“WOI!!!!”jeritku menjeda kegiatan Kalila dengan Rey suaminya begitu aku sampai rumah om Edward.
Bukan mikir malah santai banget berciuman lagi setelah tertawa melihatku.Anak jendral resek!!!.
“Udah ah kasihan tar ngiler”jeda Rey melepaskan ciuman Kalila.
Kalila tertawa lalu turun dari pangkuan suaminya.Membereskan baju daster hamilnya lalu menghampiriku.
“Anak anak elo pada kemana?,enak banget malah indehoi”omelku.
Rey tertawa.
“Bang Eno…..lindu…..”rengeknya memelukku.
Kalo udah manjanya keluar,aku tak tega untuk tidak menurut.Aku mencium kepalanya dan Kalila tergelak setelah itu santai berjinjit mencium pipiku.
“Bau sih Kale lo”ledekku.
“Bau apa?”tanyanya lalu beranjak duduk di sebelah suaminya yang tertawa.
“Bau klorofrom”cetusku.
Rey terbahak.
“Kamu udah cuci tangankan ya yang abis operasi tadi?”tanya Kalila serius dengan mencium telapak tangan suaminya.
“Reno bercanda Kal,kalo beneran,kamu bisa pingsan trus aku suntik kamu”jawab Rey.
Gantian Kalila tertawa lalu meringis mengusap perutnya yang membesar.
“Rasain!!”cetusku meledek.
Kalila tersenyum saat aku duduk si sofa lain ruang tengah rumah om Edward.
“Tumben ke sini?”tanyanya.
“Lah gue sering kesini ketemu emak elo,minta makan”jawabku.
Kalila tertawa lagi,aku yang meringis melihatnya.Jadi ingat Kezia,badan dia kurus banget,Kalila yang agak gemuk aja,bikin aku meringis melihat perutnya yang membesar seperti mau meledak.
“Bunting mulu sih Kal,anak elo bukan masih kecil?,itu berapa bulan?”tanyaku meringis.
“Lah serah gue,bikinnya juga enak ya yang?”tanyanya sambil mengelus pipi Rey.
Rey tertawa sambil mengangguk.
“Bikin mah jagoan gue,masalahnya gue ngeri ngelihat perempuan bunting”jawabku.
“Udah kodrat perempuan Ren,yang gak bisa hamil malah bingung.Gue malah senang Kalila hamil lagi”jawab Rey dan di hadiahi ciuman oleh Kalila.
Aku jadi tersenyum melihat pasangan ini.
“Aman kan kehamilan Lila?”tanyaku serius.
Rey tersenyum.
“Aman sih,kan kemarin normal juga.Kalo operasi agak riskan kalo kehamilan rapat kaya gini”jawab Rey.
Aku manggut manggut.
“Bokap mana sih?”cetusku.
“Anak gue udah bisa jalan,jadi dia deman ngejar ngejar di taman komplek,heran padahal ribut trus sakit pinggang”jawab Kalila.
“Yang….udah dong,biar aja.Kamu juga jadi bisa istirahat kan kalo Nina sama Thor di momong papa mamamu”tegur Rey.
Kalila tersenyum.
“Minta laki lagi Ren,bokap kaya niat bikin pasukan tentara”lapor Kalila.
Aku jadi tertawa.
“Anaknya cewek semua,bikin pening lagi.Pasti minta laki,Alice kan anaknya cewek”jawabku.
Mereka berdua tertawa.
“Ada apa cari bokap?,bukan urusan sengketa bini orang kan?”tanya Kalila.
Aku terbahak.
“Gue udah insyaf,ternyata ambil punya orang gak enak.Bisa di ambil lagi pas lagi sayang”gurauku.
Rey tertawa.
“Dia pikir kita percaya kali dia bisa sayang sama perempuan?”ejek Kalila.
Gantian aku tertawa.
“AYAH……..”jeritan riang terdengar.
Kami serentak menoleh dan menemukan Nina dan anak lelaki Kalila dan Rey yang berlarian ke arah Rey yang bangkit menyosong dari gendongan om Edward dan istrinya.
“Sayang ayah…….”jawab Rey lalu menciumi wajah anak anaknya.
Aku tersenyum lalu bangkit saat om Edward mendekat.
“Mau apa begundal kesini Kal?”tegur om Edward.
Aku tertawa lalu mencium tangan kedua orang tua Kalila.
“Numpang makan om”jawabku.
Tante Anneke tertawa.Om Edward duduk dan Kalila langsung memeluk lengan om Edward mengabaikan Rey yang di buat sibuk anak anak.
“Serius mau makan Ren?,tante siapin ya!!”katanya masih berdiri.
Aku menggeleng.
“Makasih tan.Ada perlu sama om”jawabku duduk lagi.
“Okey….papa mau kopi gak?,katanya pening”tanyanya pada om Edward.
“Gak kopi lagi Pah,teh aja”sela Rey padahal sedang mengelap kaki anak anak setelah dia membuka sepatu mereka dengan tissue basah.
Om Edward tertawa.
“Gak enaknya punya mantu dokter begitu,ada sensor.Padahal ngeluh sakit sendi doang”keluh om Edward.
“Siapa yang setuju nikahin anaknya sama dokter”sanggah Kalila.
Om Edward terbahak.
“Pura pura nyesel Ren adikmu,padahal pas baru pertama kali kencan udah santai di sosor dokter”ledek om Edward.
Kalila terbahak lalu mencium pipi om Edward.
“Udah jadinya apa pah?”jeda tante Anneke yang ikutan tertawa.
“Teh aja,ada Rey,hormatin perintahnya dan hargai upayanya biar papa tetap sehat jadi tetap bisa lihat jagoan Lila lahir lagi”jawab om Edward.
Rey dan Kalila tersenyum saat om Edward mengusap perut buncit Kalila.
“Kakung sayang……”rengek Kalila lalu menyusup memeluk papanya.
“Everything for you dear”jawab om Edward.
Kami tertawa.
“Kamu mau minum apa Ren?”tanya tante Anneke.
“Kopi tante,urusanku sama om Edward pasti bikin pening”jawabku.
Om Edward seketika menatapku.
“Urgent?”tanyanya serius.
Begini ini orang tua,serius dikit pasti langsung khawatir.Aku jadi menghela nafas dulu.
“Lumayan……”desisku.
“Pindah ruangan papa deh,kasihan Reno kalo kena masalah lagi”kata tante Anneke.
Tuh benar kan orang tua tuh begini,makanya bawel kaya gimana pun papaku,pasti aku nurut.Om Edward dan tante Anneke yang bukan orang tuaku aja peduli padahal mereka tau aku bangor,jadi jangan suka ngelawan sama orang tua.Adanya diri seorang anak,mau baik sampai buruk sekalipun mereka pasti menerima.
“Pindah Ren!!”perintah om Edward bangkit.
Aku menurut setelah menunduk mencium pipi Kalila dan pipi tante Anneke.
“Masih aja godain bini orang”omel tante Anneke sambil menepuk bahuku.
Aku tertawa lalu menyusul om Edward.
“Apa lagi sekarang?”tanyanya setelah duduk di kursi kerjanya.
“Galak amat jendral”jawabku lalu mengambil tempat di depan meja kerjanya yang luas.
Dia menggeleng pelan.
“Cariin cewek om!!”pintaku.
Om Edward terbahak.
“Bukannya kamu lebih jago,om gak jago soal ini”jawabnya.
Aku berdecak lalu mengambil kertas di saku celanaku.
“Udah ada ceweknya cuma aku gak tau dia tinggal di mana”jawabku sambil menyerahkan kertas biodata dan foto Kezia yang di ambil om Edward.
Dia membacanya,aku pikir cuma butuh sekilas,ternyata dia menatap lama pada foto Kezia.Apa karena ukurannya yang cuma 4 x 6 ya,kan pasphoto untuk lamar pekerjaan,masa ukuran 10 R.Tapi aku diam tidak menjeda.
“Gadis ini…..wajahnya….bukan!!.....”ralatnya lalu terdiam.
Aku jadi menegang,kalo teroris seperti Maina,kan kusut juga aku.
“Om kenal?”tanyaku deg deg an.
Om Edward menatapku.
“Garis senyumnya Ren….mirip Imelda….”desis om Edward.
Aku tersenyum,gak cuma aku,om Edward aja sadar mirip mamaku.Imelda Tatia Isman.Om Edward yang semenjak SMA bersahabat dengan tante Inge pasti mengenal baik mamaku yang jadi ibu buat tante Inge karena nenekku meninggal ketika tante Inge SMP.Makanya tante Inge dulu tomboy.
“Lalu siapa dia,kamu naksir?”tanya Om Edward.
Aku tertawa.
“Andra sama Brian Syahreza suruh om cari keberadaan seorang gadis karena mereka jatuh cinta,om akan bantu kalo kamu seperti mereka juga”kata om Edward.
Aku berdecak.
“Gadis itu ABG om,baru 22 tahun,aku kaya pacaran sama keponakanku sendiri”jawabku.
Om Edward mengerutkan dahinya.
“Menurut om gak masalah,sepanjang dia perempuan dan masih single.Masalahnya apa?,bagus dong kamu awet muda kalo nikah sama ABG”jawabnya.
Aku tertawa lagi.
“Tar bikin aku repot kalo terlalu kecil om”
“Kamu bisa tanganin Gladis dan Kalila,mereka kurang manja gimana”sanggah om Edward.
Aku diam,benar sih.Mereka berdua nurut sekali sama aku walaupun aku harus ngomel.
“Sekrang om tanya,kamu mau apa kalo om berhasil menemukan identitas gadis ini?,sepele Ren!!,apalagi ada fotonya.Andra sama Brie cuma kasih nama gadis yang sekarang jadi istri mereka.Om bisa sejam nemuin gadis yang kamu suruh jari kalo biodatanya sampai nama lengkap seperti ini.Cuma om mau tau niatmu apa terhadap gadis ini.Om tidak mendukung tindak criminal sekecil apa pun”katanya keras.
Kalo aku gak kasih tau alasannya,mana mungkin om Edward mau bantu.Aku menghela nafas,masalahnya aku sendiri bingung aku mau apakan gadis ini.
“Aku kasihan om….”desisku menyerah.
Aku menatap om Edward yang serius menatapku.Aku berhenti untuk mengukur reaksinya.
“Kenapa?”tanyanya dengan tatapan tajam dan membuatku menunduk.
“Aku bertemunya di club malam…dia pelayan…”lanjutku.
Om Edward mengangkat sebelah alisnya masih menatapku.
“Aku kasihan karena dia tidak punya ibu kaya aku…..”kataku lalu menghela nafas pelan.
Om Edward masih diam.
“Aku kasihan karena dia harus kerja di club malam sementara papanya sendiri di rumah dan gak tau apa yang dia kerjakan.Kalo aku tau identitasnya,aku mungkin bisa menawarinya pekerjaan di kantorku.Gak tega aku om…..aku ingat papaku yang sering sendiri juga di rumah….”kataku pelan.
Hanya jawaban itu yang ada di pikiranku.Aku kasihan terlepas dia hamil dalam mimpiku.Apalagi kalo dia benaran hamil.Banyak kan perempuan yang saking cintanya pada lelaki mau bekerja keras.Bisa jadi dia korban.
Terdengar helaan nafas om Edward.
“Om bantu cari,tapi kamu mesti buktikan kalo kamu punya niatan baik pada gadis ini.Benar kamu,kasihan kalo tidak di bantu”jawab om Edward dan membuatku lega.
“Makasih om!!”cetusku semangat.
“Ada lagi gak?”tanyanya sambil membereskan kertas yang aku berikan ke laci meja kerjanya.
“Itu aja om,aku udah jadi good boys”jawabku.
“Begundal!!,bastart baru benar!!”omelnya lalu bangkit.
Aku tertawa lalu ikutan bangkit.
“Sana temui tantemu,minta makan!!,rambutmu masih basah,berarti kamu baru mandi dan langsung kesini,belum makan kan?”tanyanya sambil beranjak ke pintu.
Aku tertawa sambil mengacak rambutku.Tau aja pak Jendral.Aku jadi mengekor lagi keluar ruangan kerjanya.
“MAH!!!!,mana tehnya!!,kasih makan tuh anak begundalmu!!!”perintah om Edward saat tiba di ruang tengah rumah lagi.
Semua tertawa.
“Ayo makan Ren!!,nanti kamu sakit!!”ajak tante Anneke.
Aku tentu saja menurut.
“Jangan ngiri loh Kal,emak elo gak punya anak laki,jadi gue di adopsi,ayo mah makan….aku laper….”ledekku sambil merangkul bahu tante Anneke yang sudah tertawa memgikuti tawa Kalila menuju ruang makan.
Rey sudah tiduran menemani dua anaknya yang asyik menyusu dari botol di karpet dan menonton TV,Kalilanya juga santai main handphone di sofa yang jadi bersandar di bahu om Edward yang duduk lagi di sebelahnya.
“Duduk situ,tante siapin”perintahnya begitu sampai meja makan.
Aku menurut dan menciumi wajahnya begitu makananku siap.
“Aku serius soal jadi anak adopsi tante,aku mau kok tante jadi mamaku”kataku sebelum makan.
“Iya….walaupun Inge bakalan ngamuk karena posisinya jadi mamamu jadi terbagi.Udah makan,tante belum anter teh buat om,nanti ngomel”pamitnya tapi sempat mencium kepalaku.
Aku tersenyum.Aku ternyata si sayang banyak orang.Buktinya tante Anneke kembali lagi dan menemani aku makan sambil mendengarkan omonganku yang konyol.
Aku sempat berpikir om Edward tidak membantuku karena sudah tiga hari lewat,dia belum menghubungiku,aku mau tanya,aku takut jadi aku diam.Tapi lalu aku bersorak saat menjelang sore dan dia masuk ruanganku lalu duduk di kursi depan meja kerjaku.
“Kopi Ren!!,mumpung Rey gak ada”pintanya.
Aku langsung menurut dan meminta dua cangkir kopi sekalian untukku melalui telpon pada sekertarisku.
“Dari mana om?”tanyaku basa basi.
Dia berdecak pelan.
“Kopi dulu buruan!!”rengeknya.
“Sabar sih….pantes tante Anneke bilang om bawel”jawabku.
Dia tertawa.Untuk OB kantor gerak cepat menyediakan kopi,jadi keburu anteng pak jendral.
“Rey gak tau nikmatnya kopi,dia penikmat s**u”komennya setelah meminum kopinya.
Aku tertawa.Mantunya dokter,pasti tau penyakit,caffeine kan gak bagus.
“Dari mana sih Om?”ulangku.
“Dari rumah Kalila anter tante,Rey mulai berisik dan minta ada yang menemani Kalila yang hamil aja baru 5 bulan,Rey nya berisik kaya Kalila udah mau beranak”jawabnya.
Aku tertawa lalu ikutan menyeruput kopiku.
“Ini soal Kezia Freya Alatas”cetusnya tiba tiba.
Aku buru buru menaruh cangkir kopiku.
“Om udah ketemu?”tanyaku antusias.
Dia berdecak pelan.
“Dari kamu pulang dari rumah om,om udah tau kok”jawabnya.
“Itu sih……”protesku.
Dia tertawa.
“Hanya mengetes kesabaranmu.Kalo kamu terlihat tergesa dan menekan om,bisa jadi kamu punya niat buruk.Ternyata kamu sabar dengan diam menunggu,berarti kamu tak punya niat jahat”sanggahnya.
“Aku cari mati kalo mau jahatin orang yang identitasnya om yang cari.Kepalaku bisa pecah sama tembakan om”jawabku.
“Bagus deh kalo kamu faham”jawabnya santai.
Aku menggeleng pelan.
“Dengar om kali ini!!”perintahnya.
Aku mengangguk.
“Soal gadis ini,Kezia.Om rasa tidak Cuma om yang akan meledakkan kepalamu kalo kamu berbuat tidak baik padanya,tapi papamu juga pasti begitu”kata om Edward dan membuatku mengerutkan dahiku.
“Kok bisa,papaku kenal sama Kezia?”tanyaku.
“Papanya relasi bisnis papamu,tapi kena apes karena pengerjaan proyek mangkrak dari investor bodong.Semua asetnya habis tidak tersisa dan terlilit hutang,bahkan pada perusahaan Cipta Karya Trackindo”jawab om Edward.
Itu nama perusahaanku.
“Siapa?”tanyaku.
“Adnan Alatas,pemilik Megah Adikarya Agung”jawabnya.
Aku diam.Aku gak kenal.
“Adnan Alatas juga kehilangan istrinya sama seperti papamu,itu yang membuatnya drop juga saat usahanya di hantam masalah.Papamu yang bersimpatik pada kondisi Adnan karena tau rasanya kehilangan istri apalagi saat tau anaknya lebih kecil dari kamu,membuat papamu membebaskan Adnan dari hutangnya pada perusahaannya”jelas om Edward.
Aku jadi terdiam.Aku pantas aku tidak mengenal,baik perusahaan maupun Adnan Alatas itu.
“Ini alamat Kezia”jeda om Edward memberikan secarik kertas yang aku terima dan aku baca agar aku ingat.
“Om mendukung kalo kamu memberikan pekerjaan pada Kezia,bisa jadi kehidupannya memang sulit setelah ayahnya bangkrut atau malah lebih sulit lagi,kalo sampai dia kerja di club malam.Atau kamu bisa menikahinya”saran om Edward.
Aku menggeleng pelan.
“kaya nabi aja om ,masa ngebantu perempuan mesti dengan cara di nikahin”jawabku.
“Dari pada tuh perempuan cuma kamu cabuli”jawabnya.
Aku tertawa.
“Ren,om sih gak kebayang kalo harus jadi Adnan,punya anak perempuan yang harusnya tetap di cukupi,malah harus bekerja keras membantunya bayar hutang.Kamu kasihan gak sih??apalagi kamu taunya perempuan perempuan di sekelilingmu dalam keadaan di manjakan”lanjut om Edward.
Aku jadi diam.
“Nabi menikahi para janda sahabatnya,bukan sekedar untuk membantunya,tapi untuk memberikan kehormatan.Lakukan untuk Kezia,bantu dia dan beri dia kehormatan.Kenapa om dukung,karena selama ini kamu mengeluh kalo perempuan perempuan yang kamu temui bukan perempuan baik,Khusus Kezia,om berani jamin kalo dia perempuan baik dan terhormat,walaupun dia bukan gadis kaya”kata om Edward lagi.
Aku berdecak pelan.
“Mana bisa nikah tanpa rasa om!!”cetusku.
Dia malah tertawa.
“Rasa bisa timbul karena rasa kasihan!!.Lagian tanpa rasa aja kamu bisa santai nidurin ratusan perempuan.Kalo udah jadi istrimu,kan kamu gak usah cari perempuan buat kamu tiduri,hemat,bersih dan pastinya halal”gurau om Edward.
“Coba bagian ratusan perempuannya di koreksi!!,aku udah kena sepilis kalo sebanyak itu”protesku.
Om Edward terbahak.
“Makanya nikah!!,masih aja pakai cara bodoh,yang bercinta pake karet”ledeknya lagi.
Aku benar benar terbahak sekarang.
“Pikirin saran om,om memang tidak bisa menjamin gimana keadaanmu di masa depan,tapi berdasarkan pengalaman om.Kalo seorang pria di damping seorang wanita baik aja dulu,gak usah wanita hebat,pasti pria itu akan sukses seandainya menurut dan tetap konsisten memegang komitmen dan sumpah pernikahan,setuju gak setuju kita benar dan sukses tidaknya ada di tangan perempuan yang jadi pendamping kita Ren,gimana dari cara dia mendukung dan mengurus kita.Jadi pikirin saran om ya!!”ulangnya lalu bangkit.
“Kemana om?”tanyaku.
Dia berbalik.
“Tentu aja balik sama istri om,bahaya kalo dia udah mulai ngambek,om bisa pening kalo dia berkoalisi dengan Rey menyetop om minum kopi,harus di rayu Ren”jawabnya.
Aku tergelak saat dia melanjutkan langkah menuju pintu ruanganku.
“Om fee nya?”tanyaku dan dia urung membuka pintu lalu berbalik lagi.
“Sering sering aja tengok tantemu.Om udah gak tega buat dia hamil,walaupun dia terus merengek minta anak lelaki.Jadi om terus minta bayi lelaki sama anak anak om.Untuk membuat tante sabar nunggu bayi bayi itu lahir,kamu harus sering datang biar kamu buat dia sibuk dengan minta makan,dia suka masak,Thor belum bisa makan soto,jadi kamu aja yang habiskan”jawabnya sampai menyebut nama anak Kalila dan Rey dan mengedipkan sebelah matanya ke arahku yang terbahak.
“Everything for you dear”gurauku.
Dan gantian dia yang terbahak lalu keluar ruanganku.Jadi mana mungkin aku bisa berhenti perduli pada om Edward dan keluarganya.
Aku lalu terpaku menatap alamat Kezia di tanganku.Adnan Alatas….aku harus cari tau soal ini.Aku buatlah sibuk staff administrasi dan financeku untuk mencari file hutang ayah Kezia.Aku mau tau seberapa besar hutang ayah Kezia pada papaku.
“Yakin cuma 200 juta?”tanyaku pada kepala finance.
Dia mengangguk.
“Tapi uang segitu 15 tahun lalu termasuk besar pak,dan lagi itu hanya sisa”jawabnya.
Aku menatap berkas yang dia berikan berikut bukti tagihan perusahaan atas nama Adnan Alatas di tanganku.
“Ya sudah kalian boleh pulang”usirku karena sudah jam 9 malam.
Mereka meninggalkan ruanganku dan meninggalkanku sendiri.
“Receh banget…..”desisku menghela nafas.
Duit segini pasti bisa di bayar Kezia kalo aku memaksanya menikah dengan perjanjian.Aku jadi memijat keningku.Dengan gusar,aku beranjak pulang,di tengah jalan aku malah tertarik mengwasi Kezia,jadi aku pacu mobilku ke alamat rumah Kezia.
Lama aku terdiam dalam keheningan mobilku.Rumah sederhana hampir tanpa halaman.Pagarnya sudah pudar warnanya dan aku dapat melihat sampai jauh ke arah teras rumahnya yang terdapat dua kursi dan meja kecil.Ada garasi mobil juga tapi tidak ada mobil.Pasti sisa sisa kejayaan Adnan Alatas kalo Kezia masih tinggal di rumah yang berada di tepi jalan seperti ini.Walaupun jalanan kampung,tapi lumayan besar dan tidak sebagus rumah di samping kanan kirinya yang sudah di bangun bertingkat dan berpagar tinggi.Rumah Kezia makin terlihat sederhana hanya rimbun dengan pohon mangga yang buahnya menjuntai ke pinggir jalan.
Aku memperbaiki dudukku saat melihat Kezia dari kejauhan bersendung pelan dan menenteng plastic putih berisi bungkusan sterefoam.Dia tampak membuka pintu pagar sampai berbunyi berderit lalu menutupnya lagi.
“Asalamualikum….yah……aku pulang!!!”jeritnya sambil membuka sepatu yang dia pakai.
Aku tertawa pelan saat melihat lelaki paruh baya keluar masih memakai kopiah dan sarung mendekat lalu memukul kepala Kezia.
“Anak gadis pulang pulang pasti buat berisik!!”omelnya.
Aku lihat Kezia tertawa.
“Salam aku gak di jawab,ayah udah kelaperan ya tunggu aku pulang?,nih aku beli nasi goreng”katanya sambil menunjukan bungkusan di tangannya.
“Walaikum salam….ayah terlalu kaget jadi lupa menjawab salam”keluh Adnan Alatas.
Pasti dia,karena Kezia memanggilnya ayah.
“Udah gak usah ngomel,masuk yuk kita makan,aku juga kelaperan tapi mau makan sama ayah”rengeknya merangkul sang ayah yang masih cemberut.
Aku tertawa lagi karena merasakan kehangatan perlakuan Kezia pada ayahnya.Sampai Kezia menutup pintu rumahnya,aku masih bertahan mengawasi di depan rumahnya.Sampai kemudian lampu di dalam rumah Kezia mati baru aku beranjak.
Hal itu membuatku semakin penasaran pada sosok Kezia.Aku jadi mengawasinya lagi.Aku penasaran,kali ini dia bekerja di mana sampai selalu pulang malam termasuk saat hari weekend karena aku tak pernah absen mengawasinya tentu saja setelah mengganti mobilku dengan yang biasa.Akan mencolok.Sampai seminggu aku di sana diam mengawasi dan sempat kaget begitu tepat semiggu aku mengawasinya,aku lihat Kezia sedang duduk di teras rumahnya dan memegang handphone.
Mungkin hari libur dan membuatku mengerti,kemungkinan Kezia kerja di mall atau SPG di supermarket.Aku lalu terbahak saat dia mengomel pada sekelompok anak kecil yang menimpuki mangga di depan rumahnya.
“Kakak udah bilang,kalo mau mangga minta sama kakak atau sama ayah kakak”omelnya sambil tolak pinggang.
“Enakkan boleh nyolong kak!!”sahut salah satunya dan membuat Kezia melotot.
“Kalian ngaji kan?”tanyanya.
“LIBUR!!!”seru anak anak lalu tertawa.
Bocah kampung resek,tapi Kezia tertawa juga.
“Pantes kalian nakal,kalo ngaji pasti gak nakal”jawabnya.
“Kita gak nakal kak,tapi iseng”jawab yang lain lagi.
“Iseng rugiin orang”keluh Kezia.
“Lah siapa suruh kakak cantik banget….jadi gemes…..”ledek anak lain.
Kezia tertawa lepas dan aku suka sekali melihat berbagai ekspresinya.
“Kita jadi suka isengin kak,biar kakak ngomel trus kita jadi bisa lihatin muka cantik kakak,cetar kakak”jerit bocah antusias.
Kezia tertawa lepas lagi.
“Ayo masuk!!,kakak buatin minum,sambil tunggu kalian petik mangganya ya!!,kita makan sama sama”ajak Kezia.
Anak anak bocah lelaki itu bersorak.
“Nikmat tuhan mana yang kau dustakan!!!”dan di sambut koor tawa terbahak anak lain.
Kezia terlihat hanya tersenyum lalu beranjak masuk di ikuti anak anak.Padahal sudah malam,tapi anak anak tetap antusias manjat pohon mangga lalu berebut minum yang Kezia buatkan sementara Kezia memotong mangga hasil anak anak petik.Sehangat itu pribadi Kezia,aku jadi merasa saran om Edward benar.Singkirkan soal pernikahan,aku merasa kecerian Kezia bisa jadi obat sepiku.
Cukup melihatnya terus tergelak mendengar gurauan anak anak saja aku sudah ikutan tertawa,untung jarak mobilku dengan rumahnya dekat jadi aku bisa ikutan mendengar.Sampai anak anak pamit pulang dan Kezia menutup pintu pagar,sampai situlah aku masih bertahan.
Aku baru bersiap pergi saat aku melihat 4 orang tinggi besar menghampiri rumah Kezia dan memanggil Kezia yang berniat masuk rumah.
“ADA APA??”hardik Kezia.
“HUTANG ADNAN NENG JANGAN PURA PURA LUPA!!”jawabnya membentak.
Gak beres nih,rentenir.Aku melihat Kezia yang ketakutan dan mundur saat ke empat pria itu membuka pintu pagar dan masuk mengepungnya.Aku langsung keluar mobilku dan setengah berlari menghampirinya.
“Berapa hutang Adnan Alatas,biar gue yang bayar”jedaku.
Mereka serentak menoleh dan membuat aku bisa melihat wajah terbelak Kezia dan dia yang menutup mulutnya.
"Siapa lo?"tanya salah satunya sambil tolak pinggang.
Kalo bukan negara hukum,sudah aku tembak kepalanya.
"Gue mantu Adnan Alatas,jadi biar gue selesaiin urusan mertua gue"jawabku terlanjuran.
Kezia makin melongo dan aku suka reaksinya.Sabar ya sayang....biar bang Eno yang beresin.Cuma ngomong di hati doang sih......mana mungkin aku bilang,bisa semaput anak orang,sekarang aja Kezia sudah megap megap mengatur nafas.