Part 2 : Sepenggal Kisah Indah ( eps. 4 )

1479 Kata
Episode 4 Cinta oh Cinta “ Sayang , kamu kemana saja? Lain kali , kalau ingin pergi , kabari aku dulu. Tadi aku sangat khawatir” Aku tidak sempat mengabari Luna jadi wajar saja ia sangat khawatir. Ia memelukku dan kami sempat b******u sekejap di pinggir jalan. Lalu kami berjalan kaki bersama ditengah dinginnya hembusan hawa dingin malam yang lebih dingin dari es. Tapi disampingnya, hawa dingin itu terasa begitu hangat. Kami tiba di rumah , setelah kurang lebih berjalan satu jam. Aku memasak air hangat sementara Luna menyiapkan makan malam. Lalu seperti biasa , kami makan malam bertiga dengan bibinya . Kemudian Luna mandi lebih dahulu, menghangatkan tubuhnya dengan air hangat yang baru aku masak. Bibi menatapku cukup lama sampai beliau akhirnya tersenyum “ Kamu dan Luna itu , pasangan yang serasi sekali. Aku iri. “ Tak ayal aku pun malu mendengar perkataannya. “ Terima kasih Bibi “ sahutku ramah. “ ini mungkin tiba-tiba , tapi apakah kau dan Luna , sudah merencanakan sesuatu? “ Lalu kujawab “ Sejauh ini belum Bi... “ dan Bibi agak terlihat kecewa “ Ah begitu ... “ dan tak lama Luna keluar dari kamar mandinya. “ Sayang? Kamu mau mandi sekarang ? “ tanyanya manja “ ah tidak , mungkin nanti , aku ingin menghabiskan teh buatanmu dulu “ Luna membuat teh cukup banyak sehingga ketika teh itu habis, Luna sudah tertidur di kamarnya. Ketika aku ingin mandi , bukan cuma tidak hangat lagi , namun air di kamar mandi sudah habis tidak ada lagi. Seperti biasa Bibi suka sekali membuang-buang air “ Ah, kurasa besok pagi-pagi aku menimba air lagi “ gerutuku. Tapi aku tetap harus mandi setelah petualangan konyolku siang tadi. Aku akhirnya menumpang mandi di toserba milik Jinny. “ Malam Jinny , aku mau menumpang mandi.” Namun bukan langsung menjawab, tapi Jinny justru sempat terdiam lama. Wajahnya memerah dan tak lama ia pun tersadar dari lamunannya. “ ah iya , mandi cukup sepuluh ribu aja. Kamarnya di belakang ya.” Jinny Aku langsung ke belakang dan masuk ke kamar mandi. Setidaknya ada bathup dan airnya sudah panas dingin. Yah walaupun cukup mahal , sepuluh ribu sekali mandi, setidaknya aku bisa memanjakan diri setelah membunuh begundal-begundal itu. Namun tak lama , Jinny masuk ke kamar mandi, hanya dengan mengenakan handuk. “ mau aku bantu? “ “ Bo...leh “ Jinny hanya mengenakan handuk sehingga aku dapat melihat pangkal paha dan belahan dadanya. Aku dapat merasakan sentuhan jemarinya , menggosok-gosok tubuhku. Ketika ia menungging, aku bahkan dapat melihat s**********n dan v****a perawannya. Lalu ketika jemarinya menyentuh batang kemaluanku. “ aduh...” “ eh? Kenapa? Sakit ya? “ Jenny terkejut ketika aku berteriak. Ia masih perawan dan jika aku jahat , aku bisa saja memperkosanya. Namun aku tahu aku tidak akan melakukannya. Jemarinya kembali menyentuh penisku dan ia pun dengan sengaja mengocok-ngocoknya. Tak lama , handuknya tak sengaja terlepas sehingga terlihatnya tubuh bugilnya yang indah. “ Jinny .... “ dengan manjanya ia menjawab “ Ya? ” Dan saat itulah air maniku menyembur di genggaman tangannya. Ia terus mengocok penisku , dan membiarkan jemarinya penuh dengan air maniku. Ia memanjakanku dengan kocokan jemarinya yang masih sangat halus. Beberapa menit kemudian, ia justru ikut masuk ke dalam bath up dan akhirnya kami minum-minum whisky bersama. “ Ya gitulah kak, kadang aku heran. Kenapa sih cowok pada suka sama Luna, sedangkan aku , sampe sekarang aja , gak ada cowok yang suka “ gerutunya. Ia curhat soal dirinya , panjang lebar sambil meneguk whisky-whisky itu. Ia juga bercerita kalau ia dan Luna juga sempat suka dengan lelaki yang sama. Namun lelaki itu lebih memilih Luna . Dan sekarang , saat sedang mabuk, ia tak sengaja mengucapkan itu padaku. “ Aku suka cowok kayak kamu , gagah , macho , tapi bisa lucu juga, bisa diajak curhat juga. Tapi aku heran, cowok kayak kamu tuh, kok pasti sukanya ama Luna. Iri akutu sama Luna, ia dulu selalu cerita kalau nanti ia jadi nikah sama cowok itu, ia bakal jadi nyonya. Punya rumah , punya pelayan , punya barang-barang bahal, punya emas. Dulu aku iri banget dengernya. Tapi... waktu Luna diputusin... aku... aku juga sedih.... “ kesal, ia menyiram-nyiram tubuhku dengan air baik. “ Benci! Benci! Benci! Aku juga cantik tahu! “ Anak ini sudah terlalu mabuk dan aku sempat berpikir untuk memperkosanya. Namun akhirnya, alih-alih membantuku mandi, justru aku yang harus membersihkan tubuhnya dan mengeringkannya , dan menggendongnya ke kamar. Aku beruntung dia tinggal sendiri sehingga satu-satunya saksi , adalah remaja laki-laki yang berjaga di kasir. “ Kamu gak lihat apa-apa? Okey?” “ Okey om!!!!!” Dan aku harus membayarnya 10 ribu untuk uang tutup mulut. Luna dan Jinny , ternyata sempat menyukai pria yang sama. Namun sepertinya , Jinny mengalah , dan akhirnya Luna yang mendapatkan pria itu. Tapi pada akhirnya Luna dan pria itu berpisah, sehingga Luna akhirnya bekerja di Bogor menjadi Pramuria. Gadis-gadis yang malang. Aku istirahat total setelah apa yang aku lalui kemarin. Aku sarapan dengan Luna , lalu seharian aku istirahat di sofa. Ketika sore hari , Luna berangkat kerja dan aku masih istirahat di rumah, aku merasa seluruh tulangku remuk. Belum lagi bekas tembakan itu masih terasa nyeri. Luna masih belum melihatnya dan aku tidak ingin ia tahu. Aku lalu sengaja jalan kaki ke tempat kerja Luna , untuk menjemputnya. Pagi itu , sebelum berangkat , ia sempat bilang kalau ia ingin melamar kerja di theater musical. Ia sangat ingin menjadi artis musikal dan sudah menjadi tugasku untuk menyemangatinya, namun apa yang kulihat malam itu, sungguh menghancurkan hatiku. “ Sudah ! Sudah kubilang jangan ganggu aku lagi! Aku sudah bahagia!!” “ Secepat itukah kau melupakanku! Sudah kubilang , aku pergi, bukan untuk meninggalkanmu adindaku! Kau tahu saat itu aku tidak bisa menikahi rakyat jelata! Tapi sekarang berbeda! Aku bisa menikahi siapa saja! Dan aku ingin kamu!!” Pria itu, kekasih pertama Luna, ternyata adalah Adipati Mandala yang baru saja naik tahta. Aku hanya melihat dan mendengar percakapan mereka dari kejauhan. “ kau tak tahu apa yang aku lalui saat aku kehilangan kamu. Aku menjual harga diriku, karena memang kupikir , aku sudah tak punya lagi. Aku kesepian , aku merasa menjadi orang paling hina karena kau merenggut kehormatanku dan lari. Kau tahu bagaimana nasib wanita hina sepertiku di negeri ini! Kau tahu! Sekarang aku sudah bahagia , jadi kumohon jangan ganggu aku lagi. “ Luna ingin pergi tapi Mandala menahan lengannya “ Menikahlah denganku adinda Luna. Hanya kau lah yang aku cintai. Tak seharipun berlalu tanpa aku memikirkanmu , sayangku “ Jijik , rasanya ingin kucaput Revolver Ruger di pinggangku itu , lalu kutembakkan ke kepalanya. Aku cemburu. Tentu saja aku cemburu. Mata Luna berkaca-kaca , dan mata lelaki itu pun ikut berkaca-kaca. Dari tatap mata itulah , aku sadar , bahwa yang ia masih lebih mencintai kekasih pertamanya. “ Tak seharipun berlalu tanpa aku memikirkanmu kakanda. Aku... aku masih mencintai. Dan sampai kapan pun begitu. Tapi kurasa, biarlah cinta itu berlalu karena sekarang aku sudah baha... “ Dan saat itulah Mandala menariknya dan mencumbu bibirnya di depanku. Jantungku terasa hancur. “ LO ITU MANJA!! LO ITU LEMAH!!!!” Kata-kata dari masa lalu itu seketika menghantui pikiranku sehingga aku tak mampu mencabut revolverku. Mataku berkaca-kaca dan seperti anak ingusan, aku menangis. Luna menyadari kehadiranku dan segera berlari mengejarku. “ EDI!!!!! TIDAK!! EDI!!!!” Dan ia sempat memegang tanganku “ TIDAK EDI!! AKU HANYA MENCINTAIMU!! AKU .... AKU CUMA PUNYA KAMU EDI! MANDALA... MANDALA BUKAN SIAPA SIAPA!” Dibelakangnya aku melihat Mandala yang baru saja mencium dan mencumbunya di depan mataku. “ Luna... kurasa.... lebih baik kita akhiri saja. Kau tidak perlu memaksakannya. Tatap matamu itu, aku paham , kau masih sangat mencintainya “ aku berbalik dan lagi-lagi , Luna kembali berusaha menghentikanku “ EDI!!!! Jangan sok tahu dulu!!!” dan saat itulah , dia muncul. “ sejari saja kau sentuh laki-laki itu, maka timah panasku yang akan melubangi dahimu “ Bona tiba-tiba muncul, dan sudah menodongkan revolvernya tepat ke kepala Luna. Mandala mencabut pistolnya dan saat itu juga “ JEDAR!!” hantaman peluru Bona , membuat pistol Mandala terpelanting “ Edi... siapa perempuan ini...” dengan dinginnya , aku menjawab “ Selamat tinggal Lunaku ..... “ Dan aku langsung berbalik meninggalkannya. Jinny juga hadir malam itu dan aku sempat melihatnya. Cintaku dan Luna , tak kusangka akan berakhir seperti cintaku dan putri. Aku sempat mengira , kalau aku dapat bahagia dan hidup tenang , bersama gadis mungil , gadis cantik yang aku selamatkan di rumah bordir itu. Rupa-rupanya , aku salah. Bukan ciuman itu yang aku tangiskan , namun api asmara masa lalunya , yang membuatku memilih pergi. Aku berkuda meninggalkan Bandung , dan kembali ke bogor bersama Bona. Akhir dari Chapter 2 apakah kalian yang membaca menyukai  dan cerita yang saya tulis?apakah kalian menunggu kelanjutannya?silahkan tinggalkan pesan di comment dan follow.biar saya makin semangat untuk menulis dan melanjutkan ceritanya... Thanks for your support guys....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN