Part 3 : Putri Misterius ( eps. 4 )

1057 Kata
Episode 4 Masa-masa gelap Bona memutuskan apa pun yang terjadi pada kakaknya nanti , biar menjadi urusannya. Ia tidak mau aku ikut campur. Biarlah itu menjadi masa lalunya karena ia merasa , hidupnya yang sebenarnya , adalah di negeri ini. Bona menyandarkan kepalanya di pundakku dan berterima kasih , karena berkatku , ia bukan hanya mampu melindungi diri , tapi juga berani membela kebenaran dan membasmi kejahatan. Dan berkatku pula , ia menemukan sihir barunya yang tidak kalah mematikan dari sihir lamanya , senjata api. Malam itu , kami makan malam bersama namun ketika aku mengajaknya minum Whisky , Bona menolaknya. Jadi malam itu , di kamar penginapan , kami minim kopi bersama-sama dan ia memelukku di depan perapian. Sebelum terlelap tidur , Bona pun minta maaf , karena telah menyukai , mencintai dan menyayangiku. Bona tahu jika aku sangat menyukai Luna , dan ia menghormati perasaanku. Kubiarkan dia tidur dikasurnya , lalu aku menghidupkan api unggun dan berkemah di tepi pantai. Andai malam itu tsunami menyerbu , maka matilah aku malam itu. Untungnya , tidak ada tsunami. Pagi hari itu , Bona membangunkanku dan membawakanku sarapan. Ia membawakanku sup buntut dan secangkir teh s**u. Ia membelinya dari penginapan. Kami makan berdua , sebelum berencana kembali ke Bogor. “ Jeledar!!!!!!” Letusan dahsyat terjadi. Kopi kami sampai terjatuh dan Bona sempat berteriak terkejut. Asap mengepul tinggi sampai ke langit . Kaca-kaca pecah. Semua orang berkumpul melihat asap yang tinggi mengepul itu, lalu mereka berlarian ke jalanan. Kami ikut berlari ke jalanan. Letupan itu berasal dari komplek gudang senjata milik Legiun Angkatan Darat. Ada kurang lebih ribuan ton bahan peledak dan amuniso di dalam sana , sehingga letupan itu menciptakan ledakan sekotar 3.0 kiloton TNT , sekitar seperlima dari bom Hiroshima. Ada komplek militer di dekat pergudangan itu , dan ada juga komplel pemukiman kumuh. Sekitar 2000 jiwa tewas dan ratusan gedung rusak parah karena ledakan itu. Banyak orang yang menuduh republikan yang meledakkan gudang itu , namun saat itu , aku tidak berani untuk menerka-nerka siapa yang merencanakan ledakan itu. Yang pasti banyak keluarga Legiun AD yang mati ditempat saat ledakan itu terjadi. Bona ikut menolong korban ledakan dahsyat itu. Tidak peduli mereka keluarga legiun , atau pun rakyat jelata , semuanya ia tolong. Ia juga mengajakku dan aku pun menerima. Hari itu , kota Pelabuhan Ratu , ditutup untuk umum. “ siapa yang tega melakukan semua ini” gumam Bona malam itu, di kemah relawan “ Perang memang begini Bona.... kejam dan menakutkan... “ Pihak kerajaan memberikan keterangan resmi kalau separatis Republikan , bertanggung jawab atas ledakan dahsyat itu. Di saat yang sama , Laskar kerajaan menangkap Kolonel Sanjaya , yang diduga terlibat perampokan Bank yang dilakukan oleh Benny Pitak. Aku dan Bona pulang pagi-pagi sekali , bersama para turis dan pengungsi yang ikut berkuda dan berjalan kaki , meninggalkan pelabuhan Ratu. Kami sampai sekitar dua jam setelah matahari terbenam. Suhu mulai naik karena musim semi akan tiba. Aku mengantar Bona ke rumahku sendiri. Sudah berapa bulan aku meninggalkannya dan semuanya masih sama. Aku turun dari kuda dan mengantar Bona masuk ke dalam rumah. “ kau tidak mau kembali? Ini kan rumahmu? “ Bona mengajakku untuk kembali tinggal di rumah. Aku tersenyum dan mengangguk “ kenapa tidak “ ia ikut tersenyum , kami berdua masuk dan akhirnya setelah sekian lama , kami kembali serumah. Aku kembali ke kamarku . Akhirnya aku bersatu kembali dengan barang-barang lamaku. Emas , uang , kolekasi jas dan sepatuku , kecuali senjata yang sudah digunakan oleh Bona dan Handphoneku , yang sudah kuberikan kepada Luna . Luna... Tak kusangka cinta kami berakhir dalam hitungan hari. Tapi yang lalu biarkanlah berlalu. Berbulan-bulan berlalu dan musim semi pun akhirnya tiba. Bunga-bunga kembali bermekaran , wanita-wanita kembali mengenakan kebaya atau pun gaun, dan laki-laki kembali mengenakan kemeja , jaket atau pun jas. Bona masih diam di rumah , meliburkan diri dari profesi sampingannya. Setiap hari ia main game di laptop Jisun , atau pun menonton film dari hp xiao. Lucunya Bona mengaku tidak mengenali Qiao , ketika ia mengenakan pakaian biasa. Ia terlihat seperti orang yang berbeda. Ketika sore , aku melihatnya menukangi sesuatu di bengkel tapi tidak mengizinkan aku melihatnya. Sesekali aku sering meliriknya , entah saat ia bermain game , ketika ia di bengkel , atau pun ketika ia tidur. Aku melihat Xiao di dalam dirinya. Meskipun mereka orang yang berbeda. Terkadang aku ingin memeluk dan menciumnya , tapi aku sadar aku tidak bisa melakukannya. Hidupku dengan Bona , bisa dibilang baik-baik saja setelah kami kembali ke rumah. Tidak ada bunuh membunuh, tidak ada tembak-menembak. Tapi tidak dengan Kerajaan , situasi makin kacau setelah ledakan dahsyat di Pelabuhan Ratu. Meskipun tidak ada bukti , Republikan yang melakukannya , kerajaan menuduh mereka bertanggung jawab. Genosida tidak terhindarkan. Satu helai kain merah putih saja , bisa membuat orang digantung. Orang -orang tak bersalah ditangkap , ditelanjangi , dicambuk bahkan diperkosa. Tidak memandang berapa umur mereka. Perkosaan masal itu tentu saja ditujuankan untuk merusak moral para republikan , sehingga mereka menyerahkan diri , dan memohon keringanan sang Prabu atau pun Adipati. Ratusan menyerah , makin meredupkan harapan untuk kembalinya NKRI. Perdana Menteri menyebarkan propaganda betapa buruk dan korupnya kehidupan di masa republik dahulu. Beliau bercerita tentang kaum-kaum pejabat negara yang sibuk memperkaya diri , berebut jabatan sementara rakyat semakin menderita , beliau bercerita tentang kaum elite yang diperbudak dan haus harta , beliau juga menceritakan tentang aparat dan militer yang arogan , kejam dan tidak tahu peri kemanusian. Perdana Menteri menggambarkan peradaban kita yang dulu , sebagai peradaban yang gagal , penuh kebencian , dan korup. Kebencian tumbuh di dalam diri setiap individu , sehingga mereka menerka-nerka siapa republikan di sekitar mereka. Prabu seperti melegalkan , pembunuhan terhadap individu yang berseberangan dengannya. Sehingga tidak membedakan beliau , dengan pemimpin-pemimpin di masa lalu. “ Telanjangi dia!!! Telanjangi ! Telanjangi! Buat malu! “ Aku dan Bona bahkan pernah melihat remaja perempuan berusia 19 tahun ditelanjangi dan diperkosa di depan umum , hanya karena di duga keturunan Republik di masa lalu. Kami geram bukan main, tapi kami tidak bisa apa-apa. Bona hampir menghabisi mereka dengan pistolnya , namun ia sendiri sadar itu bukan tindakan yang tepat. Kami menyingkir dengan perasaan malu , karena tidak ada yang dapat kami lakukan saat itu. Perlahan demi perlahan , Kerajaan berhasil menghapus jejak republik . Dan kegelapan pun semakin menyelimuti bumi pertiwi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN