"Nona Kim, sarapannya sudah siap."
Suara itu membangunkan tidurku. Kebetulan aku termasuk orang yang sangat peka dan sensitive, suara sekecil apapun akan mebangunkanku dari tidur. Kadang langkah kaki saja bisa menyadarkanku. Ketika aku membuka mata, aku melihat wanita tua yang beberapa hari ini mengurusi diriku –cukup aneh mengatakan kata 'mengurusi', tapi itulah yang terjadi karna dia menyediakan makanan dan membersihkan apartement ini juga. Dia sendiri pertama kali muncul di depanku mengatakan bahwa dia akan mengurusiku atas perintah tuan Jeon.
Ya setelah anak kecil itu membawa ku ke apartement mewahnya dan mengacak-acak hidupku, dia pergi begitu saja selama tiga hari. Terakhir kali bertemu adalah pagi pertama setelah aku kehilangan keperawananku dan muncul pria pendek bermata sipit dengan kulit kelewat putih yang memergoki Jungkook bersiap menjadikanku hidangannya di meja makan.
Untung saja dihentikan sebelum dia menjilati seluruh tubuhku dan tentunya memasuki ku. Sungguh semuanya masih terasa sakit. Kalau orang lain pasti sudah trauma.
"Ada apa ahjuma membangunkan ku? Tumben sekali, biasanya hanya akan menaruh sarapannya di meja nakas," ujarku.
"Maafkan aku Nona Kim, tapi Tuan Jeon menyuruhku untuk memastikan kau langsung memakan sarapannya. Dia tidak ingin kau telat makan."
Mendengar itu keningku berkerut. "Tunggu, anak kecil itu ada di sini?"
Wanita itu mengangguk.
Mataku langsung membulat dan mulutku terbuka lebar. Secepat kilat aku langsung bangkit dan keluar dari kamar sambil berteriak-teriak memanggil Jungkook. "YAK KOOKIE! DIMANA KAU!" Teriakku sambil berjalan cepat menyusuri apartement besar ini.
"N-nona Kim." Wanita itu mengikutiku dari belakang dengan panik.
Aku mengabaikannya dan terus berteriak memanggil Jungkook dengan begitu kesal.
"Gotcha! Akhirnya aku menem –"
Aku menelan salivaku melihat pemandangan di depanku. Jungkook hanya memakai celana pendek merah tanpa kaus. Badannya terekspos jelas –ototnya juga abs yang dia miliki. Bahkan aku dapat melihat v line di pinggangnya.
Dia tersenyum menatapku dengan keringat bercucuran dan merenggangkan otot tangannya yang sedang memakai sarung itu. Di depannya ada sebuah samsak. Dia baru saja berlatih olahraga tinju atau semacamnya.
Damn! He's so sexy. Can I lick his abs?
Jungkook lalu mengisyaratkan ahjuma pelayan untuk meninggalkan kami berbicara berdua.
"Selamat pagi noona," sapanya dengan senyum menggemaskan melalui wajah cute yang angelic itu. But yeah he's truly demon.
Jangan pernah tertipu dengan senyum menggemaskan, kekanakan yang ingin membuat dirimu memasukan pria bernama Jeon Jungkook ini ke dalam karung lalu membawanya. Pada kenyataan pria yang memanggilnya noona dengan manja ini adalah pria yang sama menarikku ke dalam mobil, melemparku ke kasur, mengikat dan memperkosaku. Menikmati rengekan kesakitanku dan terus menghantam p***s besarnya yang err –bahkan sekarang bisa terlihat dibalik celana itu walaupun tidak sedang menegang.
"Menikmati pemandangan yang kau lihat, noona?" Tanya Jungkook menggodaku sambil melihat tubuhnya sendiri ketika menyadari netra ku yang menatapnya seperti kelaparan sekarang.
Sial! Kim Taeri, kau harus menahan hormonmu. Mungkin sekarang kau yang seperti ini tapi pada saat kau memulai, kau akan kalah telak.
Aku langsung memutar bola mataku berusaha terlihat tidak tertarik mungkin. Tapi tentu saja kebodohan karna jelas aku seperti jalang yang begitu terjerat dengan tubuhnya tadi. Feromon Jeon Jungkook benar-benar luar biasa, jelas sejak aku melihatnya di café saat itu –tapi kala itu aku belum tahu sebrengsek apa anak kecil ini.
"Kemana saja kau selama tiga hari ini? Kau meningalkanku begitu saja di apartement ini. Menghilang begitu saja tanpa mengatakan apapaun!"
"Bukankah aku sudah mengatakan ada urusan dan kau jangan kemana-mana?"
"Bukan itu maksud dari pertanyaanku!"
Dia benar-benar menjawabnya dengan santai tanpa rasa bersalah. Apa dia punya kelainan psikologi atau ada sesuatu yang salah dengan otaknya?
"Oh! Aku mengerti," ujarnya sambil mengangguk lucu. "Apa noona sebegitu sedihnya aku tinggalkan? Begitu merindukanku? Kookie juga sangat merindukan noona!" Dia tersenyum –matanya menyipit menunjukan eye crinckle miliknya dan juga gigi kelincinya terlihat.
Dia –benar –benar –lucu.
Aku tidak boleh terperangkap!
Aku sekarang melipat kedua tanganku di depan d**a dengan tatapan mengintimidasi padanya sambil mengalihkan pandanganku pada tubuh super hot nya.
"Kau bahkan tidak meberikan ku baju!"
Dia menatapku dari atas sampai bawah. "Tapi kau memakai bajuku. Bukankah harusnya aku yang marah?" Tanyanya sambil tersenyum smirk.
Senyuman menggemaskan yang langsung berubah itu berhasil membuat aku membeku. Teringat Jungkook yang menghantam lubangku berkali-kali pada malam itu, atau yang menggendongku ke meja makan siap melahap tubuhku dengan sensual.
Aku takut. Aku langsung menelan saliva ku. Tapi Kim Taeri tidak akan goyah begitu saja. Aku berusaha tidak menunjukan ketakutanku dan tetap dengan pandangan menantang yang sebenarnya aku cukup gugup.
Namun belum sempat aku mengatakan apaun, Jungkook sudah terkekeh lagi dengan menggemaskan.
"Tapi aku memaafkanmu karna kau sangat cantik memakai bajuku. Ketika dipakai oleh tubuh kecilmu jadi oversize sampai ke paha dan aku dapat melihat kaki indah milik noona."
Apa dia gila?
"Kookie suka sekali."
Sungguh dualisme yang ajaib.
"A-aku tidak peduli dengan itu. Aku sedang berbicara tentang kau yang meninggalkanku begitu saja di sini. Aku bahkan tidak bisa kemana-mana. Kau menyiapkan bodyguard bodohmu itu untuk memastikan aku tidak pergi dari sini. Kau gila? Kau ingin mengurungku?"
Jungkook malahan mengangguk santai. "Iya. Aku ingin noona menjadi milikku."
Singkat –padat dan menakutkan. Dia mengatakan itu dengan wajah polosnya. Tapi aku tahu jelas bahwa aku tidak dapat berbuat apa-apa karna kalau tidak mungkin dia akan lebih kasar dari saat itu.
"A-aku b-bisa melaporkanmu ke polisi." Aku berusaha berani mengancamnya.
Tapi Jungkook malah tertawa seakan yang aku katakan benar-benar lucu. Dia menggelengkan kepalanya seolah meremehkanku. Malahan dia kembali pada samsak yang ada di depannya dan mulai memukul lagi. Begitu kencang dan bertenaga. Membuatku sadar sekuat apa dia dan mengapa dia tertawa dengan ucapanku.
"Lakukan saja kalau noona mau melaporkanku ke polisi. Dan lihat saja apa yang terjadi." Dia menatapku dengan netra yang menggelap.
Aku tahu bahwa itu lebih dari sekedar gertakan.
Tanpa sadar kaki ku gemetar karna itu. Tidak dapat mengatakan apapun untuk menjawab Jungkook lagi.
Jungkook berhenti memukul samsaknya dan lalu berbalik menatapku. Dia berjalan perlahan mendekat. Membuatku takut. Ketika berdiri di depanku dia mengecup pipiku lembut.
"Aku mencintai noona."
Aku tahu dia tidak berbohong. Matanya menatapku begitu tulus namun jelas ada kesedihan di sana.
"Maaf aku meninggalkanmu begitu saja, tapi aku kan menyediakan semua yang kau butuhkan. Makanan pasti ahjuma membuatkan, bukan? Camilan juga tersedia. Bahkan kau bisa menonton tv series favorite mu di Netflix dan juga bisa membaca buku-buku yang kau sukai di ruang membaca."
Jungkook benar.
Semuanya memang tersedia.
Hidupku di dalam apartement nya bisa dibilang malah lebih menyenangkan daripada di luar sana. Tapi tetap saja membayangkan aku akan terus di sini tanpa bisa kemana-mana itu menakutkan.
"Kau tahu darimana buku-buku kesukaanku?"
Jungkook hanya tersenyum smirk. "Aku tahu jelas semua tentangmu, noona."
Hal itu membuat keningku berkerut. Tapi rautnya menunjukan bahwa aku tidak boleh bertanya lebih lanjut.
Jungkook tiba-tiba menghela napas memecahkan keheningan yang ada karna aku melamun.
"Kata Yoongi hyung, kau tidak mencintaiku."
Aku terdiam mendengar itu. Tunggu dulu, Yoongi itu siapa? Bahkan aku tidak tahu siapa dia, tapi mengapa dia bisa tahu tentang perasaanku? Ah apa pria yang kemarin datang? Aku ingat Jungkook memanggilnya dengan nama Yoongi!
Aku tidak menjawab apa-apa. Hanya diam.
Jemari Jungkook mengelus rambutku. Dia menunduk menatapku dengan intens. Membuatku hanya terdiam kaku. Ragu dan takut menjadi satu.
"Mengapa tidak dijawab, noona?"
"A-aku menyukaimu."
Aku tidak berbohong. Aku memang menyukainya. Mengagguminya. Sungguh aku tergila-gila padanya sejak pertama aku melihatnya. Tapi untuk cinta, aku sadar itu adalah hal yang berbeda. Terlalu rancu dan dalam.
Menurut filosofiku, cinta itu adalah sesuatu yang tulus. Dan di dalam kamusku, uang masih hasrat nomor satu untukku.
Jungkook terkekeh miris. Seakan dia bisa membaca maksudku. "Kalau begitu bagaimana kalau aku buat penawaran?"
Hal itu semakin membingunganku.
"Aku tahu kau sangat menyukai uang. Aku akan membiayai hidupmu. Membelikan hal-hal yang kau inginkan. Memberikan hidup mewah untukmu –" Saat mengatakan itu dia menatapku yang mungkin di mataku sedang ada gambaran api yang begitu membara.
Mendengarnya saja sudah membuatku begitu bersemangat.
"–Tapi noona harus menjadi milikku. Jangan tinggalkan aku. Tinggalah di sini bersamaku. Aku akan menuruti semua yang noona inginkan. Kumohon." Di kata terakhir aku dapat melihat tatapan sendunya.
Sementara aku langsung tersenyum smirk tanpa keraguan.
"Deal."
***
Jungkook telah selesai mandi dan harum maskulin tubuhnya menyerbak mengundang gairah. Aku tengah duduk di ruang tengah dengan seksama sambil menonton tv dan mengunyah camilan yang aku ambil di kabin dapur. Aku sengaja tidak menonton di kamar karna tentu saja Jungkook sedang mandi di sana.
Sejak Jungkook sudah kembali, berarti kami akan selalu tidur dalam satu ruangan mulai saat ini. Jungkook duduk di sampingku dengan kaus putih tipis yang memperlihatkan otot-ototnya itu. Dia memang kelewat sempurna. Bisa dibilang aku sangat beruntung saat ini.
"Kau belum mandi noona?"
Aku menggeleng. "Aku malas," jawabku asal.
Dia terkekeh. "Apa aku harus memandikanmu?"
Wajahku memerah sekarang. Aku membuang muka menghindari matanya. Namun ibu jari dan telunjuk Jungkook memegang daguku dan membawa wajahku menatapnya. Jarak kami sangat dekat. Jungkook mengusap bibirku dengan ibu jarinya.
Dia menatap bibirku dengan terengah. Entah mengapa begitu.
"Noona, mau menghisap penisku dengan mulut kecilmu ini?"
Mataku membulat karna tiba-tiba saja dia mengatakan seperti itu. Mata Jungkook mengarahkan ke celana pendeknya.
"Aku merindukan mulutmu."
Jungkook mencengkra wajahku dengan jemari besarnya itu. "Hisap sekarang, ok?"
Aku mengangguk tidak dapat melawan. Netra nya benar-benar menggelap sekarang.
Jungkook membuka kakinya mengangkang dan mengeluarkan p***s besarnya.
Membuatku menelan ludah. Ini bukan pertama kalinya untukku tapi entah mengapa ukurannya masih saja selalu mengejutkanku. Membayangkan p***s besar, panjang dan berurat itu pernah masuk ke dalam lubangku saja sudah membuatku meringis –sakit dan nikmat pastinya.
Aku merangkak maju mendekat ke pusat kenikmatannya itu dan mencengkramnya dengan tanganku mengocoknya perlahan sebelum memasukannya ke mulutku.
"Melihatmu merangkak dan menungging seperti itu benar-benar mebuatku b*******h, noona."
Jungkook mulai lagi dengan bahasa kotornya yang aku sukai.
Aku menjilati ujung katup miliknya dulu untuk pemanasan. Kepala Jungkook terlempar ke belakang dengan kedua tangan yang menahan tubuhnya. Matanya mengerjap sabil mengadah dan mendesah panjang.
Aku merasakan cairan precum nya yang asin terjilat olehku dari lubang kecil yang berada di ujung penisnya. Membuat jalinan antara saliva dan cairannya.
Aku mulai mengulum penisnya dalam mulutku sambil memaju-mundurkan kepalaku dari tempo lambat ke cepat memanjakan Jeon Jungkook yang akan membuat aku bahagia dengan uangnya.
"Ngh-h I like f**k your mouth, noona."
Dia meremas rambutku dengan kencang dan mulai memaju-mundurkan kepalaku dengan tangannya sesuai tempo yang aku inginkan. Cukup membuatku kewalahan karna begitu cepat dan cukup kasar membuat rambutku tertarik.
"Kookie pel –nghh –an."
Namun dia malah menjenggut rambutku dan menekannya maju diikuti dengan hentakan pinggulnya, membuat penisnya masuk sepenuhnya ke mulutku sampai ke kerongkonganku.
"Uhuk! Khh!" Aku tersedak dan terbatuk.
Berusaha mengeluarkan milik Jungkook dalam mulutku untuk mengais napas.
"f**k! Siapa suruh mengeluarkannya!"
Jungkook mendorong kepalaku lagi nyaris membuatku mau muntah.
"Jangan dikeluarkan lagi!" Bentaknya.
Aku berusaha bertahan dalam sesak menstabilkan diriku dengan p***s panjang dan besarnya membuat aku harus membuka mulut lebar kesulitan.
"Bagus seperti itu sayang." Dia mengelus rambutku kali ini.
Aku mulai menggerakan lagi sambil mengocoknya agar tidak sepenuhnya dalam mulutku dan membuatku tersedak. Di dalam mulutku aku memainkan lidahku untuk menyapu –menjilati semua tepian penisnya.
Mataku mengerjap sayu kesulitan dan mulutku begitu lelah pegal-pegal.
