BAB 6 Kembali

1350 Kata
Gira menghela nafasnya, ia melihat dengan pandangan lurus ke depan. Keadaan kantor sedang repot karena mengurus pekerjaan ditambah Gira yang juga harus mengurus perempuan satu lagi. "Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Gira dengan aura dinginnya. Julia mengusap tengkuknya, merasakan hawa bagaikan di kutub Utara yang penuh dengan es. "Iya sayang." Gira menggelengkan kepala, sungguh sial ia kembali dipertemukan dengan Julia lagi bukannya sadar perempuan itu malah semakin menjadi-jadi mendekatinya bahkan dengan terang-terangan sekarang menggodanya. "Dengar. Saya tidak punya waktu untuk meladeni lelucon konyol mu itu. Saya sedang sibuk, jadi silakan pergi." Gira mengangkat tangannya dan menyuruh Julia untuk segera berdiri. Namun Julia yang pada dasarnya batu pun menggelengkan kepalanya, melipat kedua tangannya dan membelakangi Gira. "Tidak. Aku akan tetap disini." ucap Julia kekeuh. "Terserah." dengan perasaan kesal Gira kemudian berlalu pergi meninggalkan Julia yang masih duduk di sofa ruang kerjanya. Mengusir rasa bosan karena ditinggal Gira sendirian di ruangan itu. Julia lalu menyalakan televisi dan mulai menonton, ia pun tidak sungkan mengambil camilan yang ada di ruangan tersebut dan beberapa minuman di kulkas. Julia berdecak ketika suara handphone di tasnya itu mengganggu ketenangannya, Julia mengambil handphonenya dan mengernyit mengetahui jika Katie yang menelepon. "Ada apa?" "Aku, aku lagi disekolah." "Aku tidak berbohong, coba saja cek." "Oke aku mengaku, aku lagi bersama Gira." "Astaga suaramu keras sekali Katie. Aku sudah lama tidak bertemu dengan Gira, takdir memang merestui kami makanya kami bisa kembali bersama lagi." "Aku tidak menemuinya, aku bilang takdir yang menemukan kami. Sudah, aku akan ceritakan nanti malam di rumah, dan sebaiknya kamu tetap diam aku tidak mau Papa kembali mengurung dan menjauhkan aku dari Gira, aku sangat tersiksa karena itu." Julia mematikan layar handphone lalu meletakkan di atas meja. Kembali menatap pada layar televisi, Julia terkejut saat tiba-tiba remote tv yang berada di tangannya terjatuh. Saat Julia akan meraihnya, Julia melihat sebuah sepatu yang berdiri di depan matanya. Julia mendongak menatap Gira yang diam dengan tatapan dingin melihat pada Julia. "Gira." Langsung saja Julia merapikan dirinya dan berdiri menghadap kepada Gira, pria itu masih terdiam. Kepalanya kemudian menoleh menatap ke atas sofa yang penuh dengan kulit kacang juga meja yang terlihat kotor dengan noda minuman. "Itu, aku akan membereskannya. Tenang saja, aku hanya merasa sedikit bosan." Julia meringis dan segera mengambil semua sampah yang dia buat di dalam ruangan Gira. Sambil membersihkan meja, Julia sesekali menoleh pada Gira. Pria dingin itu sudah duduk di kursi besarnya dengan tatapan lurus ke depan. Setelah dirasa sudah bersih kembali, dan Julia yang kelelahan lantas berbaring di sofa. Tangannya terangkat menggapai ke atas, entah sedang berkhayal Julia tertawa-tawa sambil terus menyebut nama Gira hingga kedua matanya tertutup. "Menganggu sekali." Gira berdecak kencang, mengambil selimut di lemari dan melemparnya tepat mengenai wajah Julia. "Lihat. Sudah dilempar juga tidak bangun, jika dibuang ke jendela juga pasti tidak akan bangun." ucap Gira. "Urus dia dan setelah itu pesankan taksi ke rumahnya. Saya masih banyak kerjaan." Gira melewati Elliot yang mengangguk setelah menerima perintah atasannya itu. Elliot menatap kasihan pada Julia, ia bisa merasakan jika perempuan itu sepertinya sangat kelelahan sampai tertidur dengan mengorok. "Ternyata Pak Gira ganas juga ya. Kasihan Mba Julia, pasti sangat sengsara karena mencintai Pak Gira." Elliot dibantu beberapa pekerja wanita segera membersihkan ruangan Gira dan bersama-sama mengangkat Julia untuk dipindahkan ke dalam taksi tentunya setelah ia dibersihkan dan digantikan dengan pakaian milik Gira. "Mba Elliot, serius tidak apa-apa kita pakai baju Pak Gira untuk perempuan itu, kalau Pak Gira marah bagaimana?" "Udah Iggy, pria mana yang akan marah pada kekasihnya, lagipula itu hanya baju dan jika Pak Gira tidak mau bisa dibuang kan." "Benar juga. Uang Pak Gira tidak akan habis hanya karena satu baju." Elliot menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Iggy. Kedua perempuan itu lalu meninggalkan ruangan Gira dan hendak menuju meja kerja mereka. Gira berjalan cepat menuju ruangannya, Elliot dan Iggy yang kebetulan melewati langsung membungkuk menyapa Gira. "Apa ruangan saya sudah dibersihkan? Perempuan itu sudah pulang?" tanya Gira. "Sudah Pak, Mba Julia juga sudah kami antar pulang kerumahnya." jawab Elliot, Iggy mengangguk membenarkan. Gira lalu mengangguk dan kembali berjalan ke arah ruangannya untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena Julia. Tidak terasa langit yang sebelumnya masih cerah kini sudah berubah gelap. Pria yang masih berkutat dengan laptopnya itu menaikkan lengan kemejanya dan melihat pada jam tangan, waktu yang sudah menunjukkan pukul 21.40 membuat Gira kehabisan waktu untuk bersantai. "Perempuan itu, bagaimana bisa aku bertemu dengan perempuan seperti dia. Apa tidak ada wanita lain yang tidak membuatku pusing seperti perempuan itu." Gira berjalan meninggalkan layar laptopnya yang mulai meredup, kedua kakinya melangkah menuju lemari baju yang biasa ia simpan jika dirinya tidak ingin pulang dan menginap di kantor, Gira yang terus mengeluarkan rasa kesalnya terhadap Julia kemudian tersadar saya hendak mengambil bajunya yang tidak berada di gantungan baju tersebut. Heran, karena biasanya baju itu tidak pernah lepas dari gantungannya bahkan kalaupun di cuci Gira pasti sudah tahu itu karena dia sendiri yang mencuci bajunya. Tidak mungkin baju punya kaki dan berlari. "Astaga." Gira memukulkan tangannya pada lemari, ia teringat pada Julia yang tadi siang berada di ruangannya. Gira yakin pasti Julia dalang di balik hilangnya baju itu. "Aku tidak akan melepaskan mu, Julia Zendaya." *** Julia terbangun dari tidurnya karena terbatuk-batuk dan merasakan serat di bagian lehernya. Dengan cepat ia meraih gelas dan meminum air putih, setelah batuknya hilang Julia yang hendak turun dari kasurnya sesaat terdiam. Kedua matanya menatap pada pantulan di cermin, perlahan tangannya mengusap kaos polos hitam yang terlihat sangat kebesaran di badannya yang kecil. "Aku tidak ingat kalau aku punya baju ini." ucap Julia masih mengusap penasaran pada baju di badannya itu. Beberapa detik kemudian Julia melebarkan bola matanya. Apa yang dia lakukan di perusahaan Gira siang tadi kembali teringat sampai Gira yang marah karena Julia mengotori ruang kerjanya dan berakhir Julia membersihkan sampai ia ketiduran. "Tidak. Aku mencuri baju Gira." seru Julia, dia yang akan melepaskan baju tersebut tiba-tiba hening, Julia menurunkan kembali tangannya dan senyuman nakal tercetak jelas di bibirnya. "Bagaimana mungkin aku yang tertidur dan memakai sendiri baju ini. Aku bahkan tidak punya riwayat tidur berjalan, jangan-jangan Gira." Julia menutup mulutnya terkejut, semua yang ada dalam pikirannya membuatnya lalu tersipu malu. "Bagaimana ini, aku sudah tidak perawan. Apa-apaan Gira tidak membangunkan aku jika ingin hal itu. Aku kan bisa saja memberikan dengan rela." Julia kembali duduk di tempat tidurnya, tidak hentinya tersenyum dan membayangkan adegan panas Gira yang berada di atas dirinya, membayangkan hal itu membuat Julia kesal karena tidak bisa menikmatinya dengan kondisi sadar. Tiba-tiba handphone miliknya yang berada di atas meja belajar bergetar. Julia turun dari tempat tidur dan berjalan untuk mengambil handphonenya itu. "Ada apa malam-malam begini?" tanya Julia pada seseorang di seberang sana yang kemudian menjawabnya dengan berdecak. "Kamu bilang mau cerita. Apa kamu sudah pikun perlu aku asah kepalamu di rel kereta." "Marah-marah terus kamu, Katie. Lagian kamu telepon sudah malam begini, ganggu orang tidur aja." "Sejak kapan kamu tidur cepat, ini bahkan baru jam 9 malam Julia. Kamu biasanya tidur jam 2 malam." "Oh, aku belum melihat jam. Itu karena aku tertidur sejak tadi siang." "Apa? tunggu, kamu tidur di kantor Gira. Ya Julia..!" "Katie. Itu benar, tapi kamu harus tahu satu hal kalau aku dan Gira, kami sudah.." "Sudah apa, jangan di jeda langsung saja." "Ihhh Katie, kamu serius tidak paham maksudku." "Apa sih Julia. Jelasin makanya." "Makanya kamu punya pacar biar ngerti apa yang aku maksud. Aku dan Gira sudah melakukan itu." "Kenapa kau jadi bawa-bawa status." "Tunggu, apa kamu bilang. Melakukan 'itu'." Julia menggigit bibir bawahnya dan mengangguk, meskipun Katie tidak melihat namun temannya itu bisa merasakan. "Katie, aku sungguh tidak tahu kapan Gira melakukan itu. Sepertinya siang tadi saat aku tertidur di ruangannya, dan aku bangun tidur sudah berada di rumah dengan pakaian Gira yang sekarang aku pakai." "Pria b******k. Apa lagi yang dia lakukan padamu Julia, jawab aku..!!" "Tidak ada Katie. Aku bilang aku tertidur, aku tidak ingat jelas. Aku juga menyesal karena tidak menikmatinya secara sadar, padahal itu hal yang aku tunggu-tunggu bersama dengan Gira." "Julia, aku rasa kepalamu benar-benar akan aku asah di rel kereta. Tunggu, aku akan ke rumahmu dan memberitahu orangtuamu."  "Apa? tidak Katie jangan lakukan itu..!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN