , ia pun menjawab “ udah aku duga... “ lalu sambil terus mengocok-ngocok penisku , perlahan ia dekatkan wajahnya ke leherku, lalu ia kecup dengan penuh gairah. Ciumannya meninggalkan tanda di leherku. Bibirnya terus mengecup-ngecup leherku dan kocokan jemarinya semakin menyepat Mia lalu duduk tepat di atas kedua penisku. Sambil menggosok-gosokkan bibir vaginanya dengan penisku , bibirnya naik lalu mengecup bibirku. Kami b******u liar. Jemariku mulai meremas-remas buah d**a mungilnya. Bibirnya mengecup-ngecup liar bibirku. Pinggulnya terus bergoyang-goyang , menggesek-gesekkan vaginanya dengan batang penisku. Aku dapat merasakan bibir vaginanya yang mulai basah. Bibirnya lalu turun dan mulai mengecup-ngecup putingku. Sedangkan jemarinya kembali mengocok-ngocok penisku. Ia mainkan lidahnya , jemarinya , dan ketika penisku sudah memerah dan menegang sempurna, ia melirik dan tersenyum nakal. Kami kembali b******u dan ia mulai menggenggam lalu memasukkan penisku ke dalam vaginanya. “ Ahhhh Edi..... “ ia sempat mendesah menyebut namaku. Ketika penisku tenggelam di dalam vaginanya , kupegang pinggulnya dan mulai menggenjot vaginanya dengan kecepatan penuh. “ Oohhhh ohhhh ohhh” “ plok plok plok plok “ Mia mendesah sambil memejamkan matanya. Ia letakkan kedua jarinya di atas dadaku dan ikut menggenjot-genjot pinggulnya. Matras itu berdecit-decit karena suara genjotan kami yang dahsyat. Suara tepukan kemaluan kami juga terdengar keras. Kugenjot penisku makin kencang dan aku ikut mendesah bersamanya. “ mmmhhh Edi!!” Ia jatuh ke dalam pelukannku. Kami kembali b******u dan genjotanku pun semakin menyepat. Ia memeluk kuat-kuat dan desahannya semakin menjadi-jadi. Tak lama , penisku mulai berkedut-kedut hebat dan akhirnya memuncrat hebat di dalam vaginanya. “oohhhh ohhhhhh “ Mia juga mencapai puncak kenikmatannya. Kami bernafas lega dan saling berpelukan. Air maniku menyemprot deras di dalam vaginanya dan ia membiarkannya. Ia jatuh ke pelukanku dan kami sempat beristirahat sejenak. Sungguh sensasi yang sudah lama tidak aku rasakan. Kami mengulangi adegan ranjang itu dua atau tiga kali , sampai kami puas dan lemas di atas matras.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN