Letty menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia berusaha menetralisir degup jantung yang sepertinya sebentar lagi akan meledak.
Jantung Letty masih berdegup kencang sejak beberapa saat yang lalu. Suasana hatinya ikut berubah tatkala melihat sepasang bola mata cokelat yang memabukan. Letty terus tersenyum bahkan dia sendiri heran dirinya begitu tersipu melihat senyum lelaki yang beberapa saat yang lalu hampir melukai dirinya.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Letty merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dimana Letty terlihat begitu bodoh sekaligus tersipu di depan lawan jenisnya. Dia tidak pernah merasakan perasaan ini saat bersama Chester, Marshall bahkan beberapa teman pria Letty yang dekat denganya. Letty begitu heran mengapa pria yang baru dua kali bertemu dengannya itu mampu membuatnya hilang kendali.
Mata, hidung dan bibirnya begitu melekat di benak Letty. Bahkan sekarang, Letty merasa bodoh menolak ajakan Alex untuk makan malam bersamanya. Padahal dalam hati Letty ingin sekali menerima ajakan Alex.
"Stupid i am!" gerutu Letty sambil memukul stir mobilnya.
Letty menatap dirinya lewat kaca spion mobilnya. "Lihat dirimu,"gumam Letty lagi. Kali ini sambil memegang kedua pipinya yang masih terlihat merah padam. Letty menepuk pelan kedua pipinya sambil menutup matanya gemas.
"Hentikan, hentikan Letty. He just a stranger. Dia bahkan tidak mengingat dirimu." Letty terus menggumamkan kalimat tersebut dalam hatinya. Namun, semakin di lupakan semakin wajah pria itu sangat jelas dalam pikiran Letty..
"God help me," gumam Letty untuk kesekian kalinya. Tanpa sadar, Letty sudah memasuki kawasan rumahny. Dari kejauhan Letty sudah melihat beberapa anak buah Fredrick telah berdiri di depan gerbang. Salah satu di antara mereka adalah Chester. Mereka semua memakai pakaian serba hitam layaknya pakaian body guard. Letty menurunkan kecepatan mobilnya saat hampir mendekati gerbang rumahnya.
"Selamat malam, nyonya muda," sapa semua pengawal serentak.
"Selamat malam," sahut Letty dengan senyum sumringahnya. Para penjaga gerbang kemudian membukakan pintu untuk Letty. Letty berhenti tepat di depan beranda rumahnya kemudian menyerahkan kunci mobilnya pada Bruce.
"Selamat datang, nonya muda. Orang tua anda sudah menunggu di meja makan," ucap Bruce. Letty mengangguk dan segera memasuki mansion mewah milik ayahnya. Dia di sambut oleh beberapa pelayan wanita di rumahnya.
"Charlotte, tolong ambilkan tas belanjaku di mobil dan bawa ke kamarku. Aku perlu gaun untuk acara perpisahan besok malam," ucap Letty.
"Baik, nyonya muda," ucap pelayan bernama Charlotte. Kemudian seorang pelayan menghampiri Letty dan membukakan jaket kulit yang Letty kenakan.
"Apa ayahku ada di dalam?" tanya Letty. Entah mengapa dia mulai merasa gugup sekarang.
"Tuan besar sudah berada di sini sejak sore. Dia menanyakan dirimu," jawab wanita itu pada Letty.
"Lalu apa kata bibi?" tanya Letty penasaran.
"Aku mengatakan bahwa nyonya muda sedang ke sekolah untuk beberapa urusan,” ucap wanita paru baya itu pada Letty.
"Apa bibi mengatakan kalau aku jarang tinggal di rumah?"
"Tentu saja aku tidak berani. Sebaiknya anda segera ke ruang makan, mereka menunggu anda sejak tadi," ucap pelayan tersebut. Letty mengangguk dan segera mempercepat langkahnya ke ruang makan.
Saat hampir tiba di ruang makan, Letty melihat penampilannya untuk memastikan bahwa dia terlihat baik-baik saja. Oh, Letty begitu gugup ketika memikirkan akan bertemu ayahnya.
Letty kembali menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Letty menghitung dari 1-3 kemudian dia memberanikan dirinya untuk melangkah ke ruang makan.
"Selamat malam semuanya," ucap Letty yang hampir terdengar berbisik. Letty bahkan tidak berani menatap orang-orang di ruang makan.
Letty mendengar suara langkah kaki yang mulai mendekat ke arahnya, sedetik kemudian seseorang telah memeluk erat dirinya.
"Letty, puteriku."
Letty mendongakan kepalanya saat mengetahui siapa yang memeluknya. Orang yang sangat dia rindukan, Letty tidak kuasa menahan rasa rindunya. Dia berbalik dan langsung meraih pelukan ibunya.
"Mom," gumam Letty. Elena-lah yang memeluk Letty. Sejak tiba di rumah sore tadi, Elena langsung mencari ketiga buah hatinya. Terlebih Letty yang seminggu belakangan ini menjadi buah pikiran Letty. Letty juga tidak berada di rumah saat dia kembali, jadi Elena sangat bersyukut mendapati putrinya dalam keadaan baik-baik saja.
Ketika Elena dan Letty melepas rindu lewat pelukan, tiba-tiba saja Letty menangkap sepasang mata yang memperhatikan dirinya dari kejauhan tanpa ekspresi. Letty juga langsung memasang wajah tanpa ekspresi saat melihat Ayahnya tengah duduk di ujung meja makan sambil bertopang dagu. Telapak tangannya sedikit membungkus wajah bagian bibirnya, matanya fokus ke arah bola mata Letty.
"Letty, kemarilah nak. Ayah merindukanmu."
Letty mendengar suara ayahnya dalam pikirannya saat melihat kedua mata ayahnya. Ada rasa rindu yang mendalam yang di pancarkan kedua mata ayahnya, bahkan Letty dapat melihat gundukan air mata yang menahan di pelupuk mata itu. Secara naluriah Letty melepas pelukannya dengan ibunya dan perlahan mendekati ayahnya.
Elena berbalik menyaksikan sikap kedewasaan puterinya yang mengalahkan egonya sendiri dan berusaha untuk meraih tubuh ayahnya.
Fredrick berdiri dari duduknya dan membuka kedua tangannya menyambut putrinya. Letty terus berjalan walaupun pandanganya mulai buram karena air mata yang tertahan di pelupuk matanya.
"Kemarilah sayangku, kemarilah pada ayah." Lagi Letty mendengar suara ayanhnya yang memeanggil-manggil dirinya lewat mata ayanhya.
Letty berlari saat jaraknya dengan Fredrick tinggal beberapa inci lagi. Letty segera menubrukan dirinya pada tubuh kekar ayahnya dan menenggelamkan wajahnya pada d**a bidang ayahnya. Fredrick pun merangkul puteri semata wayangya itu dengan penuh kasih sayang. Semua pasang mata yang melihat mereka ikut menitikan air mata, walau di antara para pelayan yang berdiri di sisi lain ruanganan ini tidak mengerti mengapa ayah dan anak ini tiba-tiba menangis saat baru bertemu. Padahal mereka sudah sering melihat Letty memeluk ayahnya tapi, baru kali ini Letty memeluk ayahnya sambil terisak tangis. Begitupun Fredrick yang menahan tangisnya tapi tetap saja air mata terus lolos dari mata Fredrick. Fredrick mencium puncak kepala Letty dengan penuh kasih sayang.
"Puteiku," gumam Fredrick yang terdengar parau.
"Dad …," ucap Letty sambil terus terisak tangis. Hidungnya kembang kempis, dadanya naik turun menahan rasa sakit sekaligus bersalah dalam hatinya. Letty mempererat pelukannya saat tangisnya semakin menjadi-jadi.
"Ssshhhh …." Fredrick berusaha menenangkan putrinya saat dia sendiri masih menahan air matanya.
"Dad, ma-af-kan a-ku. Ja-ngan tinggalkan aku, aku menyayangimu," ucap Letty terbata-bata.
Elena yang melihatnya dari kejauhan tidak bisa menyembunyikan rasa harunya. Dia juga berharap bahwa ini pertama dan terakhir terjadi pertengkaran antara suami dan putrinya.
"Ssshhh … diamlah. Lihat Lennox menertawaimu. Kau mengejeknya saat dia menangis, sekarang dia mengejekmu saat kau menangis. Lihat, kakakmu yang tangguh ini Lennox," ucap Fredrick sambil melirik ke arah Lennox. Lennox yang tidak mengerti dan bertanya-tanya pada kakak laki-lakinya apa yang sedang terjadi pada kakak perempuan dan kepada ayahnya, dia tertawa saat Leonard membisikan sesuatu di kupingnga.
Tawa Lennox pun pecah saat ayahnya memberitahu Letty perbuatan Lennox. Letty yang masih terisak tangis perlahan-lahan mulai berhenti menitikan air mata saat Fredrick ikut tertawa bersama kedua adiknya. Entah apa yang membuat ketiga pria penguasa di rumah ini tertawa terbahak-bahak sedangkan Letty masih memeluk erat tubuh ayahnya.
"Kata Leo, Letty baru saja di tinggalkan pacarnya sehingga dia menangis tersedu-sedu," ucap Lennox dengan polos membuat gelak tawa Fredrick dan seisi ruangan pecah. "Leo juga mengatakan bahwa Letty di tipu pacarnya," sambung Lennox diikuti suara dan gelak tawanya yang menggemaskan yang lagi-lagi membuat seisi ruangan tertawa, tidak terkecuali Elena yang menatap tingkah putra bungsunya dari kejauhan.
Letty yang tidak terima malah mencubit perut ayahnya tanpa melepas pelukannya.
"Cukup. Hentikan sayang. Kakakmu berbohong," ucap Fredrick yang masih berusaha menahan tawanya.
"Itu tidak benar. Aku mengatakan yang sebenarnya. Untuk apa seorang gadis memeluk ayahnya sambil terisak tangis. Biasanya mereka merasakan patah hati yang mendalam sehingga dia berusha mengatakannya lewat tangisan," ucap Leonard. Dia tiba-tiba menjadi ahli cinta.
"Diam kau. Dasar upil." Letty marah karena dia tidak tahan dengan ucapan adiknya yang mengada-ngada.
Elena menggeleng sambil tersenyum dan berjalan ke arah putra bungsunya yang duduk di samping Leo. Elena meraih tubuh Lennox dan memangkunya di antara kedua pahanya.
"Berhentilah menertawai kakakmu sebelum dia beralih menggelitik perutmu seperti ini." Elena menggelitik perut Lennox membuat Lennox menggeliat sambil tertawa.
Letty yang merasa agak tenang, akhirnya melepaskan pelukannya. Fredrick memegang wajah Letty dan menghapus sisa air mata di wajah putrinya kemudian mengecup dahi puterinya.
"Ayo sekarang waktunya makan. Oh … dad sangat merindukan masakan rumah terlebih kokinya adalah Marie Ferguson, koki terbaik di new York," ucap Fredrick antusias. Mereka semua duduk kemudian saling berpegangan tangan untuk berdoa dan seperti biasa Elena yang memimpin doa di meja makan.
Canda dan tawa menghiasi acara makan malam keluarga Van Der Lyn. Terlebih tingkah Leo yang kerap kali membuat Letty geram dengan ejekannya diikuti gelak tawa Lennox yang menggemaskan, membuat Fredrick dan Elena kembali merasakan suasana hangat yang beberapa hari yang lalu pernah menghilang di antara mereka. Elena bersyukur bisa kembali bertemu dengan ketiga buah hatinya, apalagi Fredrick dan Letty sudah kembali seperti semula. Elena terus berdoa semoga tidak ada hal buruk lagi yang akan terjadi pada keluarga kecilnya.
"Dad, kau berjanji akan memberikan lamborghini elemento saat kau kembali dari Amsterdam. Aku menunggunya dad," ucap Leo.
"Oh ya, aku lupa. Kau belum punya SIM. Umurmu masih lima belas tahun, kau harus menunggu setahun untuk membuat SIM tapi tetap saja aku akan menepati janjiku. Kau menjaga Lennox dengan sangat baik. Kau mengikuti perintahku dengan tidak membolos dan tidak berkeliaran. Jadi kau akan mendapatkan mobilmu besok," ucap Fredrick.
"Sungguh?" ucap Leo memastikan.
"Ya. Tapi, kau belum bisa memakainya hingga kau punya SIM"
"Pfftt …!” Letty terkekeh.
"Dad … apa gunanya punya super car jika tidak bisa menggunakannya?" keluh Leonard. Dia tentu tidak bisa menerima keputusan ayahnya.
"Maaf, nak, tapi itu perjanjiannya. Jika kau ingin menggunakan mobilmu, kau harus di temani Chester atau Letty mereka sudah memiliki SIM."
Leo mendengus kesal. "Apa dad tidak bisa memalsukan SIM untukku?"
"Negatif," ucap Fredrick tegas sambil menatap tajam ke arah Leo membuat Leo bungkam.
"Ehem …." Letty berdehem. "Lusa adalah hari kelulusan kami, seperti biasa akan Graduation. Semua orang tua murid diundang kesana. Kurasa panita acara sudah mengirimkan undangan resminya kemarin, mungkin ada pada bibi Marie. Kuharap Mom dan Dad bisa hadir besok.”
"Well, Dad akan mengosongkan seluruh jadwal untuk Lusa."
"Minggu depan hari kelulusanku dad, sekolahku juga akan melakukan acara yang sama. Undangannya akan di berikan senin depan," ucap Leo masih dengan wajah masam.
"Oke," ucap Fredrick.
"Berarti Lennox akan mulai sekolah di sekolah dasar. Oh … anak-anak ku mulai beranjak dewasa," ucap Elena sambil mengecup pipi Lennox kemudian mengacak rambut Leonard merasa bangga.
"Mommy, apa aku akan sekolah di sekolah Leo?" tanya Lennox dengan wajah polos.
"Tidak, sayang, kau akan sekolah bersama Canadia di Manhattan elementary school," ucap Elena sambil mencubit hidung Lennox. Lennox yang belum mengerti hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Suasana hangat kembali tercipta di rumah mewah ini. Rumah yang di penuhi canda, tawa dan kegembiraan. Namun, apakah kebahagiaan akan bertahan lama??
*****
Keesokan harinya....
New York, 07.00 pm
___________________
.
"Letty, teman mu sudah datang," teriak Elena dari luar kamar Letty.
"Ya aku akan ke bawah," sahut Letty. Dia bercermin untuk memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. Setelah itu, Letty keluar dari kamarnya dan segera ke bawa untuk menemui Marshall. Kemarin Marshall berjanji akan menjemput Letty tepat pukul tujuh dan ternyata dia menepati janjinya.
Letty turun dan mendapati Marshall sedang duduk di ruang tamu, ada Leonard dan Elena juga di sana.
"Marshall …," panggil Letty. Marshall langsung berdiri saat melihat gadis di depannya.
Letty memakain mini dress berwarna putih yang sangat pas di tubuhnya, gaun putihnya terlihat mengkilap karena taburan berlian di setiap sudut gaun. Terlebih gaun yang hanya selutut itu di pasangkan dengan heels berwarna putih yang senada dengan gaunnya. Tidak seperti biasanya, Letty juga merias wajahnya dan memakai perhiasan sehingga dia kelihatan sangat sempurna bak dewi Yunani. Marshall bahkan tidak membiarkan matanya berkedip sekalipun untuk menikmati pemandangan indah di depannya.
"Ayo pergi," ucap Letty. Namun Marshall seakan tuli karena sibuk memuja kecantikan Letty dalam hatinya.
Elena tersenyum melihat puterinya yang terlihat sangat cantik sehingga membuat para pria seakan berhenti bernafas.
"She's so hot, right?" ucap Leo.
"So sexy," gumam Marshall tanpa sadar.
"Marshall?!" teriak Letty yang berhasil membuat Marshall kembali ke dunia nyatanya.
Marshall tersentak kaget. "I-i'm sorry. I'm sorry. Yeah, Let's go," ucap Marshall terbata-bata. Dia begitu malu mendapati dirinya tengah berfantasi dengan pikirannya tanpa melihat situasi dan kondisi. "Geez … Stupid i'm!" Marshall menggelengkan kepalanya. Dia menjadi semakin salah tingkah saat melihat Elena dan Leo sedang terkekeh melihat kelakuannya.
"Mrs. Van Der Lyn, maafkan atas perkataan saya yang kurang menyenangkan. Emm, yeah … kau tahu semua pria mungkin akan melakukannya begitu melihat penampilan putrimu. Ku harap kau mengerti," ucap Marshall yang masih berusaha mengontrol dirinya. Elena malah tertawa mendengar pengakuan Marshall. Marshall menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia juga tidak bernani menatap wajah Letty.
"Marshall, apa kita akan ke pesta sekarang juga atau kau akan terus bertingkah aneh disini?" ucap Letty. Dia memutar mata dengan malas sambil melayangkan tangannya ke udara.
"Tentu. Maksudku, ya kita akan pergi, sekarang juga.” Marshal menjadi gugup. Dia melirik Elena dan Letty bergantian. “Mrs Van Der Lyn, kami permisi," ucap Marshall. Tangannya terulur kedepan untuk mempersilahkan Letty lebih dulu keluar. Marshall menyempatkan diri untuk membungkuk sebagai tanda hormatnya pada Elena kemudian dia bergegas menyusul Letty.
Marshall berlari kecil ke mobilnya untuk membukakan pintu samping kanan mobilnya dan mempersilahkan Letty untuk masuk. Kemudian Marshall berlari kecil lagi ke kursi kemudi.
"Uhh ... Well, you so look nice. " Marshall kembali menatap Letty sebelum tangannya mulai menyalakan mesin mobil.
"Just that?" ucap Letty .
"Maksudku, kau sangat cantik, elegan dan ...." Marshall kembali memalingkan wajahnya pada Letty.
"Dan?"
"Dan, sedikit seksi," lanjut Marshall.
Letty terkekeh mendengarnya. "I know i'm hot, " ucap Letty membuat Marshall mengumpat dalam hatinya dan merutuki dirinya. Marshall hanya bisa mengalihkan perhatian kotornya dengan melihat dan fokus ke arah jalan atau dia benar-benar akan mempermalukan dirinya di hadapan Letty.
Tidak butuh waktu lama bagi kedua remaja ini untuk tiba di kawasan sekolah menengah atas paling mewah di New York. Marshall membawa mobilnya ke halaman belakang sekolah tepatnya di sebuah aula besar yang telah di dekorasi sedemikian rupa sehingga terlihat sangat mewah dan Indah. Marshall memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu masuk. Beberapa teman seangkatan mereka juga sudah berdatangan. Marshall segera membukakan pintu untuk Letty dan membantu Letty berdiri, kemudian Marshall menyerahkan kunci mobilnya pada salah satu petugas keamanan. Marshall menggandeng tangan Letty memasuki aula megah ini.
"Hi, guys," sapa seorang pria seumuran Marshall pada mereka.
"Hay Lawrence," sahut Letty dan Marshall bersamaan.
"Lawrence aku harus memuji keahlian mendekorasimu. Kau mendekorasi tempat ini dengan sangat cantik,” ucap Letty.
"Kalian menyukainya?"
"Kau bercanda? Tentu saja semua orang akan menyukainya," ucap Letty.
"Terima kasih untuk itu. Baiklah ku harap kalian menyukai pestanya," ucap Lawrence. Kemudian Lawrence mempersilahkan Letty dan Marshall untuk mengambil tempat di dalam karena acaranya akan segera di mulai.
Mereka mengambil tempat duduk di dekat Brianna dan Kimmy yang merupakan sahabat Letty. Layaknya sebuah pesta mewah, tempat duduknya pun dia atur sedemikian rupa. Meja bundar dengan di kelilingi empat kursi di tambah para pelayan yang membawakan sampanye untuk mereka.
Letty menyapa kedua temannya yang telah lebih dulu datang. Beberapa saat kemudian seorang gadis yang merupakan salah satu siswa di sekolah Letty berdiri di atas panggung untuk memberitahukan kepada seluruh siswa dan beberapa dewan guru bahwa acara Prom Night akan segera di mulai.
Acara di buka dengan pidato dari kepala sekolah kemudian diikuti pemberian penghargaan kepada beberapa murid berprestasi di bidang akademik dan olahraga. Letty berhasil menerima sebuah penghargaan karena nilai ujian Letty sempurna dan dia lulus dengan nilai yang sempurna.
Kemudian ada juga pemberian penghargaan untuk The Famous King and Queen yang dimenangkan oleh Kimberly Hudson dan Thomas Hackman, mereka adalah pasangan paling populer di sekolah karena hubungan asmara mereka tidak menjadi penghalang untuk mengejar prestasi mereka karena mereka berdua sempat bekerja sama dalam proyek sains dan design di sekolah mereka, hubungan mereka di nilai dapat memberikan dampak positif bagi seluruh siswa.
Di sela-sela penghargaan diisi oleh beberapa penyanyi terkenal seperti Demi Lovato, Selena Gomez dan Justine Timberlake.
"Well, tidak terasa tiga jam pun serasa tiga menit. Selamat kepada seluruh siswa yang telah mendapat penghargaan dan selamat untuk kita semua yang telah lulus. Ucapkan selamat tinggal untuk acara membosankan ini dan, ku sarankan untuk para pria melepas jas kalian dan para gadis melempar heels kalian karena saat ini kita akan berdansa kawan-kawan beri tepuk tangan paling meriah untuk Marthin Garix …," ucap sang pembawa acara. Lampu sorot pun terarah pada sebuah panggung yang masih tertutup tirai. Gadis pemandu acara menginstruksikan untuk membuka tirainya dan di saat bersamaan tampaklah Marthin Garix yang siap memperdengarkan electronic dance music nya.
Seluruh siswa langsung bersorak mereka berdiri dari tempat duduk mereka dan berpindah ke arah ballroom untuk berdansa.