"Noona kau cantik sekali ketika lemah seperti itu. Kau cantik sekali dengan penisku di mulutmu." Jungkook terengah-engah, dadanya naik turun sambil menatapku.
Dia benar-benar terdengar m***m saat mengatakan itu. Dia suka ketika penisnya ada di mulutku? Kinky.
"Cantik. Cantik sayang." Jungkook terus meracau ketika aku mempercepat gerakannya. Aku tahu dia sangat menikmatinya dan memuji pekerjaan hebatku dengan cara seperti itu.
Aku meremas kedua bola di bawah penisnya untuk membuat rangsangan lebih dalam dan semakin menggerakan mulutku dengan cepat.
"A-akh noona enak sekali ini. Benar-benar enak."
Tiba-tiba miliknya berkedut dan cairannya muncrat di dalam mulutku begitu penuh sampai sebagian langsung mengarah ke kerongkonganku tertelan dan sebagian lagi mengalir ke luar mulutku.
Jungkook menghela napas puas lalu mengeluarkan penisnya. Cairan miliknya terjalin antara bibirku dan penisnya –lengket dan asin.
Dia menatapku yang sedang terengah dengan mulut pegal dan mengais napas kelelahan.
Dia menatapku dengan mata sayu dan tersenyum begitu sensual. Jungkook memegang penisnya yang masih ada sisa beberapa cairan dijujungnya, dia mengarahkan ke bibirku dan menggesekan penisnya sampai ke pipiku agar cairannnya memenuhi wajahku.
"Cantik sekali wajahmu penuh dengan cairanku seperti itu," ujarnya puas menganggumi hasil karyanya.
So kinky.
"Aku sangat mencintaimu Kookie," ujarku dengan suara lirih yang dibuat-buat dan begitu pasrah seolah aku benar-benar dalam kontrolnya –ya memang sebenarnya aku dikontrol olehnya sih.
Jungkook terkekeh puas. "Kau benar-benar pintar sekali merayu, noona. Sekarang kau mengatakan kalimat mencintaiku agar aku senang."
Aku menunduk malu dia dapat menebaknya. Tentu saja karna sebelumnya aku mengatakan menyukainya, bukan mencintainya. Tapi barusan aku mengatakan mencintainya.
"Tapi aku menyukainya. Kau tahu cara membuat aku senang dan bergairah."
Jungkook meemajukan tubuhnya dan mengunci aku yang masih berada dalam posisi merangkak dala kakinya. Dia mengalungkan kakinya mengunci tubuhku. Dia lalu mengangkat tubuhku ke dalam pangkuannya. Memelukku.
"Kookie mencintai noona. Sangat mencintai mu," ujarnya sekarang dengan suara manja dan mata berbinar menggemaskan.
Tidak selaras dengan kalimat kotor yang tadi dia lontarkan dan juga betapa kasarnya dia.
Tapi tetap saja selalu dapat meluluhkan. Dia menenggelamkan wajahnya ke ceruk leherku. Menghirupnya dalam-dalam sambil menggesekan hidungnya di sana dengan manja seperti binatang peliharaan. Lucu sekali.
Aku lalu mengusap punggungnya dengan gemas. Padahal beberapa saat tadi dialah yang menguasaiku sepenuhnya dan sekarang sudah berubah seperti anak kelinci.
"JUNGKOOKIE~"
Teriakan itu membuat aku tersentak kaget sekaligus panik. Apalagi sekarang sudah ada dua orang pria dan satu wanita yang berdiri tidak jauh dari kami, menatap dengan mata membulat dan bibir terbuka –kaget. Sementara Jungkook malahan tidak bergeming sama sekali dari posisinya dan biasa saja. Dia masih bermanja-manja di leherku sambil memelukku erat yang berada dalam pangkuannya.
"K-kookie," ujarku panik sambil menepuk-nepuk punggungnya agar dia berhenti.
Jungkook menghela napas panjang dengan malas dan akhirnya menatap ketiga orang itu. Dia melambaikan tangan dengan santai "Anyeong!"
Hanya seperti itu....
"YAK!" Teriakku pada Jungkook.
"Noona! Kupingku pengang!" Protesnya sambil mempoutkan bibirnya dengan gemas.
Hal itu membuat ketiga orang itu tertawa. Dan Jungkook berdecak malu seperti anak-anak. Lucu sekali.
"Kalian bisa tidak sih memencet bel dulu!?" Jungkook protes kesal.
"Sejak kapan kita harus memencet bel dulu saat ke apartement mu? Toh kode mu masih sama," jawab seorang pria yang tingginya tidak jauh dari pria yang bernama Yoongi kemarin. Bahkan dia juga mengatakan hal yang sama.
"Sejak sekarang," jawab Jungkook.
"Jadi ini peliharan baru mu itu? Yoongi hyung menceritakannya pada kami." Pria yang lebih tinggi dari yang satunya bertanya pada Jungkook. Sungguh wajah pria itu sangat tampan, tapi mulutnya begitu kurang-ajar.
Peliharaan?
Aku?
Damn untuk pria tampan dan pria pendek yang bernama Yoongi itu! Sejak awal aku memang tidak menyukai si Yoongi-Yoongi itu.
"Dia bukan peliharaanku," ujar Jungkook singkat semakin mengeratkan pelukannya ke pinggangku.
Pria yang tadi memanggil Jungkook itu terkekeh menunjukan eyesmile nya. Manis sekali. Dia terlihat baik. "Halo noona, aku sudah mendengar banyak hal tentang mu sebelumnya dari Jungkookie dan juga Yoongi hyung. Aku Park Jimin. Wah kau lebih cantik dari yang dikatakan."
Aku mengangguk membalas perkenalan pria yang bernama Park Jimin itu.
"Hyung jangan coba-coba merayu nya! Noona milikku!" Ujar Jungkook dengan posesif.
Aduh lucu sekali. Menggemaskan.
Pria bernama jimin itu mendekat pada kami dan lalu mengacak-acak kepala Jungkook gemas sama seperti aku yang gemas padanya. "Iya, Iya uri Jungkookie."
Kemudian yang wanita tersenyum ke arahku dan melambaikan tangannya. "Hai! Aku Go Eunbyul!"
Dia tersenyum dengan sangat ramah. Dan yang terpenting dia wanita. Setidaknya aku bersyukur entah mengapa.
"Oh ya aku adalah adik dari teman Jungkook."
"Adik?" Aku menoleh pada dua orang pria yang ada di sana, Jimin dan entah siapa satunya yang hanya berdiri dengan tampang datar yang sangat tampan.
Eunbyul buru-buru menggeleng. "Bukan mereka! Mereka lebih muda dariku. Kita satu line."
Aku lalu menganggukan kepala.
"Aku adik dari Hoseok, salah satu teman Jungkook. Dia tidak ke sini sayangnya. Sebenarnya kami juga bukan adik kandung sih maka kami seumuran. Ah sudah tidak perlu dipikirkan. Yang terpenting aku membawa ini!" Dia menunjukan banyak paper bag dari beberapa merk terkenal.
"A-apa itu?"
"Pakaian, sepatu, tas dan aksesoris. Jungkook meminta Hoseok membelikan untukmu saat dia sedang sibuk. Tapi karna Hoseok sekarang yang sibuk jadi aku yang mengantarkannya."
Mataku langsung membulat bahagia melihat itu. Aku menoleh pada Jungkook yang juga tersenyum melihat reaksiku.
"Aku menggantikan baju yang waktu itu aku robek," ujar Jungkook.
Ini benar-benar ganti yang lebih dari cukup. Jungkook benar-benar menepati janjinya yang bahkan baru beberapa menit sejak perjanjian.
"Kau suka?" Tanya Jungkook lagi.
Aku mengangguk semangat. "Suka! Sangat suka!"
"Kau mau melihatnya?" Tanya Eunbyul sambil menyodorkan. "Sungguh aku saja yang melihatnya benar-benar tergiur. Ah andai saja aku punya pacar seperti Jungkook."
Aku langsung menoleh lagi pada Jungkook meminta ijin. Dia akirnya mengangguk dan menurunkanku dari pangkuannya. Aku langsung melihat semua yang dia belikan.
Bahkan aku bisa melihat harga-harga yang sangat mahal masih terpampang di sana. Dan ini baru saja permulaan. Aku rasa aku akan sangat menikmati tinggal dengan Jeon Jungkook.
Tapi... Sebenarnya siapa dia sebenarnya? Maksudku mengapa dia bisa membeli barang-barang mahal seperti ini?
***
"Pria satu lagi yang bersama kau dan Jimin namanya siapa?" Tanyaku pada Eunbyul saat mengambil minuman di kulkas.
"Kim Taehyung. Ada apa?"
"Dia tampan sekali," jawabku santai. Aku biasa menyuarakan apa yang dikepalaku begitu saja.
Eunbyul mengangguk. "Sangat." Dia menyetujui sepenuhnya.
"Benar-benar tipeku. Tapi dia dingin sekali. Dia terus-terusan menatapku seakan ingin memakanku hidup-hidup."
Mendengar itu Eunbyul terkekeh. "Dia aslinya sangat baik dan lucu sama seperti Jungkook."
Aku menganggukan kepala. Kemudian menoleh ke arah ruang kerja dimana Jungkook dan Yoongi dulu berbicara –sekarang Jimin, Taehyung ada di dalamnya.
"Mereka sedang apasih?"
"Berbicara tentang pekerjaan pastinya," jawab Eunbyul.
"Pekerjaan?"
Eunbyul mengangguk. "Taehyung, Jungkook, Jimin, Hoseok –kakakku, Yoongi, dan ada dua orang lagi –Jin dan Namjoon mereka semua satu team."
Hal itu membuatku semakin mengerutkan kening bingung. "Team? Team apa? Memang apa pekerjaan yang mereka lakukan?"
Hal itu membuat Eunbyul terdiam dan menatapku sepenuhnya. "Kau tidak tahu apa yang Jungkook lakukan?"
Aku menggeleng dengan polos karna memang tidak tahu apa-apa.
"Memangnya apa?"
Eunbyul terdiam sesaat dan tersenyum resah. "Tunggu saja, Jungkook pasti akan memberi tahumu."
Hal itu makin membuatku penasaran. "Memangnya apasih? Mengapa kau membuatku jadi takut." Aku tertawa.
Tapi Eunbyul tidak sama sekali.
Baiklah aku jadi benar-benar takut sekarang.
"Eunbyul, memangnya apa yang mereka la –"
"Bisakah kau menyingkir dari depan kulkas? Aku ingin mengambil coke."
Suara baritone itu menghentikan kalimatku dan mencuri perhatianku sepenuhnya. Sosok tinggi dengan wajah tampan itu berdiri di depanku.
"Berhenti menatapku seperti itu," ujarnya ketus.
Membuatku memutar bola mata.
"Dan menyingkir," tambahnya.
Dengan kesal aku lalu menyingkir. Dia lalu mengambil coke dan berniat pergi begitu saja.
"Kim Taehyung," panggilku menghentikan langkahnya.
Dia tapi tidak menoleh sama sekali padaku.
"Nama ku adalah Kim Taeri."
Taehyung tetap tidak menoleh sama sekali dan malah berhalau pergi begitu saja.
"Wow aku baru pertama kali melihat Taehyung sedingin itu. Ya walaupun aku juga tidak dekat dengannya." Eunbyul terlihat terkejut.
"Mungkin dia tidak menyukai kehadiranku."
Eunbyul menghela napas dan tersenyum simpul sambil menepuk punggungku berusaha menenangkanku.
"It's ok. Karna aku malah merasa tertantang." Aku tersenyum smirk. "Kim Taehyung, kau adalah milikku." Aku meneguk coke ku sambil memandang dia yang kembali masuk ke dalam ruang kerja Jungkook.
***