Pria yang Terlalu Dominan

1124 Kata
Setelah selesai mandi berdua di bawah shower bersama Deasy. Leeray mengeringkan tubuhnya lalu melilitkan handuk ke sekeliling pinggangnya. Dia pun berjalan ke arah ranjang milik Deasy. Bercak darah di seprai itu seolah menyadarkannya bahwa Desy masih perawan. Leeray pun merutuk dalam hatinya. Bagaimana dia bisa tidak tahu bahwa Deasy masih belum pernah terjamah oleh pria sebelumnya!? Gadis itu yang menawarkan dirinya sendiri pada Leeray tadi siang. Dia pun berdiri bertolak pinggang dengan kesal. Deasy berjalan dari arah kamar mandi masih memakai selembar handuk di tubuhnya melewati Leeray yang berdiri di tengah kamar tidurnya. Pria itu mencekal lengannya dan menariknya hingga menabrak tubuhnya yang kekar dan membuat Deasy terkesiap. “Deasy, katakan padaku sejujurnya, apa kau masih perawan sebelum bercinta denganku tadi?” tanya Leeray dengan serius sambil menatap ke dalam mata biru Deasy. “Yes, Sir.” Jawab Deasy sambil menyengir bandel. Leeray pun berkata dengan tegas tak ingin dibantah, “Sekarang kau harus setuju menjadi wanitaku. Menikahlah denganku, Deasy.” “Aku tak mau,” balas Deasy tanpa berpikir. Leeray menyeret Deasy ke tepi spring bed, merengut handuk di tubuh Deasy lalu memposisikan tubuh Deasy membelakanginya. Dengan tiba-tiba, Leeray mengulang apa yang dia lakukan beberapa menit lalu tanpa seizin pemiliknya. “Aku tidak menerima ketidakpatuhan. Aku ingin mendengar jawaban yang tepat. Maukah kamu menjadi wanitaku?” ucap Leeray dengan tegas sambil terus memacu tubuhnya. “Tidak …." Deasy masih menahan diri, walau terkadang suara desahan keluar dari mulutnya yang sudah dipenuhi gairah. “Jawabanmu salah, Nona!” ejek Leeray sambil terus memacu tubuhnya dengan ritme perlahan yang membuat Deasy begitu tersiksa. “Kumohon, Lee.” “Aku ingin mendengar jawaban yang benar, Cantik,” balas Leeray sengaja menghentikan gerakan pinggulnya. Pria ini memiliki ego setinggi langit, pikir Deasy sambil memutar bola matanya. Deasy pun menyerah pada gairahnya. “Baik, aku mau menjadi wanitamu.” “Bagus! Besok kita akan mendaftarkan pernikahan secara negara,” ujar Leeray dengan santai. Kemudian dia memacu tubuhnya dengan cepat hingga mencapai puncaknya bersama Deasy. Deasy menyesali perkataannya tadi. Dia pun mengejar Leeray yang berjalan ke kamar mandi. “Tunggu Lee, kurasa kita terlalu cepat untuk menikah. Aku masih ingin meneruskan sekolahku dan berpetualang yang tentunya tidak sama seperti kebiasaanmu yang lebih berhati-hati dalam segala hal.” Dengan tenang seraya mengeluarkan aura dominasinya. Leeray memojokkan Deasy ke dinding dan mengungkung tubuh perempuan itu dengan kedua lengannya yang kekar. Mereka berhadapan sangat dekat. “Keberatan ditolak. Kau sudah menyetujuinya tadi, Sayang. Kujamin besok siang kau sudah menjadi Nyonya Leeray Amadeus Indrajaya. Dan ... untuk seterusnya kau harus tinggal bersamaku. Ingat! Tidak ada kata ‘tapi’,” ucap Leeray menatap tajam bola mata biru yang tampak terkejut itu. Leeray menyatukan bibir mereka secara tiba-tiba dan membuat Deasy bergelanyut lemah di tubuhnya yang kekar. “Lihatlah ... tubuhmu itu menyukai sentuhanku. Aku pun tak bisa berhenti menyentuhmu. Deasy ... kau membuatku kecanduan. Aku tak akan melepaskanmu sampai kapan pun!” “Lee ... kau membuatku takut,” bisik Deasy dengan gemetar. “Deasy, sekarang aku mulai berpikir bahwa gadis-gadis keluarga Carson selalu membuat anak lelaki dari klan Indrajaya tergila-gila dan kecanduan dengan tubuh mereka,” ucap Leeray menyimpulkan apa yang terjadi saat ini. Dia pun melanjutkan, “Dulu aku merasa James sangat irrational dan konyol dengan segala kecintaannya pada Laura. Tapi, kini aku mengerti apa yang dia rasakan.” Setelah membersihkan tubuh, mereka berdua pun keluar untuk mencari makan malam. Leeray mengajak Deasy ke daerah Elizabeth Quay dimana terdapat banyak restaurant outdoor yang menjual berbagai jenis menu makan malam. “Sayang, kau ingin makan apa?” tanya Leeray sambil berjalan melihat-lihat jenis restaurant yang ada di sana. Dia melingkarkan lengannya dengan posesif ke pinggang ramping Deasy. Deasy sebenarnya sudah terbiasa dengan sentuhan posesif dari Leeray karena mereka berpacaran. Tetapi hari ini pria itu mendesaknya untuk menikah, bukan gayanya, menerima kekangan apalagi menjadi milik seseorang. “Kurasa aku ingin makan pasta, biasanya aku memesan Fusili Creamy Cheese Bolognaise di Sandy’s Kitchen,” jawab Deasy datar, dia berusaha melepaskan lengan Leeray dari pinggangnya, tapi sepertinya sia-sia. Ia masih merasa aneh dengan kondisi yang berubah begitu cepat. Deasy berjanji dalam hatinya untuk segera menelepon kakak kandungnya, Laura, untuk menanyakan tentang pria klan Indrajaya yang totally freak. Deasy bingung harus bagaimana menerima pinangan Leeray yang begitu mendadak. Memang bos nya itu tampan dan mempesona, tentunya juga tajir melintir. Selain itu Leeray memiliki performa yang luar biasa di ranjang. Dan ... yang paling penting adalah pria itu masih single di usia 35 tahun. Tapi, menikah itu sesuatu yang serius. Apa mereka tidak perlu meminta izin orang tua? Deasy tahu pernikahan secara negara di Australia sangat mudah, mereka hanya butuh visa dan usia yang sesuai dengan hukum pernikahan di negara itu dengan status single tentunya. “Hey, memikirkan sesuatu, Sayang?” tanya Leeray ketika mereka duduk di meja restaurant. Deasy pun bertanya, “Apa kita tidak perlu meminta izin orang tua untuk menikah, Lee?” “Tidak. Ini akan menimbulkan konflik besar bila papamu tahu kau melepas keperawananmu denganku. Kupikir kau sudah terbiasa dengan pergaulan bebas di sini karena kau mengajakku bercinta dengan mudahnya tadi siang,” jawab Leeray sambil menghela napas. Situasi ini sungguh rumit, tapi bukan sifatnya untuk melepas tanggungjawab setelah menghilangkan status perawan seorang gadis. Apalagi mereka masih berelasi, Deasy adalah adik istri James, adik bungsunya. “Tapi aku tidak menuntutmu untuk bertanggungjawab. Ohh Lee, ayolah batalkan niatmu untuk menikah denganku,” pinta Deasy mengiba dengan wajah imutnya. “Maaf, aku tidak pernah menarik kata-kataku. Mana ada CEO yang plin-plan?” ujar Leeray seraya tertawa sinis. Deasy pun mencebik melihat usahanya gagal total membujuk Leeray untuk membatalkan rencana pernikahan mereka. “Jangan coba-coba untuk kabur dariku, Nona! Pokoknya besok pagi aku akan menjemputmu untuk menikah di biro catatan sipil Perth,” pesan Leeray dengan serius menatap Deasy yang menghindari tatapannya. “Apa kau ingin memakai gaun pengantin?” tanya Leeray lagi. “Tidak. Aku ... tidak yakin ...,” balas Deasy dengan pikiran yang kacau. Dia tak siap menjadi istri siapa pun dalam waktu dekat. Dia masih berusia 20 tahun. Menu makan malam mereka pun datang. Leeray memesan Fetucine Alfredo with Smoked Beef untuk dirinya. Sementara Deasy memesan fusili. Mereka makan dengan tenang. Leeray memandangi Deasy sambil tersenyum penuh arti mengunyah makanannya. Wajah Deasy merona karena dipandangi dengan begitu intens oleh Leeray. Ia teringat ketika awal bekerja justru dia yang sering mencuri pandang pada Leeray, mengagumi ketampanan Leeray. Pria itu sangat mempesona ketika sedang bekerja, auranya begitu kuat dan mendominasi membuat lawan bicaranya tunduk pada keinginannya. Cara Leeray berbicara halus, tapi tegas kadang seolah dia mampu membaca pikiran lawan bicaranya. Akhirnya, Deasy memutuskan untuk menerima permintaan Leeray untuk menikah dengannya. Dia memang menyukai pria itu. Tetapi, bila pernikahan itu tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan, dia akan mengakhirinya ... dengan seizin Leeray atau tidak!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN