52. Desire

1151 Kata
    "Alex?" Letty membulatkan matanya untuk yang kesekian kalinya.     Alex lantas menarik dirinya yang bersandar di tiang pintu, lalu mulai mengambil langkah perlahan kedepan menghampiri gadis yang tengah menatapnya.     "Su-sudah berapa lama, ka-kau disitu?" Letty menggagap.     Alex masih mempertahankan tangan yang terlipat di depan d**a sambil mata awasnya tidak lepas dari Letty.     "Siapa yang barusan meneleponmu?" tanya Alex.     "Temanku," ucap Letty sambil berusaha memasang raut wajah santai. "Dia mengajakku menonton film action. Dia suka sekali film-film berbau sindikat," ucap Letty.     Alex membawa tangannya, mengusap dagunya sambil perlahan menganggukan kepalanya. "Apa judulnya?" tanya Alex lagi.     "Taken, ini serinya yang ketiga." jawab Letty. Otak gadis itu berjalan sejak tadi mencari judul film karena Letty tahu Alex akan terus bertanya padanya.     Alex mengangguk lagi. "Kau mau nonton film itu?" tanya Alex.     "Nanti saja," ucap Letty.     "Tidak, kita bisa menontonnya sekarang." Alex kembali memperlihatkan kemampuan mengontrol dan memerintah.     "Ah ... sudah malam, lagi pula kita sudah janji untuk menginap." Letty berusaha menolak namun dalam hati dia bersyukur, karena Alex akhirnya percaya padanya.     "Siapa bilang kita akan keluar?" tanya Alex. Letty mengerutkan dahi. "Kemari." Alex menarik tangan Letty lalu membawanya keluar kamar.     "Kita mau kemana?" tanya Letty penasaran.     "Pergi menonton," ucap Alex. Dia membawa Letty ke lantai dua. Lalu bergegas membuka pintu ruangan yang terletak di depan studio.     "Wow ...." Letty kembali di buat terkesiap ketika memasuki ruang pribadi milik Alexander Oliver. Kamarnya sangat luas. Sangat luas untuk sebuah kamar.     Alex menarik tangan Letty untuk berjalan semakin masuk ke ruang pribadinya. Ada sebuah pintu kecil di dekat jendela kaca lalu Alex membuka pintu itu. Mereka masuk dan Letty semakin terkesan dengan mansion mewah ini.     "Wow, Alexander." Letty menggeleng sambil berdecak kagum. "Kamu punya teater di dalam ruang pribadimu?" tanya Letty. Matanya sibuk memperhatikan sekeliling ruangan yang hanya di d******i warna putih dan abu-abu. Alex menarik tangan Letty lalu mendudukkan dia di salah satu sofa. Hanya ada dua sofa di sana dan Alex duduk di samping Letty setelah menyalakan tv layar besar.     "Aku tidak menyangka kau punya segalanya di sini. Maksudku, studio, ruang pribadi, mini teater, sepertinya ini terlalu nyaman. Mengapa kau lebih memilih tinggal di apartemen?" tanya Letty.     Alex memalingkan wajahnya pada Letty. Dia menarik senyum simpul. "Kadangkala semua ini membuatku bosan, lagi pula disini tidak ada kau," ucap Alex.     Letty lalu memutar bola mata sambil menggelengkan kepala. Dia hampir terbiasa dengan kata-kata itu tapi tetap saja Letty tidak bisa bohong jika dia tersipu oleh kalimat yang kadang di sebutnya 'bualan'.     "Kau mau soda atau,"     "Kau punya tequila?" sergah Letty.     Alex tersenyum kecut. "Lady Cocktail," gumam Alex. Dia berdiri lalu berjalan menuju mini bar yang juga ada di dalam teaternya. Alex meraih sebuah botol bertuliskan Jose Cuervo kemudian mengambil gelas dan kembali ke tempat duduknya. Dia menyerahkan salah satu gelas itu kepada Letty.     "Filmnya akan di mulai," ucap Letty. Alex mengangguk lalu menuangkan minuman itu kemudian berbalik untuk mulai menikmati pertunjukan di layar tv.     "Kau sudah nonton seri pertama dan kedua?" tanya Alex.     "Hem ... seri pertama sang ayah yang berjuang menyelamatkan anaknya, di seri kedua Kim, anak mereka yang harus berjuang menyelamatkan kedua orang tuanya," tutur Letty.     "Kau suka film seperti ini?" tanya Alex lagi.     Letty mengulum senyum lalu perlahan menganggukkan kepala. "Aku suka genre seperti thriller, misteri dan CIA," ucap Letty.     "Kalau begitu selamat menonton," ucap Alex. Letty mengangguk dan mereka melanjutkan menonton. Pemutaran film sudah berjalan hampir setengah jam, tapi Alex sama sekali tidak bisa berkonsentrasi pada film di depannya. Selain dia tidak suka menonton film thriller action, pikirannya terus melayang pada gadis di sampingnya.     Alex tidak mau berhenti menatap Letty. Matanya bergerak kebawah. Letty terlihat sangat seksi dengan dress kimono berwarna merah yang memamerkan kulit putihnya. Alex terus menelan ludah. Jantungnya berdetak meningkat ketika batinya mencoba menegur pria itu agar tetap berada pada pemikiran yang lurus sebab, sepertinya pikiran Alex mulai melayang kemana-mana.     "Mau tambah minuman?" tanya Alex. Letty mengangguk. Dia mengangkat gelasnya tanpa melirik Alex sebab tontonan di depannya terlalu sayang jika di lewatkan.     "Astaga, ternyata Lenore menikah lagi. Sepertinya dia tidak bisa memaafkan Mills," gumam Letty. Dia menggelengkan kepala.     Di tempatnya, Alex tampak sangat gelisah. Dia berdiri dari duduknya. Berjalan ke mini bar. Ada kulkas mini di sana dan Alex tahu Nancy pasti sudah mengisinya dengan buah-buahan. Alex meraih anggur dari dalam kulkas lalu membawanya ke tempat duduknya. Dia memilih untuk memakan anggur sambil terus menatap gadis di sampingnya.     "Oh ...." Letty tersenyum sambil menggelengkan kepala. Sepertinya adegan di depan membuatnya terkikik. Alex memalingkan wajah karena penasaran. Seringaian muncul di wajahnya.     "Mills mengganggu momen indah anaknya," ucap Alex tiba-tiba.     Letty tersenyum mendadak pipinya terasa panas. Padahal hanya adegan ciuman antara Kim dan kekasihnya. Ciuman basah dan hampir merambat ke adegan berbahaya tapi Mills sudah lebih dulu datang.     "Kasihan Kim, dia gagal menikmati momen indah," lanjut Alex. Padahal adegan itu sudah berlalu tapi Alex masih membahasnya.     Letty kembali fokus menonton. Dia mengganti posisi duduknya dengan memangku kaki. Sontak Alex menarik napas ketika melihat paha mulus Letty.     "Fyuh ...." Alex mengerjap berulang kali sambil menggelengkan kepala. "Ehem!"     Lagi-lagi pikiran Alex melayang. Tiba-tiba saja tubuh polos Letty terlintas di benaknya dan membuat Alex menggeram sambil menggertakan giginya. Alex mengambil tequila lagi lalu menuangkan segelas penuh kemudian meneguknya dengan cepat. Dia menaruh gelas ke samping. Hawa di sekitar Alex mendadak berubah padahal dia yakin jika udara disini cukup dingin. Mungkin juga pengaruh alkohol sudah mulai bekerja dan membuat darah pria itu terasa panas.     Alex mulai mengangkat tangannya, walau dengan ragu-ragu. Alex tidak habis pikir, padahal tadi siang dia bisa langsung mencium bibir gadis di sampingnya tapi, kenapa kali ini jadi begitu sulit. Tidak, sebenarnya Alex ingin Letty sendiri yang menyerahkan dirinya seperti gadis-gadis lain yang pernah menikmati one night stand dengannya. Tapi, sepertinya pertahanan gadis di sampingnya begitu kuat dan Alex hampir kehabisan akal.     Pria itu meraih helaian rambut milik Letty, lalu menyelipkannya di belakang telinganya. Letty menutup mata. Jantungnya berdetak meningkat saat kulit jari Alex menyentuh kulit telinganya. Letty berusaha untuk tidak bergidik tapi, suasana disini mendadak berubah. Entah mengapa Letty jadi menikmati sentuhan Alex.     "Ehem!" Alex jadi makin berani. Tangannya berlaih. Dia membawa punggung jari telunjuknya menyentuh lengan Letty dengan irama yang membuat gadis itu akhirnya bergidik hingga Letty perlu merapatkan kakinya sebab sesuatu dalam dirinya berdenyut.     Tubuh pria itu terbakar hanya dengan deru napas Letty yang terdengar menggema seolah menutupi semua suara yang ada dalam ruangan ini. Alex menarik tangan Letty sehingga membuat tubuh gadis itu berputar dan secara spontan Alex meraih salah satu sisi wajah Letty. Menarik tengkuknya dan membawa wajah gadis itu di depan wajahnya.     Sementara Letty melarikan tatapannya kebawah. Rasanya gadis itu sudah tidak bisa melawan lagi. Dia tidak bisa lebih lama menahan perasaannya. Berbohong pada diri sendiri itu sangat menyiksa. Dia menginginkan Alex seperti pria itu menginginkannya.     "Apa kau akan marah jika aku menciumu lagi?" bisik Alex di depan bibir Letty.     Letty menarik napas dalam-dalam. Sepertinya disinilah dia harus menyerah pada hasratnya. Jantungnya semakin kuat memukul tulang rusuknya sebab terlalu lama Letty bekutat dengan pemikirannya.     "Letty, sayangku ..."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN