Episode 3

2072 Kata
Beberapa waktu kemudian, Sarah sedang duduk di meja makan sebuah restoran sekarang. Menunggu seseorang untuk datang dan makan bersamanya. Dia sedang bingung memikirkan apa yang terjadi di tempo hari saat berada di kantor. Ia masih tak percaya apakah kejadian itu benar-benar nyata terjadi atau tidak. Sarah tahu kalau bosnya Pak Alex adalah seseorang yang tampan, kaya, pintar, dan semua hal yang melekat baik-baik ada pada dirinya. Sedangkan Sarah sendiri merasa kalau dirinya tidak akan cocok berada di sandingnya. Sarah menduga kalau Pak Alex pasti sedang mempermainkannya dengan menjadikannya pasangan selingan, kedua, atau semacam itu. Jika dipikir-pikir, praktik menjadikan karyawan sendiri sebagai seorang pasangan merupakan praktik yang cukup lazim diterapkan apalagi di kantor-kantor dengan banyak sekali pegawai dan karyawan. Mungkin Sarah terlalu polos menganggap praktik itu tidak ada, tapi dia mungkin harus berhati-hati oleh situasi itu. Karena jika memang ada, maka praktik pelecehan akan semakin nyata. Sarah sendiri belum menceritakan ini kepada siapa-siapa, apalagi kepada teman sekantornya. Karena itu akan malah memperburuk citranya sendiri sebagai pegawai dengan mulut jelalatan, padahal itu tidak pernah terjadi dalam kasus yang sebenarnya. Situasi kantor tidak mungkin akan membiarkannya menjadi terlalu benar saat ini di sana. Seorang pelayan pun datang, menawarkan menu kepada Sarah untuk dipesan. “Maaf Nona, apakah ada sesuatu yang ingin Anda pesan sekarang?” Sarah sebenarnya sudah ditawari dengan menunya, namun dia menolak karena harus menunggu seseorang itu untuk datang terlebih dahulu sebelum dia memesan sesuatu. Dia tidak ingin bila sesuatu itu nanti akan habis duluan bahkan sebelum orang yang berjanji akan datang kepadanya akan datang. “Maaf, tidak dulu ya mbak. Saya menunggu partner saya dulu untuk datang, Mungkin sebentar lagi.” Balas Sarah sambil menunjuk jamnya yang berada di pukul 20.30. Dengan muka senyum palsu, pelayan itu pun langsung saja mengambil kertas menunya kembali dan berjalan menuju kasir. Sarah mungkin tidak menyadarinya, karena dia sedang terlalu cemas sekarang. Khawatir orang itu tak kunjung datang, Sarah pun langsung menelepon orang yang akan ia ajak bertemu dengannya di sini sekarang juga. Telfon berdering, tanda kalau ponsel itu sudah tersambung ke dan hanya menunggu untuk diangkat. Tak lama kemudian ponsel itu pun diangkat dengan baik. “Halo, berapa lama lagi kau akan datang? Pelayan ini sudah menghampiriku 3 kali! Aku malu dia datang menawariku terus-terusan padahal aku tidak membawa uang cash. Bisakah kau datang lebih cepat?” “Uhhh... Baiklah sayang. Aku sedang berada di motor sekarang dalam perjalanan. Mungkin 10 menit lagi aku akan datang. Untuk pesanan, kau boleh memesannya terlebih dahulu, karena aku akan membayarnya nanti sesampainya di sana”. “Tidak, tempat ini hanya memperbolehkan bayar setelah memesan. Aku sudah mengatakan kepada mereka kalau aku tak memiliki uang Cash, dan mereka menolak untuk membayar dengan cara lain. Aku juga sudah cukup haus di sini sekarang!” “Baiklah, aku akan mempercepat laju motorku. Mungkin, 5 menit lagi aku akan sampai. Doakan aku sampai dengan selamat ya!” “Hei!! Jangan mengebut, jika kau terjatuh dan kecelakaan malah jadi repot nanti. Berjalanlah dengan hati-hati!!” Saran Sarah kepada pria itu. Dia pun menutup panggilan itu begitu saja. Dan sebenarnya, alasan Sarah tidak langsung menerima permintaan dari Pak Alex itu adalah karena dia sudah memiliki pasangan. Bernama Carell. Pasangan yang sudah ia jalani bersama semasa perkuliahannya yang benar-benar berat. Carell selalu ada di sana membantunya dari awal sampai akhir. Malam ini, dia akan membicarakan tentang itu kepada Carell. Karena sebagai pasangan yang baik, Sarah tidak mungkin tidak menceritakan kejadian yang sungguh hampir membuat emosinya tidak mood seperti itu. Dia harus menceritakannya kepada pasangannya. Walaupun dia tahu kalau mungkin Carell akan memarahinya jika memang sesuatu seperti itu terjadi. Seseorang pun datang, dengan jaket kulit berwarna biru gelap dan juga rambut lepek basah. Jaket dan celana yang digunakan pria itu basah sampai menetes ke bawah lantai. Sarah pun menengok ke luar jendela, tak sadar kalau sekarang sedang hujan. Tempat ini ternyata memiliki kedap suara karena bahkan suara lalu lintas pun tidak bisa di dengar dengan jelas olehnya. Melihat pasangannya tersebut sedang kesusahan, Sarah beranjak dari kursinya dan menghampiri Carell di sana. Dia pun melepaskan jaket kulitnya yang basah kuyup untuk diletakkan ke tempat menaruh pakaian seperti yang ada di restoran-restoran luar negeri. Sarah sendiri tidak sadar bila ada benda itu di sini. “Maaf aku menyuruhmu untuk buru-buru sampai basah kuyup seperti ini, aku tidak tahu kalau sedang hujan. Seharusnya kau pergi dengan pelan-pelan saja asalkan dirimu masih tetap selamat.” Ujar Sarah khawatir dengan Carell di sana sekarang. “Tidak apa-apa, aku juga tak tega bila harus meninggalkanmu di restoran ini sendirian,” Jawab Carell. Dia pun menebar pandangannya ke seluruh isi ruangan untuk melihat tempat apa ini sebenarnya. “Hmm.. ini cukup bagus. Bahkan memiliki peredam suara ruangan. Dari mana kau mendapat informasinya? Apakah dari Lydia?” “Tidak, aku menemukannya di sosial media. Dan tampaknya, tempat ini baru saja dibuka. Jadi pengunjung yang ada di sini mungkin hanya kita berdua sekarang. Karena juga tidak ada orang lain di tempat ini selain kita. Mungkin setelah kita datang ke tempat ini akan menjadi ramai nantinya haha.” Ungkap Sarah bercanda sambil menggenggam lengan Carell yang basah tersebut. Mereka berdua pun berjalan menuju kasir, memesan menu yang akan mereka pesan untuk menemani mereka di malam kelabu ini. “Selamat datang kak, adakah yang bisa kami bantu?” Sarah dan juga Carell melihat kumpulan menu di sana. Dan kebanyakan dari menu itu adalah menu yang berasal dari barat ataupun semacamnya. Harganya pun cukup lumayan mahal untuk usaha sekecil ini, tidak ada yang memiliki harga kurang dari 50 ribu rupiah. Carell dan juga Sarah pun mencari kumpulan menu itu mana yang termurah dan juga cocok untuk mereka. “Mungkin aku es teh saja. Karena itu paling murah di dalam menu ini. Tidak apa-apa kan?” tanya Sarah “Ahh.. jangan bercanda. Apakah kau meremehkan kemampuan finansial dari pasanganmu ini? Aku tentu bisa membelikanmu lebih daripada itu. Pesanlah apa saja yang kau mau, aku akan membayarnya!” balas Carell dengan percaya diri dan sedikit sombong. “Ah jangan begitu, aku tahu bagaimana kondisi finansialmu sekarang. Kau ingin menabung untuk melakukan ekspansi tokomu bukan? Aku tidak akan memberatkanmu dengan memesan yang mahal-mahal di tempat ini!” Lanjut Sarah mencoba untuk menyangkal. “Tidak, sungguh, pesanlah apa yang kau mau. Tapi kalau bisa, pesanlah yang ada di bawah harga 50 ribu.” Balas Carell dengan cengengesan. “Mana ada! Mungkin ada, Cuman kau harus mengaduk dan membawa air sendiri dari rumahmu. Bahkan kalau perlu, kau juga perlu membawa cangkirmu, membuatnya menjadi cukup murah nantinya di sini. Bahkan bisa saja gratis. Kau hanya menumpang untuk duduk wkwk.” Balas Sarah lagi dengan candaan. “Ah sudahlah, jangan bercanda. Lihat mbak-mbak itu, dia sudah menahan muka kusamnya karena kamu tidak memesan apa-apa sejak tadi. Sebaiknya kita tidak membuang waktu-waktu kita dalam memilih menu ini sekarang!” Tegas Carell, dia pun langsung saja memberikan saran kepadanya, “Jika kau bingung, bagaimana jika kita memesan espresso latte ini saja?” tanya Carell. “Baiklah, setuju.” Balas Sarah setuju. “Kak, espresso lattenya dua ya? Satunya gak pakai krim satunya pakai.” “Baik kak, di tunggu dulu ya pesanannya. Akan kami segera buatkan.” Sambut Pelayan itu dengan ramah. Carell bersama dengan Sarah pun duduk kembali ke meja tempat para tamu seharusnya berada. Mereka berdua duduk di tempat Sarah sebelumnya berada. Dan di sana Carell sedang membersihkan kacamatanya dari noda dan juga kotoran selama di perjalanan. Rintik hujan membasahi lensanya yang mengharuskannya membersihkannya dengan kain atau sesuatu. Karena tak membawa apa-apa, Carell harus mengelapnya dengan baju yang ia kenakan sekarang. Mengetahui itu, Sarah mengambil tisu untuk Carell agar ia gunakan untuk membersihkan kacamata itu. “Ah, terima kasih pacarku yang paling baik, hehe.” Balas Carell dengan menggoda. Dia pun lanjut mengelapnya menggunakan tisu itu sampai bersih tidak ada noda atau apa pun di sana. Carell memasang kacamata dengan lensa bulat itu kembali, terlihat sangat cocok dengan rambutnya bergaya belah tengah. Sementara dagunya yang lancip dan juga macho membuat Sarah sadar kenapa dia memilih laki-laki ini menjadi pasangannya. Carell kemudian bertanya, “Jadi, apa yang ingin kau bicarakan ke mari? Apakah ada sesuatu yang sangat genting terjadi kepadamu saat kau berada di kantor?” “Ya.. Sangat genting,” Balas Sarah dengan ragu-ragu. Dia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan sesuatu ini dengan benar kepada Carell tanpa membuatnya emosi atau marah. Dia takut jika dia menyampaikannya dengan tidak tepat malah merusak suasana yang sudah sulit dibangun di tempat ini di sana. “Tapi berjanjilah terlebih dahulu untuk bersikap dingin dan tidak emosional saat mendengarnya” Carell tersenyum kecil, tergelitik dengan ungkapan Sarah barusan. Dia tak tahu apa yang menjadi masalah utama Sarah sampai harus bersikap seperti itu kepadanya. Carell pun mengacungkan jari kelingkingnya, sebagai tanda kalau dia benar-benar bersungguh-sungguh untuk menepati janjinya. “Apakah kita harus melakukan janji jari kelingking agar kau percaya kalau aku tidak akan marah kepadamu?” Alasan Sarah takut jika Carell marah adalah karena sebenarnya Carell merupakan sosok yang mudah cemburu sekaligus pendendam. Dia tak akan merasa setakut itu jika memang belum pernah terjadi sebelumnya. Sarah bahkan pernah dekat dengan kakaknya yang jauh merantau ke luar negeri, namun Carell malah menganggapnya sebagai selingkuhan dari Sarah. Sampai-sampai perkelahian terjadi di antara Carell dengan kakak Sarah. Kejadian itu benar-benar membuat malu kedua belah pihak. “Jadi begini, saat aku di kantor. Kau sudah tahu Pak Alex kan? Bos tempatku bekerja. Dan tadi tempo hari saat siang-siang. Dia tiba-tiba menembakku dan ingin menjadikanku pasangannya..” Seperti di tembak dengan senapan jarak jauh, perasaan Carell benar-benar merasa ditikam dan juga sakit dengan parah. Dia tak mengharapkan kisah seperti itu akan benar-benar terjadi dan diceritakan oleh Sarah. Sarah pun melanjutkan kronologi dari cerita tersebut. Dimulai dari saat dia masuk ke dalam ruangan kantor milik Pak Alex sampai-sampai saat dia melakukan pekerjaannya dengan menjelaskan sesuatu kepadanya. Dia juga menjelaskan bagaimana sosok dari Pak Alex dimata sosok Sarah, yang malah justru membuatnya semakin cemburu. “Jadi, bagaimana? Apa kau menerima permintaannya tersebut? Apa yang kau jawab dari pertanyaan itu?” tanya Carell dengan cemas. Sarah pun diam sejenak, berpikir apakah dia harus mengatakan kejadian yang sesungguhnya kepada Carell atau tidak. “Aku, tidak menjawabnya. Tidak menolak ataupun menerimanya. Saat aku mendengar itu, aku langsung saja keluar dari ruangan dan lari kembali ke tempatku.” Jawab Sarah kepada Carell. Yang membuat kepala Carell begitu pening sampai-sampai dia memegang kepalanya dengan sangat erat sekarang. “Sarah!!! Mengapa kau tidak menolak ajakannya itu? Apakah kau daim karena merasa kalau kau memiliki peluang untuk bisa bersama dengannya suatu hari nanti? Apa yang sebenarnya ingin kau coba kau katakan dengan tindakanmu itu?” tanya Carell dengan rasa penasaran yang amat tinggi. Sarah sadar kalau Carell mulai menunjukkan kalau dia benar-benar emosi sekarang ini. “Entahlah, aku tidak dapat berpikir pada saat itu. Otakku terasa benar-benar beku saat aku mendengarnya. Seolah-olah dunia berhenti, hanya dengungan dan juga telinga yang mengawang-ngawang bisa kurasakan. Bahkan kaki dan juga tanganku gemetaran saat mencoba keluar dari ruangan itu. Apa yang kau harapkan dariku saat berada di dalam kondisi seperti itu? Apakah kau benar-benar mengerti alasan dan juga situasiku di saat seperti itu?” Jawab Sarah dengan menyangkal. “Tidak, tidak mungkin bosmu tiba-tiba menembakmu jika kau tidak dekat dengannya. Aku tidak tahu bagian mana yang merupakan kejujuran dan bagian mana yang merupakan kebohongan. Sesuatu terjadi tidak mungkin tanpa alasan.” Sanggah Carell kembali tak percaya kepadanya. “Sudah kubilang kan! Kami berdua bahkan tidak mengenal satu sama lain sedekat yang kau kira. Dia bahkan tidak tahu namaku saat aku datang ke dalam pintu ruangannya. Aku hanyalah seorang karyawan di mata-“ Tapi sebelum Sarah melanjutkan omongannya, Carell pun berdiri dan menampar Sarah di sana dengan sangat keras. “Ah dasar perempuan jalang! Mana mungkin aku percaya dengan ucapanmu itu! Kau pendusta yang benar-benar buruk Sarah!” Situasi menjadi hening, pelayan yang berdiri di antara mereka mengantarkan minuman itu berdiri terdiam di sana mematung melihat kejadian itu. Carell kemudian menjadi sadar, kalau dia melanggar ucapannya sendiri. Dia kemudian memegang kedua tangan Sarah mencoba untuk meminta maaf. “Ah tidak-tidak. Sarah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud benar-benar menamparmu, aku hanya mencoba untuk menggebrak me-“ Tapi terlambat, Sarah sudah menangis, air mata yang turun tidak akan dapat kembali naik dan juga kering dengan cepat kembali. Dia melepaskan genggaman tangan pasangannya itu. Beranjak dari kursinya, kabur dari sorotan mata penuh rasa bersalah dari tempat itu sambil membilas setiap air mata yang jatuh. Carell tahu, kalau dia benar-benar bersalah. Dan mengejar ataupun mencoba untuk menghentikan Sarah tidak akan benar-benar berguna sekarang.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN