AUTHOR POV
______________
"Akhirnya semuanya terjadi, Luke, dia membenciku sekarang," ucap Fredrick.
Lucas tiba beberapa jam yang lalu di Miami. Lucas langsung menghampiri kakaknya setibanya di rumah mereka. Di rumah ini terdapat sebuah penjara bawah tanah yang dulu di pakai Albert untuk menghukum Fredrick dan Lucas saat mereka berbuat salah.
Lucas tidak menjawab. Tatapannya menatap kehampaan di depannya. Tangannya yang mengepal sengaja di buatnya untuk menutupi bibirnya yang membentuk garis lurus. Wajahnya menegang saat memikirkan keponakannya. Fredrick sudah terlalu jauh mengambil keputusan. Tidak seharusnya dia melakukan ini pada Letty.
"Luke?" Lagi panggil Fredrick. Lucas melirik ke arah kakaknya dengan tatapan sinis.
"Kau seperti Albert," ucap Lucas singkat. Fredrick tersenyum kecut menanggapi perkataan adiknya.
"Seharusnya aku tinggalkan saja bisnis haram itu. Tapi, aku sudah terlanjur terjun terlalu dalam. Bisnis ini sudah mendarah daging dalam tubuhku. Jika aku berhenti," Fredrick menatap jemarinya yang sedang di lipatnya sebelum kembali meneruskan perkataannya, "seluruh uang yang aku miliki tidak bisa membayar semua kerugian yang akan aku alami."
Lucas kembali bernafas panjang sebelum dia berdiri dari duduknya. "Aku ingin melihat Letty," ucap Lucas kemudian meninggalkan Fredrick.
Fredrick sendiri tidak tega melakukan hal ini pada Letty, tetapi menurutnya hanya Letty satu-satunya yang bisa menyelamatkan bisnis gelapnya yang sudah terlanjur di jalankannya.
Lucas melangkah menuruni anak tangga menuju ruang bawah tanah. Dalam perjalanannya menuju ruang bawah tanah Lucas kembali teringat masa kecilnya disini. Dia ingat bagaimana dia dicambuk dan dipukuli sampai babak belur oleh ayahnya Albert. Lucas dan Fredrick pernah di kurung dalam penjara bawah tanah milik Albert, yang sekarang digunakan Fredrick untuk menghukum Letty.
Lucas memasukan sebuah kartu dengan kode pengaman dan sidik jarinya untuk membuka pintu berlapis baja setebal satu meter dan di dapatinya Letty sedang menangis tersedu-sedu. Lucas berjalan mendekati Letty yang masih tertunduk sambil menahan tangisnya.
"Untuk apa lagi kau kemari. Kau puas melihatku begini? Kau datang untuk menertawaiku?" ucap Letty sambil menahan tangisnya.
Lucas berjongkok di depan Letty yang sedang duduk sambil memeluk kakinya. Lucas mengusap kepala Letty yang tertunduk sambil menahan suaranya, tepatnya tangisannya. "Nak, ini aku," ucap Lucas.
Letty langsung mengenali suara itu. Dia lalu mendongak dan langsung memeluk pamannya. Tangisan Letty pecah saat Lucas membalas pelukannya. Lucas juga tidak dapat menahan air matanya melihat keadaan Letty.
"Paman, kenapa dia seperti ini? Dia, dia seorang mafia. Mengerikan, aku takut," lirih Letty, bicaranya terenggal-enggal di sela-sela tangisannya.
Lucas diam. Dia juga bingung bagaimana menjelaskannya pada Letty. Lucas sangat menyayangi anak-anak Fredrick terutama Letty sebab Lucas sudah turut merawat Letty sejak kecil dia juga yang telah mengajarkan Letty berbagai ilmu bela diri. Saat mengetahui apa yang dialami Letty, Lucas langsung terbang dari Denmark ke Florida untuk melihat Letty. Ingin sekali dia memarahi Fredrick dan membebaskan Letty, namun apa daya Lucas juga sudah ikut serta dalam rencana Fredrick, secara tidak langsung Lucas jugalah yang menyebabkan keponakannya itu harus menderita seperti ini.
Lucas menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. "Maafkan aku,"ucap Lucas. Letty melepaskan pelukannya, tatapannya nanar menatap ke mata Lucas.
"Apa kau sudah mengetahui ini sebelumnya?" tanya Letty yang langsung bisa membaca arti tatapan Lucas. Lucas mengangguk pelan.
"Apa kau tahu bahwa Fredrick seorang mafia?"ucap Letty lagi. Kali ini dia mulai meninggikan nada bicaranya. Lucas kembali mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata. Sontak Letty menarik dirinya dari pelukan Lucas. Dia berdrir sambil menggeleng dan menepuk dahinya.
"Aku tidak percaya ini, jadi ... selama ini kalian berdua telah bersekongkol untuk menjalankan bisnis haram ini? Menjadi bandar Narkoba?" ucap Letty. Lucas masih terdiam. Letty melayangkan tangannya ke udara sebagai bentuk kekecewaannya.
"Aku menyadari sesuatu." Letty menggelengkan kepalanya. "Ternyata tujuan kalian mengajarkanku berbagai macam bela diri, membentuk aku sekuat ini, menjadikan aku ahli menggunakan pedang dan senjata ternyata tujuan kalian untuk menjerumuskan aku kedalam bisnis haram kalian, begitu?" ucap Letty.
Lucas berdiri dan menghampiri Letty. "Percayalah nak, ini tidak seperti yang kau pikirkan.".
Letty menepis tangan Lucas yang hendak meraih pundaknya. "Begitukah? Lalu sebenarnya apa yang terjadi. Aku butuh penjelasan atas semua ini," ucap Letty sambil mengusap air matanya dengan kasar. Dadanya naik turun, nafasnya mulai sesak karena tangisan yang tertahan. Betapapun kecewanya Letty sekarang, dia tetap harus kuat. Dia tidak boleh terlihat lemah di depan Lucas.
"Dengarkan aku, kami tidak bisa berhenti menjalankan bisnis ini karena taruhannya adalah nyawa. Jika kami berhenti memproduksi narkoba dan obat bius maka para relasi kami akan mengamuk dan balik menyerang kami. Apa kau mau kami mati?" ucap Lucas.
Letty terkekeh kecil. Dia mendecih lalu berucap, "Jadi, apa kalian lebih rela jika banyak orang di luar sana menderita karena ketergantungan obat? Apa kau tahu, setiap tahunnya ada juataan orang yang mati dan mengalami gangguan mental karena obat haram itu?" Letty makin menaikan suaranya. Emosinya sungguh tidak tertahankan lagi. Entah harus berapa kali dia berteriak di depan wajah Lucas untuk membuktikan keseriusannya melawan ayah dan pamannya.
Letty menggeleng lagi saat tak mendapatkan jawaban dari pamannya. "Ironis sekali, aku yang menyuarakan anti narkoba di sekolahku dan berjanji suatu saat aku akan mengungkap sindikat perdagangan narkoba kelas kakap dan menjebloskan mereka semua ke dalam penjara ternyata keluargakulah pelakunya." Letty kembali menatap Lucas. "Keluarga Van Der Lyn yang terkenal dengan kekayaan dan ketenaran mereka. Apa kau tidak merasa malu?" lanjut Letty. Dia tidak perduli lagi apakah di hadapannya adalah pamannya, dia hanya ingin membuka pikiran ayah dan pamannya agar mereka mau berhenti dari pekerjaan kotor mereka.
Lucas menelan salivanya susah payah, perkataan Letty tidak salah. Tapi, haruskah dia mengalah pada Letty?
"Kalu begitu, apa kau rela menukar nyawa keluargamu dengan mental dan nyawa jutaan orang di luar sana?" ucap Lucas. Sekarang giliran Letty yang terdiam. "Jika kami berhenti sekarang, maka kami akan di incar oleh mafia-mafia lain yang sudah lama menjadi rekan bisnis kami, kesempatan itu akan di gunakan musuh-musuh kami untuk membongkar kedok kami pada polisi dan kami akan di penjara. Lalu mereka akan mengincar istri dan anak kami termasuk dirimu. Pikirkan juga, jika istri dan anak kami lolos seluruh dunia akan menghina mereka karena suami dan ayah mereka seorang narapidana. Lalu bagaimana kau akan mengatasinya?"
Kini, giliran Letty yang terdiam. Dia tidak memikirkan sampai sejauh itu, dalam hatinya dia ingin sekali ayah dan pamannya akan mengakhiri bisnis haram mereka, namun setelah mendengar penjelasan Lucas, hati kecil Letty rasanya jauh lebih sakit saat membayangkan ayah dan pamannya mendekam dalam penjara, lalu ibu dan tantenya akan menderita, belum lagi adik-adiknya, mereka akan merasa sangat sedih kehilangan ayah mereka.
"Arghhh ...!" Letty berteriak sambil menarik rambutnya frustasi. Mengapa semua ini harus dialaminya, apa yang harus Letty lakukan untuk menghentikan semua ini? Menyelamatkan keluarganya juga menyelamatkan jutaan orang di luar sana.
"Letty?" panggil Lucas
"Tidak!" bentak Letty. Dia berbalik sambil menggoyangkan telunjuknya tanda tidak setuju dengan apa pun yang bahkan belum di katakan Lucas.
"Jangan pernah berusaha mempengaruhiku, karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah mengikuti keinginan kalian," ucap Letty dengan tegas dan lantang.
"Mungkin sekarang kau masih mengeraskan hati. Aku tidak akan memaksamu, tapi aku juga tidak bisa membebaskanmu. Kau akan tetap disini sampai kau menentukan pilihanmu," ucap Lucas dan kemudian dia pergi meninggalkan Letty dengan perasaan bersalahnya.
"Terkutuk kalian Van Der Lyn bersaudara," maki Letty dalam hatinya. Namun, Letty tidak ingin menangis lagi. Sudah cukup dia menangis saatnya dia memikirkan cara untuk bisa keluar dari tempat terkutuk ini.
*****
Beberapa jam pun berlalu begitu saja. Letty masih terkungkung di penjara bawah tanah namun, dia sudah merasa lebih baik sekarang. Letty mulai memikirkan cara untuk bisa keluar, dia mulai meraba-raba setiap inci dinding ini.
"Sial, dindingnya terbuat dari baja," umpat Letty dan kemudian tangannya meraih sebuah kenop pintu. Hatinya begitu senang lalu cepat-cepat Letty membukannya namun pintu tersebut ternyata di kunci, dan anehnya pintu ini terbuat dari kayu tapi pintu ini bukan pintu masuk karena letaknya berada di sisi kanan ruangan dan jelas berlawanan arah dengan pintu yang digunakan Lucas dan Fredrick.
Letty memutuskan untuk mendobraknya. Dia mulai mengatur nafas sambil menegakkan tubuhnya bersiap untuk mendorong sekuat tenaga, dan hanya dengan sekali dorongan pintunya telah terbuka dan sialnya ternyata pintu tersebut adalah pintu menuju kamar kecil, ukuran ruangannya hanya 3x4 dan hanya terdapat sebuah bak dan closet duduk. Dindingnya terbuat dari baja dan terdapat jendela kecil yang hanya bisa di lalui seekor tikus.
"Argh, k*****t!" Letty kembali mengumpat. Dia memukul dinding ruangan yang terbuat dari baja itu, namun setelah melakukannya Letty malah meringis kesakitan. Dia merutuki dirinya yang bodoh.
Sesuatu melintas begitu saja di pikiran Letty. Dia ingat dengan ucapan ibunya beberapa waktu lalu.
"Kau tidak tahu siapa ayahmu sebenarnya Letty, tapi jika mungkin kau akan mengetahuinya ku harap kau tidak akan membencinya. Ingat, apa pun yang nantinya akan kau ketahui tentang ayahmu itu hanya sisi gelapnya, yang perlu kau ingat adalah dia telah membesarkanmu selama tujuh belas tahun dengan seluruh jasih sayangnya."
"Tunggu, tunggu," Letty bergumam. Dia berpikir sejenak sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.
"Sial, sial, sial!" umpat Letty yang kesekian kalinya. "Ternyata mom juga sudah mengetahui bahwa Fredrick adalah seorang mafia. Oh ya Tuhan ...." Letty melenguh dan membiarkan tubuhnya terkulai di lantai.
"Teganya mom menyembunyikan hal ini dariku. Jika saja saat itu aku bisa mengetahui maksud mom, aku sudah lari jauh dari semua ini," batin Letty.
"f**k!!" Letty kembali meracau saat dia begitu frustasi. Pikirannya buntu dan tidak ada solusi dari masalahnya.
"Letty Van Der Lyn, ternyata putri seorang mafia." Letty kembali bergumam. Dia tersenyum kecut, menggeleng, menggeram frustasi. Dia hanya tidak mengerti mengapa harus dirinya yang mengalami semua ini.
*****
Seminggu berlalu sejak Letty mengetahui fakta di balik kehidupan yang di jalaninya dan selama itu pun Letty masih mendekam dalam sebuah penjara dengan dinding yang terbuat dari baja tebal.
Letty terus menolak apa pun yang di tawarkan Fredrick maupun Lucas kepadanya, bahkan untuk makan pun Letty tidak ingin menyentuh apa pun. Dia ingin segera lenyap dari dunia yang fana ini. Namun, Fredrick mempunyai seribu jurus untuk membuat Letty tetap hidup dan kuat, Fredrick menggunakan kemampuan hypnotherapy untuk membuat Letty tidak sadarkan diri dan mau menuruti keinginannya.
Fredrick menggunakan kesempatan itu untuk menyuntikkan vitamin dan memberikan Letty makan serta minum. Fredrick tidak bisa menggunakan kemampuan memanipulasi pikiran Letty untuk menyetujui keinginannya, karena seseorang yang sedang menerima hypnotherapy akan terlihat seperti orang ling-lung dengan tatapan kosong. Fredrick juga tidak bisa lama-lama menghipnotis Letty karena akan berpengaruh terhadap kejiwaan Letty.
Well, Fredrick selain dia kaya, tampan dan kuat dia juga mempelajari beberapa cara untuk memperkuat dirinya seperti ilmu hypnotherapy yang di pelajarinya sejak dia mulai terjun di dunia gelapnya. Namun, Fredrick tidak bisa memprediksi sesuatu yang akan terjadi karena dia bukan paranormal. Berbeda dengan Fredrick, Letty sudah memiliki ilmu telepati sejak lahir, hanya saja Letty belum terlalu memahami kemampuannya itu. Letty masih memerlukan banyak latihan untuk bisa menggunakan telepatinya dengan sempurna. Itulah yang diinginkan Fredrick yang sudah mengetahui kemampuan telepati Letty sejak lama, Letty bisa memanipulasi pikiran seseorang dengan cara yang berbeda dari hypnotherapy. Letty bisa mengirimkan sugestinya dari jarak jauh tanpa melihat lawan bicaranya itulah keistimewaan seorang, telepatis.
"Baguslah kau sudah makan, sekarang istirahatlah," ucap Fredrick saat dia selesai memberikan Letty makan. Fredrick merasa kasihan melihat Letty, tapi itu tidak sama sekali membuatnya mengubah keputusannya. Fredrick membunyikan jarinya untuk membuat Letty sadar.
Letty memicingkan matanya sambil meremas pelan kepalanya.
"Apa yang terjadi padaku barusan? Aku merasa semenit yang lalu aku berdebat dengan Fredrick. Aneh!! Perutku terasa kenyang dan semakin hari aku semakin merasa sehat," batin Letty. Letty menatap setumpuk makanan di atas meja yang di bawa Fredrick. Dia merasa aneh, dia tidak memakan apa pun yang di bawa Fredrick tapi dia merasa sangat kenyang. Letty menatap ayahnya dengan tatapan tidak bersahabat.
"Apa yang kau lakukan padaku?" ucap Letty. Fredrick hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Letty.
Letty membuang mukanya. "Apa-apaan ekspresi itu? Apa aku terlihat lucu?" batin Letty. Fredrick yang awalnya bersandar pada meja di belakangnya kini berdiri tegap kemudian mengambil langkah mendekati Letty.
Seperti biasa Letty akan dengan senang hati menepis tangan kekar Fredrick yang hendak menyentuhnya.
Fredrick tersenyum. "Istirahatlah," ucap Fredrick singkat.
"Iya. Terima kasih untuk pelayanan kamarnya, bisakah kau pergi saja dan tidak usah kemari? Aku lebih senang mendengar decitan tikus dari pada suaramu," ucap Letty sarkastik.
Tanpa berniat untuk berdebat, Fredrick pun mengikuti kemauan putrinya. Dia keluar dengan membawa nampan kosong. Fredrick menarik napas panjang, menahannya sebentar lalu kembali melirik kecil kebelakang sebelum pintu besi itu kembali tertutup.
Apa yang bisa Fredrick lalukan, putri semata wayangnya telah menghinanya habis-habisan namun Fredrick tidak bisa memarahinya, dia mengerti kekesalan Letty pada dirinya. Fredrick akan menerima semua caci maki putrinya, karena dia memang pantas menerimanya namun, apa pun usaha Letty tetap tidak akan membuat pendirian Fredrick goyah sedikitpun.
"Maaf, nak, tapi mafia tetaplah mafia, tidak ada yang bisa mengubahnya," gumam Fredrick. Dia berbalik dan sepenuhnya meninggalkan tempat itu.
Saat Fredrick tengah berjalan menaiki anak tangga yang menjadi satu-satunya jalan menuju penjara bawah tanah, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan tertera nama Elena di ponselnya.
"Elena?" batin Fredrick. Dia berdehem dulu dan berusaha terdengar setenang mungkin. Sudah sejak beberapa hari yang lalu Elena menghubungi Fredrick, namun Fredrick sengaja mematikan ponselnya. Baru tadi pagi Fredrick menghidupkan ponselnya dan saat ini Elena sudah meneleponnya.
"Dimana Letty?" ucap Elena. Suara Elena terdengar begitu cemas di seberang telepon. Belakangan ini dia sering memimpikan Letty, firasatnya mengatakan telah terjadi sesuatu yang buruk dengan puterinya.
"Letty meneruskan liburannya. Sekarang kami sedang di Mali-"
"Jangan pura-pura, Fred. Aku tahu Letty sedang tidak baik-baik saja sekarang. Aku ibunya dan seorang ibu bisa merasakan penderitaan putrinya. Katakan dengan jujur dimana Letty?" Elena mulai meninggikan nada bicaranya.
"Sayang, tenanglah. Aku tidak berbohong dia sedang di Malibu bersama Chester jika kau tidak percaya tanyakan saja pada Chester," ucap Fredrick santai.
Fredrick memang sudah membuat rencana. Setelah dia mengurung Letty di Miami, Fredrick memerintahkan Chester untuk ke Malibu dan dia harus mencari seorang wanita yang tubuh dan wajahnya hampir menyerupai Letty. Chester sebenarnya sudah mengetahui bahwa sesuatu telah terjadi pada Letty namun dia tidak berani bertanya pada Fredrick sebab dia sangat segan pada sosok bernama Fredrick Van Der Lyn itu.
Fredrick juga sudah memerintahkan Chester untuk tidak memberitahu kebenaran pada siapapun dan harus berbohong kalau-kalau Elena akan menghubunginya. Sebab yang Elena tahu Chester masih di Denmark mengawal Lucas namun Lucas dan Angelie sudah kembali ke New York. Lucas juga berpura-pura tidak mengetahui apa pun sehingga Elena semakin curiga dengan mereka.
"Fred , jika sesuatu terjadi pada Letty, kau akan melihat bangkaiku di rumah ini," kecam Elena dan langsung mematikan sambungan teleponnya.
Fredrick hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghembuskan napas beratnya ketika melihat layar ponselnya. Fredrick kembali mengangkat kepalanya dan meneruskan perjalannya. Dia memberikan nampan itu kepada pelayan setelah kakinya berhasil keluar dari ruang bawah tanah. Dia kembali berjalan lalu langnya berhenti tepat di sebuah ruangan tua. Fredrick berbalik dan meraih gagang pintu. Sebuah ruangan pribadi yang dulunya milik mendiang ayahnya. Piano usang, galeri foto, ada banyak foto keluarga disana. Di antara semuanya itu, ada sebuah foto yang menarik mata Fredrick. Dia berjalan mendekati sebuah foto dimana ada dua anak lelaki yang duduk di pangkuan seorang pria.
"Albert, akhirnya kau dapat yang kau mau. Apa kau melihatku sekarang sambil tertawa terbahak-bahak?" Fredrick tergelak ironi pada foto di depannya.
"My devil father," gumam Fredrick. Urat-urat di wajahnya sontak menegang menahan amarah yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Tangannya mengepal dan sejurus kemudian Fredrick berteriak dengan kencang sampai seluruh pengawalnya dapat mendengarnya.
Fredrick meluapkan amarahnya dengan berteriak dan memukul-mukul tembok dengan kepalan tangannya. Dia frustasi, dia jatuh dalam arogansi dan ambisnya. Dia hancur bahkan tersesat dalam bayangan hitam yang terus menghantuinya. Ingin rasanya Fredrick mengakhiri semua ini, tapi ibarat nasi telah menjadi bubur demikianlah nasib Fredrick.
Fredrick kembali teringat ayahnya Albert yang mengakhiri hidupnya dengan menyayat lengannya menggunakan belati. Saat itu Fredrick dan Lucas sudah menjadi pimpinan Balckglow. Tidak ada alasan yang jelas saat Albert mengakhiri hidupnya namun menurut salah satu orang kepercayaan Albert, Albert ingin segera menemui Rosella. Albert sudah sangat tersiksa dengan hidupnya, hingga dia terpaksa mengakhiri hidupnya.
Fredrick menangis sejadi-jadinya saat mendapati dirinya sudah sangat seperti Albert. Dirinya sekarang menjadi kejam dan tidak berhati, padahal dulu dia sangat menikmati bisnis gelapnya. Tapi begitu melihat keluarganya yang hancur rasanya dia juga ingin mengakhiri hidupnya.
****
"Dad ini hari pertamaku di highschool seluruh siswa menyukaiku. Aku tidak menyangka kalau aku sepopuler ini,"
"Daddy, aku akan masuk elementary school sekarang apa aku sudah bisa mendapat mobil sport seperti Letty dan Leo?"
*****
Fredrick tertawa dalam tangisnya saat mengingat perkataan kedua putranya. Anak-anaknya masih sangat membutuhkannya. Dia tidak bisa menyerah pada dirinya dengan mengakhiri hidupnya, dia sudah benar. Ini juga demi kebaikan keluarganya Fredrick yakin bahwa orang-orang di luar sana suatu saat akan menyerang keluarganya.
"Maafkan aku Letty, maafkan daddy," gumam Fredrick dalam tangisannya.
_________________________
To be continue
found me on i********: : @inezhseflina